Saya Guru: Ada untuk Mengabdi dan Menjadi Teladan 

- Editor

Selasa, 7 Juni 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh Ahdhani Fajar Seffendy

Guru di SMAN 1 Malang

 

Sebagai guru sudah tentu saya harus bisa dijadikan sebagai panutan atau teladan. Baik bagi diri sendiri, siswa maupun orang lain yang berada di lingkungan saya berada. Oleh sebab itu, penting bagi saya untuk selalu bersemangat serta keinginan kuat menggali dan mempelajari hal-hal positif yang dapat menunjang peningkatan kompetensi saya.

Selama hayat masih dikandung badan, dan selagi ada peluang-peluang potensial, maka selama itu pula akan menjadi do’a dan harapan untuk dapat memberdayakan diri demi meningkatkan potensi, kompetensi, dan ilmu pengetahuan. Berbekal semangat merdeka belajar, saya berupaya untuk dapat selalu beradaptasi, berinovasi, dan berperan dalam kerja tim atau organisasi. Ini menjadi sebuah motivasi tersendiri bagi saya agar benar-benar dapat memberdayakan diri di tengah lingkungan belajar di sekitar saya. 

Seiring perkembangan zaman, setiap saat perubahan paradigma dan sumber daya manusia mengalami perubahan. Demikian pula dengan siswa yang saya hadapi saat ini, mereka sangat berbeda dengan era saya pada zaman dulu saat seusia mereka. Ini karena tantangan belajar di era saat ini juga sudah berbeda. Menyadari kenyataan seperti itu, sebagai guru selaku fasilitator belajar mengajar, jika saya tidak dapat berperan dengan baik, maka akan menjadi dilema besar bagi proses tumbuh kembang siswa. Maka saya harus dapat hadir secara total dan optimal dalam membelajarkan siswa baik secara teoritis maupun praktis. Sehingga peran saya dapat betul-betul bermakna pada ekosistem dan lingkungan belajar di mana saya berada.

Saya selalu antusias dan mau belajar hal-hal baru. Beberapa workshop dan pelatihan baik yang diadakan pemerintah maupun lembaga swasta  telah saya ikuti. Hingga sekarang pun saya melakukan kegiatan-kegiatan tersebut. 

Saat ini saya sedang tercatat sebagai penerima beasiswa kursus bahasa Jerman pada tahap kedua. Ini perlu saya lakukan sebagai bentuk keaktifan saya dalam rangka meningkatkan kompetensi saya. 

Saya senang berinteraksi dengan banyak orang bukan hanya melalui kata namun juga aksi nyata. Karena inilah yang menjadikan saya diterima di tengah tengah komunitas atau masyarakat di mana saya berada. Baik itu di rumah, di sekolah maupun di lingkungan komunitas lainnya. Ketika saya bicara, saya selalu mencoba menghargai lawan bicara saya. Kadang-kadang melalui gaya bercanda sesuai dengan konteks pembicaraan agar suasana menjadi lebih akrab. 

Sebagai guru di sekolah, tidak jarang saya dimintai bantuan oleh teman guru lainnya untuk membantu hal-hal teknis berkaitan dengan kendala belajar mengajar. Ini karena secara akademik, teman-teman memandang bahwa saya dengan pengalaman belajar di pascasarjana mungkin dapat membantu memberikan solusi bagi mereka. 

Pada komunitas guru mata pelajaran, sejak dua tahun ini, saya dipercaya dalam jajaran pengurus sebagai koordinator perencanaan dan pengembangan program MGMP. Di bagian ini, saya bertugas merencanakan kegiatan dan program-program yang berkaitan dengan peningkatan mutu dan sumber daya para guru pengajar Seni Budaya berkaitan dengan keprofesian. Bersama tim, secara rutin kami merespon dan menindaklanjuti peraturan dan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan profesi bidang secara kolektif. Beberapa program pelatihan baik secara daring dan luring telah kami koordinasikan dengan baik sehingga memberikan dampak positif bagi kelangsungan keorganisasian di MGMP kami.

Di lingkungan sosial, di tempat saya tinggal, saya dipilih warga sebagai ketua Rukun Tetangga (RT). Padahal secara status kependudukan, saya merupakan warga baru di lingkungan saya saat ini. Memang, selama saya bergaul bersama tetangga, saya selalu berusaha menempatkan diri dengan sebaik-baiknya. Selalu mengedepankan naluri kekeluargaan dan kerukunan dalam berbagai hal. Ketika ada hal-hal yang tidak sepaham, pendekatan komunikasi selalu saya lakukan. Demikian juga sebaliknya, bila ada informasi apapun terkait kepentingan umum selalu segera saya sampaikan kepada warga dengan bahasa yang singkat, jelas, dan lugas. 

