Praktik Baik Elmi: Membentuk Karakter dengan Menyentuh Jiwa Siswa

- Editor

Kamis, 8 September 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh Elmi, S.Pd.

Guru SDN 5 MB Hulu Sampit

 

 

Tiada yang bisa menduga akan ada suatu peristiwa apa yang terjadi di depan sana. Semua pasti berharap selalu baik-baik saja.

Waktu itu bulan kedua mengawali tahun 2001 terjadi suatu peristiwa besar di daerah kami yang sangat menyedihkan, memilukan, dan tragis  yaitu terjadi perang antara dua suku. Bahkan seluruh dunia tahu karena peristiwa itu disiarkan oleh setiap media elektronik maupun cetak waktu itu. Bersyukurlah waktu itu belum ada alat komunikasi secanggih handphone seperti sekarang ini. Sehingga anak-anak tidak melihat visual  apa yang terjadi di luar sana. Mereka hanya mendengar cerita dari orang tua atau dari orang dewasa yang ada di sekitar mereka. Peristiwa itu dikenal dengan peristiwa “Kerusuhan Sampit”.

Suasana  kota Sampit saat itu sangat mencekam. Penerangan mati total beberapa hari. Kalau malam hari menjadi menakutkan  karena tidak ada penerangan listrik.  Warga, baik anak-anak, perempuan, lansia, dan orang-orang yang tidak kuat diimbau untuk pergi mengungsi keluar kota Sampit atau ke tempat yang aman. Semua akses jalan dijaga dan ditutup, kecuali kalau ada yang exodus mengungsi itupun dikawal oleh pasukan adat. PDAM, pelabuhan laut, bandara, dan toko-toko tutup semua. Kebutuhan logistik atau sembako tidak tersedia.

Perang antara kedua suku tersebut terus berlangsung siang dan malam. Kegentaran dan ketakutan akan kehilangan nyawa menghinggapi setiap orang. Rumah-rumah dibakar, toko-toko dibongkar paksa dan dijarah. Alat keamanan negara seolah tidak berdaya waktu itu. 

Setelah kerusuhan usai dan aman, kedua suku yang bertikai sudah berdamai dan mengikat perjanjian untuk hidup berdampingan secara damai dan saling menghormati, kami pindah ke Sampit. Sebelum  pindah ke Sampit saya mencari formasi SD yang terdekat dengan rumah mertua, kebetulan yang terdekat yaitu SDN 5 Mentawa Baru Hulu tempat saya mengajar sampai sekarang. Puji Tuhan saya langsung diberi formasi dan diterima. Saat itu tahun ajaran baru yaitu, Juli 2001 tahun pelajaran 2001/2002.  

Hari pertama masuk sekolah di sekolah yang baru saya berkenalan dengan guru-guru yang ada di sekolah itu. Mereka ramah-ramah dan baik demikian juga kepala sekolahnya. Hari itu kami hanya beramah tamah saja dan kepala sekolah mengumumkan bahwa besok akan ada rapat pembagian kelas. Hari kedua kami rapat pembagian kelas, dan saya kebagian mengajar kelas 4b. Dengan senang hati saya menerima tugas itu dari kepala sekolah saya yang baru. Kepala sekolah berpesan kepada saya, ”Siswa kelas 4b itu anaknya bandel-bandel.” Dalam hati saya bergumam, ”Saya akan coba bimbing mereka.”

Hari ketiga adalah hari kerja bakti. Saya dan anak-anak masuk ruang kelas, kami berkenalan sebentar dan langsung  bekerja membersihkan ruang kelas yang sudah ditentukan waktu rapat. Karena  setiap tahun kelas harus roling untuk memberi penyegaran kepada guru dan siswa supaya tidak bosan di satu ruang yang monoton, demikian kata kepala sekolah waktu kami rapat. 

Saya dan anak-anak mulai bekerja. Saya senang melihat anak-anak sangat antusias dan rajin. Kami kerja gotong-royong membersihkan dan menata  ruang kelas sampai selesai. Mereka bekerja tanpa mengeluh malahan dengan hati riang gembira. Sesekali saya mengajak mereka bercanda. Saya melihat mereka cepat sekali penyesuaian dengan saya guru baru mereka. Saya mengajak mereka ngobrol tentang sekolahnya, tentang cerita kerusuhan, bahkan tentang pengalaman mereka ketika mereka berada di sekolah titipan di tempat di mana mereka mengungsi beberapa bulan setelah kerusuhan. Hari itu benar-benar hari yang sangat menyenangkan dan awal yang baik menurut saya.

