Siti Istifa: Menjadi Guru Setelah Terhempas dari Banyak Kesempatan

- Editor

Rabu, 11 Januari 2023

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ditulis oleh Siti Istifa, S.Pd.SD

Guru di SDN 07 Sima

 

Tidak pernah terbesit di benak bahwa saya akan menjadi guru seperti sekaran gini, karena cita-citaku dari kecil adalah ingin menjadi seorang perawat atau bidan.

Setelah lulus dari MAN Pemalang tahun 1999, saya ingin melanjutkan kuliah. Tetapi orang tua memberi syarat harus melanjutkan di universitas negeri, karena waktu itu terdapat anggapan kalau belajar di universitas negeri biayanya akan lebih murah dibandingkan kuliah di universitas swasta. Oleh karena itu, saya mendaftar di perguruan tinggi melalui UMPTN dan yang saya pilih adalah jurusan kesehatan, namun tidak lolos seleksi. 

Sembari menunggu  UMPTN tahun berikutnya, saya di rumah lebih banyak berpangku tangan, tidak ada kegiatan apapun. Pada suatu hari ada orang tua minta bantuan kepada saya untuk membantu anaknya belajar baca tulis dan saya pun menyetujuinya. Awalnya, saya mengajari dua anak. Tetapi lama-kelamaan anak yang belajar bersama saya ada delapan anak dan di situ saya mulai merasa nyaman dengan dunia mengajar.  

Tidak terasa setahun lebih saya menjalani kegiatan tersebut. Ketika datang kesempatan, saya tetap mencoba ikut UMPTN untuk yang kedua kalinya dan masih memilih bidang yang sama yaitu  bidang kesehatan. UMPTN kedua pun tidak lolos. Setelah kegagalan itu, saya masih punya kesempatan satu kali lagi karena ikut UMPTN dibatasi tiga kali kesempatan. Sebenarnya waktu itu saya hampir  putus asa dan tidak bersemangat lagi meskipun mendapat dukungan dari keluarga dan teman-teman. 

Sambil menunggu tahun berikutnya, saya mencoba mencari pekerjaan. Sayangnya, saya merasa tidak punya keterampilan. Oleh sebab itu, saya pun mengikuti kursus menjahit. Hanya saja kursus tersebut hanya berjalan dua bulan karena diajak paman ke Solo untuk membantu pekerjaannya di bagian administrasi. Kebetulan pamanku bekerja sebagai kontraktor. 

Tidak lama kemudian proyek pun sepi. Pekerjaan administrasi tidak memerlukan banyak tenaga dan saya pun berniat mengundurkan diri. Karena saya bingung apa yang harus saya kerjakan, saya mengikuti les bahasa Inggris selama tiga bulan, sembari menunggu mendapatkan pekerjaan yang lain. 

Karena tidak kunjung mendapatkan pekerjaan di rantau, saya merasa tidak betah dan pulang ke rumah di Pemalang. Saat di rumah, teman saya yang sekaligus sebagai tetangga dekat menyarankan kepada saya untuk kuliah di bidang pendidikan saja. Saya pun merasa tertarik ingin masuk ke bidang pendidikan. 

Pada kesempatan UMPTN ketiga, saya pun mengambil jurusan kependidikan. Tiga bulan sebelum mengikuti seleksi tersebut, saya tinggal dengan teman saya tersebut yang kebetulan sudah kuliah di jurusan kependidikan di UNS. Kami tinggal di kos-kosan dan di situ banyak mahasiswa dari berbagai jurusan. 

Selama tiga bulan saya mengikuti bimbingan belajar. Saya berusaha dan berdoa semoga di kesempatan ketiga ini bisa berhasil. Selama tinggal di kos-an, ternyata ada yang bekerja sebagai  perawat di rumah sakit.  Saya merasa senang melihat teman satu kos ada yang berprofesi sebagai perawat karena sebenarnya saya pun masih memendam impian ingin menjadi seorang perawat. 

Tibalah waktu UMPTN. Saya masih percaya diri mendaftar di jurusan yang sama lagi yaitu jurusan kesehatan. Tidak jadi mengambil kependidikan seperti yang disarankan teman saya. Saya pun berharap kali ini akan berhasil dan ternyata tidak lulus lagi. Saya terima, mungkin ini sudah menjadi takdir saya. Saya pun pulang ke Pemalang dengan tidak membawa hasil apapun. 

Seminggu di rumah setelah itu, saya berencana ke ikut paman lagi di Solo, berharap ada pekerjaan untuk saya. Rencana berangkat ke Solo hari Kamis, namun kemudian hari Rabu sore, seorang teman datang mengajak kerja di sekolah dasar sebagai tenaga wiyata bakti. Waktu itu memang sudah banyak teman-teman saya yang sudah wiyata bakti di sekolah dasar, namun saya ragu mengambil kesempatan tersebut karena ijazahku masih tingkat SMA. 

Dengan restu bapak dan ibu serta keluarga, saya mendaftar kuliah di perguruan tinggi swasta program S1 Jurusan Pendidikan Guru Agama Islam  di Undaris. Kebetulan waktu itu ternyata ada cabang universitas tersebut yang tidak jauh dari kampung saya.

