Pusing Menjalani Pembelajaran di Masa Pandemi

- Editor

Senin, 23 Agustus 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pandemi Covid-19 yang mulai mewabah di Indonesia pada pertengahan Maret 2020 membuat semua kegiatan serba terbatas. Mulai dari bekerja, sekolah, dan aktivitas sehari-hari harus dilakukan di rumah. Pandemi ini juga sangat berpengaruh besar pada dunia pendidikan karena siswa diharuskan belajar dari rumah sebagai upaya pencegahan penularan Covid-19 di lingkungan sekolah.

Selama Covid-19 belum mereda, Kemendikbud dan Dinas Pendidikan Provinsi hingga tingkat Kabupaten/Kota memberikan instruksi kepada sekolah untuk melaksanakan pembelajaran secara daring. Takutnya, ketika pembelajaran dilakukan seperti biasa yaitu berkumpul di dalam dapat menjadi menyebarnya virus corona secara masif.

Sekolah-sekolah yang berada di kota besar dengan fasilitas cukup akan lebih mudah dalam melaksanakan pembelajaran secara daring. Tapi bagaimana dengan sekolah yang berada di pedesaan yang masih sering menghadapi kendala terkait jaringan. Tentu semua itu akan menjadi masalah yang rumit.

Apakah pembelajaran di masa pandemi ini harus dilakukan secara daring? Sebenarnya tidak, karena pembelajaran juga bisa dilaksanakan dengan cara luring (luar jaringan). Jika mengambil pilihan luring, guru harus menyiapkan materi pembelajaran yang diketik dan dicetak pada kertas kemudian dibagikan kepada murid. Tetapi sistem luring dapat menimbulkan masalah karena tempat tinggal siswa menyebar, tidak berada di satu lokasi.

Terus bagaimana bisa materi pembelajaran yang sudah dibuat tadi bisa sampai ke tangan murid? Apa gurunya harus keliling seperti penjual jajanan es?

Memang mungkin ada guru yang rela keluar masuk kampung hanya untuk menemui murid-murid dan mengajar secara luring. Tetapi waktu dan tenaga para guru pasti terbatas untuk melakukan itu.

Yang ideal memang menggunakan model pembelajaran daring. Namun dalam pembelajaran daring juga tidak lepas dari berbagai macam masalah. Faktanya, banyak guru yang belum bisa menggunakan berbagai aplikasi pembelajaran online seperti mengoperasikan aplikasi Microsoft Office. Kalaupun bisa masih mengalami kebingungan, dalam bahasa jawa disebut nunak-nunuk.

Dalam pembelajaran daring, tidak hanya guru yang sering menemui masalah, tetapi murid pun juga mengalami banyak masalah. Terdapat beberapa murid yang tidak memiliki ponsel sebagai alat utama pembelajaran online. Belum lagi memikirkan biaya untuk beli paket data agar bisa online.

Belum lagi ditambah masalah di mana banyak wali murid yang pelit mengeluarkan uang untuk beli paket data untuk kepentingan anak dalam belajar daring. Mereka inginnya gratis, padahal sebenarnya biaya untuk membeli pulsa atau paket data bisa diambilkan dari uang saku anak-anaknya yang saat ini belajar di rumah . Tetapi pikiran orang tua terkadang tidak sampai ke arah sana. Kebanyakan mereka berharap subsidi pulsa dari sekolahan.

Yang lebih pusing lagi adalah kepala sekolah yang memiliki tanggung jawab besar. Mau tidak mau, kepala sekolah harus memikirkan bagaimana caranya melaksanakan pembelajaran daring yang efektif.

