Oleh Tihasanah. HS
Guru MIN 17 Pidie
Pandemi belum berakhir dan masih memunculkan berbagai varian baru yang menakutkan, namun pandemi juga menyisakan berbagai kisah baik cerita suka dan duka.
Cerita lucu yang saya alami di masa pandemi ini masih jelas tergambar jelas dalam ingatan saya, tak jarang kadang momen tersebut membuat sebuah senyum tersungging di wajah.
Ketika hari-hari pembelajaran selama pandemi dimulai, saya menyiapkan materi-materi pembelajaran untuk peserta didik di kelas saya; membuat video untuk menjelaskan materi dan menyiapkan evaluasi yang saya buat berdasarkan kemampuan yang saya peroleh dari berguru dengan rekan sejawat maupun ‘mencontek’ dari Youtube dari guru-guru yang lebih professional.
Seperti yang kita tahu bahwa hubungan dengan wali murid di masa pandemi ini harus selalu dijaga kehormonisannya. Sebab wali murid sangat berperan dalam proses pembelajaran daring ini, mengingat media yang digunakan untuk proses pembelajaran adalah handphone orang tua. Segala tantangan dan kesulitan PBM daring biasanya bisa teratasi dengan melakukan pendekatan kepada wali murid.
Suatu hari saya mendapat pesandi Whatshapp dari sebuah nomor yang tidak saya kenal. Saya pikir itu adalah nomor baru milik wali murid.
Saya membuka pesan tersebut yang isinya menanyakan tugas Matematika. Walaupun bukan pelajaran yang saya ampu, saya tetap mencoba memberi penjelasan kepada wali murid yang nomornya tidak saya kenali tersebut.
Hari berikutnya, saya masih dengan kesibukan memberikan pembelajaran daring. Wali murid yang belum saya kenal tersebut tiba-tiba Whatshapp saya lagi karena terdapat pesan yang belum sempat saya balas. Pasalnya, saya sendiri masih sibuk dengan membuat materi dan video yang akan saya upload di grup pembelajaran.
Karena tidak mendapat balasan, wali murid tersebut mengirimkan pesan bertubi-tubi. Saya membuka pesannya namun tidak saya balas.
Rupanya wali murid tersebut jengkel dengan ulah saya yang hanya membaca pesannya saja. Tiba-tiba dia kembali mengirimkan pesan dengan nada marah, karena menurutnya saya tidak mengindahkan pesan pertanyaan tentang materi pelajaran anaknya.
Sambil tersenyum dalam hati, saya membalas pesan WhatshApp dari wali murid tersebut serta memberi penjelasan tentang materi yang kurang dipahami. Dan menjelaskan bahwa ternyata saya dan anak beliau tidak satu sekolah.
Wali murid tersebut kemudian meminta maaf karena telah mengirimkan Whatshapp kepada saya yang tidak dikenalnya dengan bahasa yang kurang enak. Padahal saya bukan guru di sekolah anandanya. Dan dia betul-betul meminta maaf atas kesalahpahaman ini
Itulah salah satu cerita lucu yang saya alami di masa pandemi. Walaupun bukan siswa kita, sebagai insan pendidik kita harus membimbing semua siswa baik dari sekolah tempat kita mengajar atau bukan. Dan kita harus bijak dalam menggunakan media.
Saat pembelajaran menggunakan sistem daring ini—mampu atau tidak mampu—guru, siswa, dan orang tua siswa dituntut untuk bisa memanfaatkan teknologi dengan baik untuk memudahkan pembelajaran. Ketidakmampuan memanfaatkan teknologi inilah yang kadang membuat guru dan wali murid mengalami kesalahpahaman.
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link INI atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!