Hari-hari berikutnya hari efektif sekolah, saya sudah bisa menyesuaikan  diri dengan anak-anak. Saya mulai mengenal mereka satu per satu. Saya merasa tanpa kendala yang berarti dalam membimbing mereka. Mereka anak-anak yang penurut, anak-anak yang cerdas, rajin, dan suka ngobrol sama saya. Mereka sering curhat. Apa yang mereka alami  mereka ceritakan kepada saya. Saya seperti teman bagi mereka. Bahkan ada anak-anak kalau ketemu di sekolah mereka berebut memeluk saya. Sampai pernah suatu kali ketika guru lain melihat mereka memeluk saya, guru itu menegur mereka, ”Jangan seperti itu dengan Bu guru!” Maksudnya kalau bertemu saya jangan dipeluk. 

Saya senang anak-anak memeluk saya. Dan saya membiarkan mereka memeluk saya kemudian saya membalas  memeluk   mereka.  Saya memberikan kehangatan kasih sayang  dan perhatian kepada mereka. Apalagi bagi anak-anak yang mungkin merasa kurang kasih sayang dan perhatian dari orang tuanya. Mereka sangat mengharapkan dan merindukan mendapatkan itu dari orang-orang di sekelilingnya bahkan dari gurunya sendiri. 

Puji Tuhan, hari-hari berlalu tanpa kendala berarti bersama anak-anak kelas 4b yang notabene terkenal bandel. Itu bisa terjadi karena dengan pendekatan psikologi  saya berusaha menyentuh  jiwa mereka.  Karena di dalam jiwa terdapat peresaan, pikiran, dan kehendak. Karena saya juga tahu mereka baru saja mengalami goncangan jiwa akibat kerusuhan. Pendekatan secara psikologi atau kejiwaan sangat tepat buat mereka. Anak-anak yang tadinya dikatakan nakal, tidak  signifikan meskipun tetap ada kejadian yang tidak mengenakkan. 

Suatu saat pada jam istirahat ada beberapa siswa melakukan kegaduhan di dalam kelas, mereka ribut. Ketika lonceng masuk berbunyi semua masuk kelas. Saya juga masuk ke kelas. Begitu tiba di pintu kelas, semua sudah siap dengan laporannya.  Saya berusaha menenangkan, ”Satu-satu yang bicara.” 

Setelah tenang mulailah saya mempersilakan mereka bicara. Saya mendengar dan menerima laporan mereka dengan sabar sampai selesai. Setelah mendengar laporan dari anak-anak saya mulai memasang muka garang dan seolah marah sekali. Tapi dalam hati saya tidak marah. Saya  sengaja seolah marah sekadar untuk menunjukan kewibawaan saya. 

Saya menasehati mereka supaya jangan  mengulang kembali hal yang sama yang tidak baik itu karena  bisa merugikan diri sendiri. Saya membuka pikiran mereka untuk belajar mulai sekarang menentukan masa depan mereka. Sebab masa depan dan cita-cita dibangun dan ditentukan sejak dini. Untuk mencapai masa depan dan suatu keberhasilan  perlu perjuangan dan proses yang panjang. Setelah saya menasehati mereka, mereka serentak minta maaf kepada saya. Dan kami saling memaafkan.

Pagi, keesokan harinya setelah kejadian itu saya masuk kelas, dari pintu kelas saya melihat  meja saya dipenuhi dengan coklat, permen, dan wafer. Saya  bertanya ,”Ada yang ulang tahun, kah?” 

Anak-anak semua hening. Tidak ada yang bersuara. Setelah saya teliti ada kertas-kertas kecil disemat pada tiap coklat, permen, maupun wafer. Ternyata mereka mengungkapkan rasa bersalah dan permohonan maaf mereka dalam tulisan yang mereka tulis sendiri pada potongan-potongan kertas itu. Saya  ambil satu per satu kertas yang mereka tulis dan saya baca. Sesak dada saya menahan haru. Saya melihat mata anak-anak ada yang berkaca-kaca. Saya terharu,  masih kelas 4 SD mereka sudah bisa minta maaf dengan cara mereka yang unik, dengan cara dan pikiran mereka sendiri. 