Kepala sekolah juga harus memikirkan bagaimana agar semua murid dapat mengikuti belajar secara daring. Sementara itu banyak murid yang kesulitan mengikuti pembelajaran secara daring. Karena para murid tersebut biasanya cukup berangkat ke sekolah dan mendengarkan penjelasan dari guru, sekarang dituntut dengan cara baru. Banyak siswa yang sebenarnya aktif ketika belajar di kelas, tetapi tidak muncul ketika belajar secara daring; bagaimana memberi penugasan pada siswa yang tidak membebani siswa sehingga tidak mengganggu kesehatan fisik dan psikis siswa. Itu semua menjadi beban pikiran kepala sekolah.

Tambah komplit lagi ketika wali murid mengeluh tidak punya uang untuk beli pulsa untuk anaknya.  Oleh sebab itu, kepala sekolah harus memikirkan bagaimana caranya mencari biaya untuk mencukupi kebutuhan pembelajaran daring ini.

Sesuai dengan kebijakan yang dikeluarkan Mendikbud, Mas Nadiem Makarim, memberikan opsi kepada kepala sekolah untuk membelanjakan dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) untuk keperluan pembelian pulsa kuota internet bagi guru dan siswa. Hal ini bisa menjadi angin segar untuk mengurangi beban pikiran kepala sekolah dan guru yang sudah seperti ‘odading diguling-guling dengan minyak panas’ memikirkan pembelajaran secara daring ini.

Memang di balik lika-liku pembelajaran secara daring, terdapat hal positif. Jika dalam pembelajaran secara tatap muka hanya guru yang dapat melakukan pengawasan, akan tetapi dengan pembelajaran daring orang tua siswa dapat berkolaborasi dengan guru dalam upaya membangun pendidikan karakter peserta didik. Karena bagaimanapun, keluarga merupakan unsur paling utama dalam membangun kepribadian anak.

Tetapi tidak bisa dipungkiri, banyak juga wali murid yang mengeluhkan sulitnya mendampingi putra-putrinya saat belajar di rumah.

Terkait keluhan orang tua murid dalam melakukan pendampingan, kepala sekolah dan guru lagi-lagi dituntut untuk bisa menghadapinya dengan penuh tanggung jawab dan penuh kesabaran. Guru harus siap dihubungi kapan saja oleh orang tua siswa yang terkadang tidak tahu waktu.

Melihat kondisi seperti ini, maka jika ada orang yang bilang guru bisa enak-enak selama masa pandemi karena tinggal kasih tugas ke siswa, itu jelas keliru. Karena kenyataannya, pelaksanaan pembelajaran di masa pandemi ini lebih rumit dibandingkan dengan pembelajaran tatap muka.

Semoga Allah segera menghapus Covid dari muka bumi ini sehingga pembelajaran tatap muka segera bisa dilaksanakan kembali.

Ditulis oleh Moh. Asnan U, S.Pd, (Seorang guru yang tinggal di Desa Plesungan, Kapas, Kab. Bojonegoro)

Berita Terkait

Penerapan Teknologi Satelit sebagai Upaya Pencegahan Dampak Abrasi Pantai
Mengenal Affordability Energy, Serta Kaitannya dengan Kron’s Loss Equation dan Transmission Line Losses
Tantangan Mencapai Tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) Nomor 7 di Wilayah Jawa, Madura, dan Bali
Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka
Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 
Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan
Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan
Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan
Berita ini 4 kali dibaca

Berita Terkait

Minggu, 23 Juni 2024 - 19:50 WIB

Penerapan Teknologi Satelit sebagai Upaya Pencegahan Dampak Abrasi Pantai

Jumat, 21 Juni 2024 - 13:28 WIB

Mengenal Affordability Energy, Serta Kaitannya dengan Kron’s Loss Equation dan Transmission Line Losses

Sabtu, 15 Juni 2024 - 13:59 WIB

Tantangan Mencapai Tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) Nomor 7 di Wilayah Jawa, Madura, dan Bali

Selasa, 20 Februari 2024 - 10:35 WIB

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka

Senin, 19 Februari 2024 - 15:20 WIB

Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 

Berita Terbaru