Pembelajaran Jarak Jauh tanpa Koneksi Internet di Desa Terpencil

- Editor

Senin, 23 Agustus 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Mengajar dengan dukungan fasilitas yang memadai dan koneksi internet yang stabil merupakan salah satu impian para pendidik di tengah situasi pandemi seperti saat ini. Lalu, apakah yang akan terjadi jika keadaan di lapangan berbanding terbalik dengan apa yang diharapkan?

Sesuai dengan namanya, pembelajaran jarak jauh adalah pembelajaran yang dilakukan tanpa bertatap muka secara langsung. Namun dilaksanakan secara virtual. Dan segala aktivitas pembelajaran dilakukan dari rumah masing-masing. Harapannya, peserta didik tetap bisa belajar dan terhindar dari virus Covid-19.

Desa Posangke dan desa Taronggo adalah di antara beberapa daerah terpencil yang ada di Indonesia. Kedua desa tersebut merupakan desa paling ujung Indonesia, terletak di bawah kaki gunung, tepatnya di Kecamatan Bungku Utara, Kabupaten Morowali Utara, Provinsi Sulawesi Tengah.

Desa tersebut adalah desa yang indah tanpa koneksi internet dengan balutan hutan yang masih alami. Jauh dari hiruk-pikuk keramaian kota. Namun demikian, hal itu tidak menjamin terbebas dari pandemi.

Masyarakat di kedua desa tersebut hanya menyaksikan ganasnya virus Covid-19 melalui berita-berita yang ditayangkan televisi dan kabar-kabar yang disampaikan secara lisan. Dan sekarang mereka benar-benar merasakan dampak secara langsung dari pandemi tersebut. Mereka yang semula tabu dengan masker kini menjadi akrab dan mulai menjadikan masker sebagai benda wajib yang selalu dipakai ketika keluar rumah. 

Sehubungan dengan keadaan tersebut, melalui surat edaran Dinas Pendidikan setempat menyatakan proses pembelajaran tatap muka secara terbatas hanya bisa dilakukan di wilayah dengan kategori zona hijau dan kuning. Sementara itu, Kecamatan Bungku Utara termasuk desa Posangke dan desa Taronggo menjadi salah satu wilayah yang masuk sebagai kategori zona merah. Sehingga semua satuan pendidikan di wilayah tersebut tidak diperbolehkan melaksanakan pembelajaran tatap muka. Kepala puskesmas juga melakukan sosialisasi ke sekolah-sekolah untuk menghentikan sementara proses pembelajaran tatap muka, sebagai salah satu upaya untuk  mengurangi laju penyebaran Covid-19. 

Menjadi Guru di tengah Keterbatasan

Sebagai salah satu guru yang mengajar di daerah tersebut, saya merasakan keprihatinan terhadap kondisi yang terjadi. Muncul rasa dilema dalam diri. Namun kita semua tetap harus tunduk pada aturan yang berlaku demi kemaslahatan bersama.

Di sisi lain, melaksanakan pembelajaran di daerah terpencil di masa pandemi menjadi serba sulit. Pasalnya, jarak rumah peserta didik saling berjauhan, transportasi terbatas, kondisi jalan terjal berbatu dan rusak hampir terlihat di setiap badan jalan. Tidak adanya koneksi internet membuat otak harus bekerja lebih keras untuk menemukan solusi yang tepat agar peserta didik tetap bisa belajar.

Idealnya, pembelajaran di masa pandemi ini dapat dilaksanakan dengan metode pembelajaran jarak jauh (PJJ), sebuah sistem belajar yang dipersepsikan sebagai inovasi abad 21—yang memiliki daya jangkau lintas ruang, sosial, dan ekonomi; sistem pendidikan yang selalu identik dengan teknologi yang dinilai cukup efektif diterapkan pada masa pandemi.

Namun pembelajaran jarak jauh seperti itu belum dapat diterapkan di desa terpencil, setidaknya untuk saat ini. Pembelajaran pada masa pandemi di desa terpencil, khususnya di Desa Posangke dan desa Taronggo, hanya dapat dilaksanakan dengan metode pembelajaran luar jaringan (luring). Keterbatasan jaringan internet dan kondisi lapangan yang sulit membuat pembelajaran di masa pandemi terpaksa dilaksanakan dengan tatap muka secara langsung, dengan beberapa perubahan pola belajar.  

Pembelajaran perlu tetap dilaksanakan untuk menjaga semangat belajar peserta didik. Mengingat untuk daerah terpencil, angka putus sekolah masih sangat tinggi. Dan kami sebagai guru berupaya agar pandemi ini tidak berdampak kepada semangat belajar siswa dan menambah angka putus sekolah.