Selain di lingkungan masyarakat, pada aspek keagamaan saya juga diberi kepercayaan oleh warga untuk berpartisipasi sebagai sekretaris takmir pada kepengurusan masjid di tempat saya tinggal. Saya diberi amanah sebagai sekretaris, yang betul-betul membutuhkan naluri sosial tinggi dan diharapkan selalu berpikiran terbuka dan inovatif terhadap situasi yang sedang berkembang di lingkungan peribadatan masjid. Tugas sebagai seorang sekretaris takmir harus mampu merencanakan kegiatan-kegiatan masjid dengan baik. Melakukan koordinasi dengan semua jaringan yang terkait urusan ketakmiran dengan baik. Arif dan bijaksana terhadap setiap pendapat dan kritik dari jamaah. Selalu siap dengan segenap kemampuan diri dan mampu bekerja secara nyata. Dengan hal-hal itulah saya mencoba mengaktualisasikan kemampuan diri agar bermanfaat bagi orang lain di kehidupan keseharian saya.

Saya adalah orang yang selalu semangat dalam belajar, dalam hal pengendalian emosi dan manajemen waktu. Saya selalu menginginkan apa yang saya pahami dan kuasai haruslah segera tertangani dan tuntas. Padahal melihat kenyataan di lapangan, bahwa apa yang saya kerjakan membutuhkan koordinasi dengan orang lain yang mempunyai kesibukan lain dengan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda. Berada pada situasi seperti ini, membutuhkan kesabaran dan manajemen emosi yang baik. 

Saya kadang-kadang tidak dapat mengendalikan kondisi yang demikian ini. Untuk itu, dalam setiap hal, saya selalu berusaha untuk menyeimbangkan pikiran, perkataan dan perbuatan saya saat dalam situasi bekerja dengan orang banyak. Melalui proses interaksi dengan berbagai macam karakter orang, pada akhirnya akan banyak pelajaran yang bisa saya petik dalam hal pengendalian emosi. 

Menjadi tua itu pasti, namun menjadi dewasa secara pemikiran, perkataan, dan tindakan perlu belajar dan latihan secara terus menerus. Saya ada dan hidup seperti saat ini, karena adanya peran serta orang-orang di sekeliling saya. 

Mengenai manajemen waktu dan membaca peluang, nampaknya adalah kekurangan yang perlu selalu saya perbaiki dalam diri saya. Sampai saat ini, saya merasa lemah dalam hal manajemen waktu dan membaca peluang. Terlebih mengenai peluang untuk mendapatkan pemasukan yang lebih baik secara ekonomi. Tidak tahu, ini mungkin karena saya terlalu  sibuk dengan kegiatan kemasyarakatan sehingga tidak bisa memanajemen waktu dengan baik yang berujung pada terlewatkan pada peluang-peluang besar untuk mendapatkan tambahan pemasukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Namun demikian, meskipun perlahan, apa yang menjadi kebutuhan diri dan keluarga akhirnya dapat teratasi.

Terkadang saya menemui kesalahpahaman dan kendala teknis di lapangan. Misalnya pada melaksanakan workshop, ada beberapa rekan guru yang masih belum terampil dalam mengoperasikan aplikasi dan teknologi yang digunakan. Dalam hal ini, saya memberikan bantuan dengan memandu mereka secara bertahap sampai mereka memahaminya. Ini juga terjadi ketika saya menempuh studi di pascasarjana, ada teman yang sama sekali tidak menguasai teknologi. 

Demikianlah pengalaman yang dapat saya ceritakan semoga dapat menginspirasi teman-teman guru lainnya, khususnya yang saat ini masih berstatus honorer. Semoga semangat dan energi untuk terus mencerdaskan anak bangsa terus berkobar dalam jiwa kita. (*)

Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!

Editor: Moh. Haris Suhud, S.S.

Berita Terkait

Pemanfaatan Teknologi untuk Pembelajaran Kreatif dan Interaktif
Chat GPT: Menguntungkan atau Merugikan Guru?
Mission Service Learning sebagai Pilihan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Jenjang Sekolah Dasar
Pentingnya Komunitas Belajar bagi Guru di Satuan Pendidikan
Penguatan Kemampuan Literasi untuk Menyiapkan Generasi Gemilang 2045
Undang-Undang Perlindungan Anak dan Dilema dalam Pembentukan Karakter Disiplin Peserta Didik
Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak untuk Mensuksekan Kurikulum Merdeka
Penerapan Student Lead Conference untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Peserta Didik
Berita ini 24 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 4 September 2024 - 10:05 WIB

Chat GPT: Menguntungkan atau Merugikan Guru?

Kamis, 15 Agustus 2024 - 23:11 WIB

Mission Service Learning sebagai Pilihan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Jenjang Sekolah Dasar

Kamis, 15 Agustus 2024 - 22:44 WIB

Pentingnya Komunitas Belajar bagi Guru di Satuan Pendidikan

Rabu, 14 Agustus 2024 - 14:52 WIB

Penguatan Kemampuan Literasi untuk Menyiapkan Generasi Gemilang 2045

Selasa, 13 Agustus 2024 - 21:42 WIB

Undang-Undang Perlindungan Anak dan Dilema dalam Pembentukan Karakter Disiplin Peserta Didik

Berita Terbaru

Unduh Sertifikat Pendidikan 32 JP Gratis