Oleh Supar, S.Pd.SD.
Guru di SD Negeri 2 Purwodadi, Grobogan, Jawa Tengah
Pandemi Covid-19 sangat berpengaruh terhadap pembelajaran, perilaku, karakter, dan hasil belajar siswa. Dampaknya terlihat jelas bahwa pandemi tersebut sangat merugikan generasi penerus bangsa. Lebih terasa lagi khususnya di daerah yang letak sekolahnya berada di daerah pedalaman.
Selama pandemi banyak keluhan yang bermunculan baik dari orang tua siswa, dari siswa sendiri, maupun dari para pengajar. Bagaimana tidak, terlebih di daerah yang memiliki akses internet terbatas sehingga untuk melaksanakan pembelajaran jarak jauh cukup sulit. Pada akhirnya, materi pelajaran yang seharusnya bisa dituntaskan tidak dapat tersampaikan.
Setelah kondisi kembali normal, untuk mengejar ketertinggalan belajar selama pandemi, para guru dituntut untuk terus berkembang dalam berinovasi, bereksplorasi, kreatif dalam memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada di sekolah dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik yaitu melayani peserta didik yang dicintai dan dibanggakan.
Namun perlu diakui juga bahwa untuk melaksanakan hal tersebut terkadang harus berpikir ulang. Misalnya ketika akan menggulirkan tugas-tugas dan materi pelajaran yang levelnya setingkat lebih tinggi berbasis teknologi namun sebagian besar siswa—terutama di daerah pedesaan—masih kurang pengenalan terhadap kemajuan teknologi tersebut. Padahal saat ini perkembangan teknologi sudah sangat pesat.
Ini adalah tantangan baru bagi guru atau tenaga pendidik untuk menstabilkan keadaan dari berbagai permasalahan yang ada selama pandemi Covid-19. Untuk memulihkan kondisi anak yang mungkin selama pandemi makin kecanduan game online, menyalahgunakan teknologi yang membuat pola pikir anak-anak mengarah pada hal negatif karena faktanya tidak sedikit anak yang menyalahgunakan gadget yang seharusnya digunakan untuk belajar justru untuk bermain. Hal ini tentu menjadi tantangan berat bagi para pendidik untuk mewujudkan pembelajaran yang ideal.
Pembelajaran yang ideal pasca pandemi harus yang harus dilakukan merupakan pembelajaran yang mampu mendorong kreativitas anak secara keseluruhan, membuat siswa aktif, mampu mencapai tujuan pembelajaran dalam kondisi yang menyenangkan. Pembelajaran yang ideal ini hanya mungkin terjadi bila didukung oleh guru yang ideal.
Suyono dan Hariyanto (2012:207) menyatakan bahwa ada tujuh kriteria yang harus dimiliki oleh seorang guru agar pembelajaran menjadi ideal. Pertama berkaitan dengan sifat guru yaitu guru harus punya sifat antusias, mampu memberikan rangsangan, dan bisa mendorong siswa untuk maju.
Kedua, guru harus memiliki pengetahuan yang memadai pada mata pelajaran yang diampu. Selanjutnya, apa yang disampaikan mampu memberikan jaminan bahwa materi yang disampaikan mencakup semua unit bahasan; mampu mengajar dengan menjelaskan berbagai informasi serta mampu menerapkan metode mengajar secara bervariasi.
Kelima berkaitan dengan harapan, bahwa guru harus mampu memberikan harapan kepada siswa. Keenam, reaksi guru terhadap siswa harus mau dan mampu menerima berbagai masukan, risiko, tantangan, dan selalu memberikan dukungan kepada siswa.
Dan yang terakhir adalah soal manajemen di mana guru wajib mampu menunjukkan keahlian dalam perencanaan, pengorganisasian, dan memiliki teknik dalam mengontrol kelas.
Dalam pembelajaran pasca pandemi ini, tanggung jawab berat ada di pundak para pendidik dalam menuntaskan materi yang tertinggal dan harus terkejar. Selain penuntasan materi, guru juga dituntut untuk memulihkan karakter dan etika anak didik.
Untuk itu, guru harus berlari kencang untuk menuntaskan materi yang begitu banyak sedangkan kegiatan penilaian akhir semester sudah di depan mata.
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!
Editor: Moh. Haris Suhud, S.S.