Mulai sejak saat itu setiap pagi di meja saya selalu ada permen, coklat, atau wafer kalau ada yang melakukan kesalahan  dengan tulisan, contoh: ”Dari Si A, minta maaf, Bu.” Hal ini berlangsung sampai mereka naik ke kelas  5.

Puji Tuhan, anak-anak kelas 4b yang dulu saya ajar dengan pendekatan kasih sayang rata-rata berhasil. Ada yang jadi  guru honorer maupun guru PNS. Ada yang mengajar di sebuah lembaga bimbingan belajar nasional, ada yang jadi  polisi, dokter, dan lain sebagainya. Mereka sangat akrab kalau bertemu saya.  Saya merasa mereka seperti anak-anak saya sendiri. Bahkan sampai sekarang kalau mereka bertemu saya mereka masih menyimpan rasa manja dan memeluk saya baik laki-laki maupun perempuan. Ada yang dengan bangga memperkenalkan saya kepada isteri dan anak-anak mereka, “Ini guru kesayangan kami di SD 5.” Rupanya kasih sayang yang saya beri tertanam dalam jiwa mereka.  

Setelah lulus SD, murid-murid saya tersebut memang banyak yang melanjutkan ke sekolah yang jenjangnya lebih tinggi. Setelah mereka sudah lulus kuliah, saya melihat pertemanan mereka tetap solid. Bahkan ada beberapa anak membentuk band musik. Dari pemain musiknya sampai penyanyinya dari grup mereka sekelas, kelas 4b dulu. Mereka bekerja sama dengan event wedding organizer. Setiap kali mereka tampil dalam mengisi acara dan kebetulan saya hadir di acara tersebut, mereka pasti menyapa dengan melambaikan tangan dan memanggil saya. Saya merasa bangga melihat mereka. Sampai sekarang kalau mereka pulang kerja, terkadang sengaja datang ke sekolah hanya untuk bertemu dan ngobrol   dengan saya untuk sekadar melepas rindu. 

Karakter yang baik terbentuk memerlukan proses  jangka waktu yang lama dan sedikit demi sedikit. Dan kalau sudah terbentuk akan berlangsung lama. (*)

 

NOTE: Tulisan ini juga dipublikasikan dalam format buku antologi “Praktik Baik”—yang berisi kisah dan pengalaman terbaik para guru dalam mengatasi masalah yang dihadapi dalam proses mendidik siswa

Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!

Editor: Moh. Haris Suhud, S.S.

Berita Terkait

Chat GPT: Menguntungkan atau Merugikan Guru?
Mission Service Learning sebagai Pilihan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Jenjang Sekolah Dasar
Pentingnya Komunitas Belajar bagi Guru di Satuan Pendidikan
Penguatan Kemampuan Literasi untuk Menyiapkan Generasi Gemilang 2045
Undang-Undang Perlindungan Anak dan Dilema dalam Pembentukan Karakter Disiplin Peserta Didik
Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak untuk Mensuksekan Kurikulum Merdeka
Penerapan Student Lead Conference untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Peserta Didik
Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal yang Masih Minim
Berita ini 25 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 4 September 2024 - 10:05 WIB

Chat GPT: Menguntungkan atau Merugikan Guru?

Kamis, 15 Agustus 2024 - 23:11 WIB

Mission Service Learning sebagai Pilihan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Jenjang Sekolah Dasar

Kamis, 15 Agustus 2024 - 22:44 WIB

Pentingnya Komunitas Belajar bagi Guru di Satuan Pendidikan

Rabu, 14 Agustus 2024 - 14:52 WIB

Penguatan Kemampuan Literasi untuk Menyiapkan Generasi Gemilang 2045

Selasa, 13 Agustus 2024 - 21:42 WIB

Undang-Undang Perlindungan Anak dan Dilema dalam Pembentukan Karakter Disiplin Peserta Didik

Berita Terbaru

Kurikulum Pendidikan

Ramai Diperbincangkan Deep Learning, Akan Gantikan Kurikulum Merdeka?

Rabu, 13 Nov 2024 - 11:51 WIB

Unduh Sertifikat Pendidikan 32 JP Gratis