Bebarengan dengan kuliah di Undaris, saya mendaftar menjadi tenaga wiyata bhakti di sekolah dasar. Saya sangat menikmati dan menjalaninya dengan senang hati.

Saya pun memantapkan hati, mungkin inilah jalan hidupku, yaitu menjadi seorang guru. Sebulan kuliah di Undaris, saya mencoba mendaftar kuliah lagi di UNS Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar di mana perkuliahannya diadakan di kabupaten saya sendiri. Saya diterima dan memilih melanjutkan kuliah di UNS.

Setelah menjalani perkuliahan selama dua tahun, tepatnya tahun 2005, saya lulus dari UNS dengan gelar Ahli Madya. 

Setahun berikutnya, ada seleksi CPNS. Saya ikuti tes tersebut tetapi tidak lulus. Kemudian di tahun 2009, saya melanjutkan kuliah lagi mengambil program S1 di Universitas Terbuka, Jurusan PGSD. Di tahun tersebut, pemerintah juga mengadakan seleksi CPNS. Tetapi untuk yang kedua kalinya saya pun tidak lulus. 

Meski demikian, saya masih bersemangat untuk kuliah sambil menjadi tenaga wiyata bhakti. Pada tahun 2011, saya lulus S1 dengan gelar Sarjana Pendidikan Sekolah Dasar (S.Pd.SD). Senang, haru, bercampur aduk jadi satu. Karena akhirnya bisa menyelesaikan kuliah dengan biaya sendiri. 

Di sisi lain, setelah menjalani profesi mengajar sebagai wiyata bhakti yang hampir sebelas tahun, pikiran saya mulai jenuh. Apalagi jika melihat usia yang tidak muda lagi, sepertinya tidak akan ada harapan untuk dapat diangkat menjadi PNS. 

Di tahun 2014, pemerintah kembali mengadakan seleksi CPNS untuk yang kesekian kalinya. Saya pun tetap ikut mumpung usia masih memenuhi syarat. Saya hanya pasrah dengan hasil tes nanti. Mudah-mudahan Allah memberikan kelulusan karena ini adalah kesempatan terakhir saya mengikuti seleksi CPNS karena faktor usia.

Setelah tahapan tes selesai, hari pengumuman pun tiba. Saya tidak begitu antusias untuk melihat pengumuman tersebut. Berkali-kali saya mengikuti seleksi serupa namun hasilnya nihil. 

Selepas Magrib, saya mendengar gawai berdering. Terdengar suara ucapan selamat dari teman, katanya saya lulus CPNS. Seakan tidak percaya, dan saya langsung buru-buru mencari nama saya melalui situs resmi. Terlihat jelas nama saya di deretan daftar nama peserta yang dinyatakan lulus CPNS. Alhamdulillah.

Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!

Editor: Moh. Haris Suhud

Berita Terkait

Di Tengah Peperangan, Begini Cara Guru Palestina Tetap Mengajar Anak-anak Gaza
Berpuluh Tahun Mengajar, Damin Dikenang sebagai Pahlawan yang Tinggalkan Jejak di Hati Masyarakat
Mengesankan, Guru Asal Wonogiri Fasih Bahasa Inggris hingga Viral Karena Konten Uniknya
Kisah Kepala Sekolah Muda Asal Semarang Memik Nor Fadilah: Tumbuhkan Kepemimpinan Melalui Kedekatan dengan Siswa
Perjuangan Ana Rahmawati, Guru Asal Pati yang Mengajar Penuh Dedikasi Sembari Menanti Keputusan Penempatan ASN
Merayakan Hari Raya Idul Fitri dengan Sederhana
Supar: Anak Perbatasan yang Sukses Wujudkan Impian Jadi Guru
Perjalanan Umroh yang Penuh Magis 
Berita ini 3 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 13 Maret 2024 - 11:34 WIB

Di Tengah Peperangan, Begini Cara Guru Palestina Tetap Mengajar Anak-anak Gaza

Minggu, 20 Agustus 2023 - 21:20 WIB

Berpuluh Tahun Mengajar, Damin Dikenang sebagai Pahlawan yang Tinggalkan Jejak di Hati Masyarakat

Minggu, 2 Juli 2023 - 22:08 WIB

Mengesankan, Guru Asal Wonogiri Fasih Bahasa Inggris hingga Viral Karena Konten Uniknya

Selasa, 6 Juni 2023 - 19:26 WIB

Kisah Kepala Sekolah Muda Asal Semarang Memik Nor Fadilah: Tumbuhkan Kepemimpinan Melalui Kedekatan dengan Siswa

Senin, 5 Juni 2023 - 19:30 WIB

Perjuangan Ana Rahmawati, Guru Asal Pati yang Mengajar Penuh Dedikasi Sembari Menanti Keputusan Penempatan ASN

Sabtu, 22 April 2023 - 18:53 WIB

Merayakan Hari Raya Idul Fitri dengan Sederhana

Jumat, 21 April 2023 - 14:05 WIB

Supar: Anak Perbatasan yang Sukses Wujudkan Impian Jadi Guru

Jumat, 21 April 2023 - 13:40 WIB

Perjalanan Umroh yang Penuh Magis 

Berita Terbaru