Praktik Baik Bustamin: Menjadi Motivator untuk Peserta Didik

- Editor

Senin, 1 Agustus 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh oleh Drs. Bustamin

Guru di SMA Negeri 2 Pinrang

 

Tidak dapat dimungkiri bahwa belajar bahasa Inggris untuk orang Indonesia sangatlah susah, tak terkecuali di sekolah saya. Sudah menjadi pembicaraan yang umum di kalangan siswa pada umumnya bahwa Bahasa Inggris memang susah. Mereka mengeluhkan pengucapannya yang berbeda dengan tulisannya. Ditambah lagi dengan banyaknya aturan-aturan termasuk tenses yang harus diketahui oleh siswa dan masih banyak lagi.

Adalah Fadly, salah seorang siswa  saya yang sering mengeluhkan tentang ribetnya pelajaran  Bahasa Inggris. Sebetulnya Si Fadly ini adalah siswa yang punya rasa ingin tahu yang cukup tinggi dalam Bahasa Inggris. Karenanya, dalam kegiatan pembelajaran Bahasa Inggris dia selalu aktif mempraktikkan walaupun dengan segala keterbatasan. Namun dia sering mendapat perlakuan yang kurang baik dari teman-temannya dikatai sok hebat lah, pamer dan lain sebagainya. Perlakuan teman-temannya seperti itu berlangsung cukup lama.

Karena itu, Fadly merasa tidak nyaman. Sampai pada puncak kejenuhannya mendapat perlakuan seperti itu, dia menemui saya dan bercerita akan masalah yang dialami. Saking teguhnya Fadly belajar Bahasa Inggris, hampir dua kali sepekan pada malam  hari dia datang ke rumah saya di komplek sekolah. Walaupun dia tinggal kurang lebih 7 km dari sekolah, dia tetap menyempatkan waktu untuk berkonsultasi dengan saya. 

Dari beberapa kali pertemuan dengan saya, ada pesan yang saya tanamkan padanya bahwa, “Biarlah mereka (teman-temannya) mengatakan “Sok keminggris” dan apapun kalimat negatif yang digunakan, pada suatu waktu nanti, mereka pasti akan terkagum-kagum padamu.” 

Dan benar saja, Fadly akhirnya dapat berbahasa Inggris dengan baik dan yang terbaik di kelasnya.

Seiring berjalannya waktu, Fadly melanjutkan ke perguruan tinggi di kota Makassar dan mengambil jurusan Perhotelan dan diapun sukses serta selesai tepat waktu. Bukan hanya Bahasa Inggris yang dia kuasai, tapi juga bahasa Prancis dan Jepang. Kemudian ia bekerja di kota Manado di sebuah hotel terkenal. 

Pada saat masih aktif kuliah di kota Makassar, ia sering menyempatkan waktu menemui saya. Dalam perbincangan kami, dia berkata bahwa apa yang saya sampaikan pada saat itu betul-betul menjadi pemantik untuk belajar bahasa Inggris bahkan bahasa Prancis dan Jepang, tuturnya.

Betapa bangganya saya mendengar pengakuannya tersebut. Saya merasa sebagai seorang guru yang bisa berbuat suatu kebaikan pada siswa saya walaupun sedikit, yaitu meyakinkan dirinya bahwa dia bisa berbahasa Inggris dengan baik pada suatu ketika nanti. 

Mulai sejak itu apabila ada siswa yang mempunyai ketertarikan pada bahasa Inggris tapi mereka mendapatkan perlakuan buruk dari teman-temannya berupa cemooh atau bullying, saya selalu terpanggil untuk memberikan motivasi dan jalan keluar untuk  mengatasi masalahnya. Karena faktanya memang sering terjadi kasus siswa yang ingin belajar bahasa Inggris justru mendapat perlakukan seperti yang dialami oleh Fadly.

Apa yang saya lakukan di atas merupakan salah satu pendidikan karakter pada siswa.  Dan guru memiliki peran penting dalam pembentukan karakter siswa pada pendidikan formal di sekolah. Dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2015 tentang Guru dan Dosen disebutkan bahwa “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.” 