Bersyukur sekali, atas kesepakatan dengan orang tua peserta didik dan satuan tugas Covid-19 setempat, proses pembelajaran tetap bisa dilaksanakan walaupun dengan metode tatap muka secara terbatas dengan cara melakukan kunjungan dari rumah ke rumah. Semuanya dilakukan dengan mematuhi protokol kesehatan Covid-19. Karena hanya dengan cara itulah proses pembelajaran dapat dilaksanakan dan dapat memantau peserta didik.

Peserta didik dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil sesuai dengan jarak tempat tinggal. Kemudian para guru mengunjungi satu per satu kelompok kecil tersebut secara bergantian sesuai jadwal yang telah ditentukan dengan menerapkan protokol kesehatan. Setiap peserta didik memakai masker yang telah dibagikan oleh sekolah. Setelah selesai mengajar satu kelompok, guru berpindah ke kelompok lain. Jarak yang cukup jauh dan jalanan yang terjal menyita banyak waktu, sehingga pembelajaran dengan cara seperti ini sebenarnya kurang efektif.

Biasanya sebelum mengajar, guru menyusun modul terlebih dahulu dan membuat media pembelajaran. Modul berisi materi yang telah disusun berdasarkan indikator dan tujuan pembelajaran. Modul ini digunakan sebagai bahan bacaan peserta didik.

Untuk meningkatkan minat dan motivasi belajar peserta didik, guru menggunakan media pembelajaran. Media pembelajaran yang digunakan disesuaikan dengan materi dan bahan yang tersedia di lingkungan sekitar.  

Di tengah kondisi yang serba terbatas tersebut, guru dituntut untuk tetap berinovasi melaksanakan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Sebagai contoh, ketika mengajar pelajaran IPA terkait sistem pencernaan, banyaknya nama-nama enzim dan nama latin organ pencernaan membuat siswa sulit memahami. Sementara itu, media pembelajaran yang sudah ada hanya berupa gambar di buku pelajaran. Itu saja tidak cukup.

Segala sesuatu akan mudah diingat apabila dapat diamati secara langsung oleh siswa. Seharusnya media pembelajaran untuk materi tersebut dalam bentuk tiga dimensi. Nah, untuk mengatasi hal tersebut dan untuk membuat suasana belajar lebih menyenangkan, saya pernah membuat sebuah media pembelajaran berupa sistem organ pencernaan manusia dengan menggunakan kain yang dijahit dan dibentuk menyerupai organ-organ pencernaan. Kemudian diletakkan pada kain yang sudah dibentuk menyerupai celemek yang biasa digunakan untuk memasak. 

Alat dan bahan yang digunakan antara lain kain, benang, jarum, dan lem. Cara membuatnya cukup sederhana yaitu membentuk kain menyerupai organ pencernaan dan pada bagian dalam bisa diisi dengan kapuk, kapas,  atau kain bekas. Dengan media pembelajaran sederhana ini ternyata dapat membuat peserta didik cukup antusias dan mudah memahami materi pelajaran.

Semangat Belajar

Sebagai guru di daerah terpencil melihat peserta didik semangat belajar adalah sesuatu yang luar biasa menyenangkan. Ada perasaan haru yang muncul. 

Guru yang dapat menciptakan pembelajaran menyenangkan pasti akan diharapkan dan diidolakan oleh para siswa. Saat melihat guru datang dari kejauhan, mereka sudah menunggu di tepi jalan. Ketika dijelaskan tentang pelajaran, semua pandangan tertuju pada guru mencoba memahami setiap kata yang disampaikan. Semangat belajar siswa yang luar biasa itu pun dapat membuat guru untuk tetap berupaya memberikan pelayanan terbaik untuk siswanya.

Masa pandemi ini memang menjadikan proses pembelajaran menjadi semakin sulit. Namun ketika motivasi dan semangat belajar siswa sudah terbangun dengan baik, pembelajaran akan tetap menyenangkan. Dengan begitu, para siswa di daerah terpencil pun dapat perlahan mengejar ketertinggalan. 

Ditulis oleh Fitriani, S.Pd. (Guru IPA di SMPN 5 Bungku Utara Satap)

Berita Terkait

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka
Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 
Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan
Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan
Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan
Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 
Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua
Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan
Berita ini 248 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 20 Februari 2024 - 10:35 WIB

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka

Senin, 19 Februari 2024 - 15:20 WIB

Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 

Jumat, 16 Februari 2024 - 09:32 WIB

Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan

Selasa, 13 Februari 2024 - 10:50 WIB

Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan

Selasa, 6 Februari 2024 - 10:35 WIB

Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan

Senin, 5 Februari 2024 - 10:27 WIB

Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:55 WIB

Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:20 WIB

Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan

Berita Terbaru