Retorika Berbicara di Kelas

- Editor

Kamis, 7 April 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh Gideon Benu, S.Pd.SD

Guru SDN Kutowinangun 10, Tingkir, Salatiga, Jawa Tengah

Kegiatan berbicara merupakan aktivitas yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia dari zaman dahulu sampai zaman sekarang ini. Sebab, berbicara merupakan salah satu aspek kemampuan berbahasa yang  alami yang dimiliki manusia. 

Berbeda halnya dengan kemampuan berbahasa yang lain seperti membaca dan menulis, tidak semua manusia mampu melakukan kegiatan membaca dan menulis. Kemampuan membaca dan menulis membutuhkan latihan yang lebih khusus. 

Semua orang normal pasti bisa berbicara dengan lancar. Namun tidak semua orang memiliki keterampilan retorika, yaitu seni berbicara di depan umum untuk menyampaikan gagasan agar apa yang disampaikan dapat dipahami dengan baik. 

Tarigan (1983:15) mendefinisikan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Dan Seseorang dapat dikatakan terampil seni berbicara apabila orang tersebut sanggup berbicara dalam segala situasi, kapan saja, dan di mana saja dia berada.

Keterampilan seni berbicara ini penting untuk diajarkan di dalam kelas. Harapannya dari pembelajaran di dalam kelas tersebut adalah agar siswa terampil dalam seni berbicara. Sehingga siswa mampu mengungkapkan pendapat, ide, gagasan, pemikiran, atau perasaannya di muka umum dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar. 

Keterampilan seni berbicara ini belum dimiliki oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Hal tersebut juga merupakan persoalan paling serius pada siswa di kelas  di mana saat mereka diminta berbicara di depan umum, mereka akan diam, bingung, menunduk, dan garuk-garuk kepala. Sebaliknya, ketika mereka diminta diam, justru akan berbicara dengan cara berbisik-bisik atau bergurau dengan teman- temannya. 

Kondisi yang demikian banyak dijumpai tidak hanya pada siswa-siswi di kelas  saja. Bahkan  kondisi seperti itu juga kerap ditemukan di kalangan masyarakat umum  termasuk  orang dewasa. Jadi pada intinya, kebanyakan siswa di kelas  tidak mampu berbicara di depan umum dengan baik. 

Di belakang kelas, siswa  bisa berbicara atau mengomentari segala hal. Akan tetapi jika diminta menyampaikan komentar di muka umum, hanya sedikit yang  sanggup. Sesuai dengan kondisi tersebut di atas, maka dapat dikatakan bahwa kemampuan atau keterampilan berbicara yang dimiliki oleh siswa kita adalah kemampuan berbicara sebatas nonformal atau dengan istilah yang lebih populer disebut kemampuan “ngerumpi”. 

Untuk ngerumpi, orang Indonesia pada umumnya memang ahlinya. Masyarakat kita sanggup ngerumpi selama 24 jam tetapi ketika diminta berbicara di muka umum satu menit saja, hanya sebagian kecil yang mampu. Artinya, untuk menyampaikan suatu ide, gagasan, pendapat, atau penjelasan tentang  suatu permasalahan di depan umum, tidak semua orang mampu melakukannya dengan baik. 

Berbicara di depan umum dengan baik memang membutuhkan suatu keterampilan seni berbicara atau kecakapan khusus. Maka agar siswa memiliki kemampuan  keterampilan seni berbicara dibutuhkan proses latihan agar menjadi mahir. 

Kemampuan  keterampilan seni berbicara bukanlah kemampuan genetik yang diwariskan secara turun-temurun. Untuk memperoleh kemampuan tersebut harus melalui berbagai ujian dalam bentuk latihan dan pengarahan atau bimbingan yang intensif.

Sementara itu pembelajaran seni  berbicara sering menimbulkan persoalan di kalangan pengajar bahasa Indonesia. Yang sering menjadi persoalan adalah anggapan yang menyatakan, “Untuk apa pembelajaran berbicara diajarkan di kelas? Bukankah siswa-siswi kita di kelas  sudah pintar berbicara?”

Padahal pembelajaran keterampilan seni berbicara merupakan hal yang penting untuk diajarkan  di kelas dan tidak boleh diabaikan. Sebab, melalui pembelajaran keterampilan seni berbicara ini, siswa di kelas diharapkan mampu mengungkapkan atau menyampaikan pikiran, pendapat, ide, gagasan, atau perasaannya dengan baik. Hal ini sesuai dengan tujuan pembelajaran keterampilan seni  berbicara di kelas  yaitu agar siswa dapat berkomunikasi dalam berbagai situasi secara tepat dan benar dengan menggunakan bahasa Indonesia secara lisan. 

Penyebab tentang pengabaian pembelajaran keterampilan seni  berbicara adalah karena adanya anggapan yang menyatakan bahwa siswa sudah lancar berbicara. Siswa-siswa di kelas  atau di sekolah yang sudah mampu berkata-kata dengan baik, mampu bercerita, mampu mengungkapkan keinginannya, mampu membantah, bahkan sudah mampu untuk ribut dan bertengkar, dianggap sudah memiliki ilmu retorika yang baik. Sehingga materi pelajaran berbicara dianggap tidak perlu lagi diajarkan. 

Alasan tersebut tidaklah benar. Pada umumnya, siswa-siswi kita belum memiliki keterampilan seni berbicara yang baik. Yang dimiliki siswa saat ini mungkin adalah kelancaran berbicara, namun bukan kemampuan keterampilan seni berbicara. Sedangkan yang perlu diajarkan  di kelas atau di sekolah adalah keterampilan seni  berbicara bukan kelancaran berbicara. 

Ironisnya lagi, misalnya di tingkat sekolah dasar SD Negeri Kutowinangun 10, Tingkir, Salatiga, sebagian besar guru SD tidak tahu apa yang harus diajarkan diajarkan untuk meningkatkan keterampilan seni berbicara; dan tidak tahu bagaimana cara mengajarkan keterampilan seni  berbicara.

Untuk itu, diharapkan para guru dapat mengetahui apa yang perlu diajarkan, bagaimana cara mengajarkan, dan bagaimana menilai hasil belajar keterampilan seni  berbicara. Supaya pembelajaran  keterampilan seni berbicara dapat diajarkan dengan baik di kelas dan di sekolah. 

Pembelajaran keterampilan seni berbicara ini sangat penting. Keterampilan berbicara atau retorika adalah seni tentang berbicara yang tidak dimiliki semua orang. Seni berbicara ini hanya bisa dimiliki seseorang dengan latihan khusus dan ada proses bimbingan yang benar. 

Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link INI atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!

Editor: Moh. Haris Suhud, S.S.

Berita Terkait

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka
Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 
Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan
Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan
Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan
Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 
Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua
Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan
Berita ini 23 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 20 Februari 2024 - 10:35 WIB

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka

Senin, 19 Februari 2024 - 15:20 WIB

Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 

Jumat, 16 Februari 2024 - 09:32 WIB

Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan

Selasa, 13 Februari 2024 - 10:50 WIB

Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan

Selasa, 6 Februari 2024 - 10:35 WIB

Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan

Senin, 5 Februari 2024 - 10:27 WIB

Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:55 WIB

Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:20 WIB

Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan

Berita Terbaru