Dengan perkembangan zaman dan ilmu pengetahuan, peran guru tidak hanya sebagai pengajar dan pendidik saja, melainkan juga berperan sebagai inspirator, motivator, konselor dan sahabat bagi siswa.

Salah besar jika seorang guru hanya mengajarkan materi hafalan dan ingatan kepada siswa tanpa  memperhatikan aspek sikap dan keterampilan sosialnya. Pembiasaan sikap yang baik  dan bekal keterampilan sosial sangat penting untuk membangun karakter siswa.

Menilai siswa dari segi akademis memang penting, namun perlu diingat bahwa menghargai kebaikan yang dilakukan siswa juga sangat perlu. Bentuk apresiasi atau pengakuan atas usaha yang telah dilakukan siswa dapat menumbuhkan motivasi siswa baik dalam belajar maupun menjadi pribadi yang lebih baik. Penting sekali bagi guru memahami kepribadian setiap siswa supaya dapat memberikan bentuk motivasi yang sesuai tanpa menyakiti.

Seorang guru yang hebat juga harus mampu menginspirasi siswa-siswinya. Materi atau  pengetahuan tentang pelajaran dapat dengan mudah siswa dapatkan melalui buku-buku bacaan. Sedangkan tidak semua bacaan mengandung nilai-nilai dan pesan moral yang juga sangat penting dalam menaklukkan tantangan di masa depan. 

Nilai-nilai kebaikan dan pesan moral dapat guru hebat sisipkan dalam setiap mata pelajaran yang diajarkan. Contohnya saat guru mengajar pelajaran Matematika,  seyogyanya juga menyisipkan nilai-nilai seperti kesabaran, kejujuran, pantang menyerah dalam menyelesaikan masalah, dan lainnya. Jadi pembelajaran tidak hanya berhenti pada memberikan deretan rumus atau hafalan saja.

Menjadi guru yang hebat tidak selalu harus melakukan hal-hal yang besar, cukup hal-hal yang sederhana namun dapat mengubah jati diri siswa. Guru hebat tidak perlu melakukan hal yang spektakuler untuk membangun karakter siswa, namun semuanya dimulai dari hal yang sederhana dalam diri seorang guru itu sendiri dan hasilnya akan menjadi inspirasi bagi siswa. (*)

 

NOTE: Tulisan ini juga dipublikasikan dalam format buku antologi “Praktik Baik”—yang berisi kisah dan pengalaman terbaik para guru dalam mengatasi masalah yang dihadapi dalam proses mendidik siswa. 

Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!

Editor: Moh. Haris Suhud, S.S.

Berita Terkait

Chat GPT: Menguntungkan atau Merugikan Guru?
Mission Service Learning sebagai Pilihan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Jenjang Sekolah Dasar
Pentingnya Komunitas Belajar bagi Guru di Satuan Pendidikan
Penguatan Kemampuan Literasi untuk Menyiapkan Generasi Gemilang 2045
Undang-Undang Perlindungan Anak dan Dilema dalam Pembentukan Karakter Disiplin Peserta Didik
Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak untuk Mensuksekan Kurikulum Merdeka
Penerapan Student Lead Conference untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Peserta Didik
Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal yang Masih Minim
Berita ini 1 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 4 September 2024 - 10:05 WIB

Chat GPT: Menguntungkan atau Merugikan Guru?

Kamis, 15 Agustus 2024 - 23:11 WIB

Mission Service Learning sebagai Pilihan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Jenjang Sekolah Dasar

Kamis, 15 Agustus 2024 - 22:44 WIB

Pentingnya Komunitas Belajar bagi Guru di Satuan Pendidikan

Rabu, 14 Agustus 2024 - 14:52 WIB

Penguatan Kemampuan Literasi untuk Menyiapkan Generasi Gemilang 2045

Selasa, 13 Agustus 2024 - 21:42 WIB

Undang-Undang Perlindungan Anak dan Dilema dalam Pembentukan Karakter Disiplin Peserta Didik

Berita Terbaru

Kurikulum Pendidikan

Ramai Diperbincangkan Deep Learning, Akan Gantikan Kurikulum Merdeka?

Rabu, 13 Nov 2024 - 11:51 WIB

Unduh Sertifikat Pendidikan 32 JP Gratis