Oleh Mujib Alwy, S.Pd
Guru Projek IPAS SMK Negeri 1 Polewali
Gadis kecil yang cantik, periang dan pintar yang oleh teman sebayanya memanggilnya Isna, tiba-tiba saja menangis dan terisak di pelukan ibunya karena tertusuk bulu babi yang bertebaran di sepanjang gusung (gundukan pasir pantai). Untung saja di antara rombongan ada yang bisa mengobati. Obat yang digunakan pun sangat mujarab sehingga ibu dan gadis kecil itu tersenyum bahagia memancarkan raut muka yang berseri.
Hembusan angin dan pancaran matahari senja serta pemandangan cantik dari spektrum cahaya matahari di atas permukaan laut mengiringi rombongan perlahan merapat ke tepi pantai untuk mengakhiri petualangan naik perahu setelah mengelilingi area sekitaran pulau Kodingareng Lompo yang eksotik.
Pulau Kodingareng Lompo luasnya sekitar 14 hektar dengan pemandangan daratan kota Makassar, adalah sebuah pulau yang awalnya bernama pulau Harapan. Pulau tersebut dihuni sekitar 5.000 jiwa, di sana terhampar gundukan pasir pantai dan sebagian dipenuhi bunga terumbu karang mati yang terkumpul secara alami oleh ombak dan air laut. Di atas gundukan pasir, patahan bunga terumbu karang mati terhampar luas di atas permukaan menyerupai pulau kecil berbentuk huruf U.
Berjarak sekitar 15 kilometer dari kota Makassar, pulau Kodingareng dapat ditempuh sekitar 45 menit dengan kapal penyeberangan dari dermaga Kayu Bangkoa.
Sembari menikmati pemandangan deretan antar pulau selama dalam perjalanan, timbul pemikiran saya tentang pengembangan potensi sektor wisata bahari sebagai pilar perekonomian yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat pulau. Ada 12 buah pulau menawan dalam kawasan spermonde yang secara administratif masuk dalam wilayah kota Makassar, yang dapat dieksplorasi menjadi destinasi wisata bahari: pulau Kodingareng Lompo, Kodingareng Keke, Barrang Lompo, Barrang Ca’di, Langkai, Lajukkang, Lumu-lumu, Samalona, Bonetambung, Kayangan hingga yang paling dekat dengan daratan kota Makassar yaitu pulau Lae-Lae dan Lae-Lae Kecil.
Pemberdayaan sumber daya masyarakat pulau dengan pelibatan penduduk lokal adalah hal mutlak dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan warga. Kuliner berupa ikan laut, snorkeling, susur pantai dan diving adalah sebuah hal yang sangat menjanjikan untuk dikembangkan. Apalagi warga pulau dengan budaya kearifan lokal sudah terbiasa menyambut pengunjung layaknya seperti menyambut kedatangan keluarga sendiri.
Keramahan warga pulau yang religius ditambah dengan suasana malam yang indah sembari menikmati ikan bakar segar dapat dijadikan sebagai modal awal yang dimiliki warga pulau—di samping modal lain yang perlu dikembangkan seperti panorama di pinggir dermaga sambil memancing ikan, perahu warga pulau yang siap mengantar wisatawan berkeliling pulau, dan kesiapan warga pulau untuk menjadikan rumahnya sebagai homestay serta satu hal yang paling penting adalah menjaga kebersihan sepanjang tepi pantai dari sampah.
Bentuk pulau yang relatif memanjang merupakan daya tarik tersendiri. Di waktu sore saat air laut surut, gusung bagian paling ujung pulau merupakan tempat terbaik untuk menikmati senja. Tersedia beberapa titik menyelam di perairan pulau, area spot snorkeling hanya beberapa meter dari dermaga sambil menikmati air laut yang jernih dengan pemandangan bawah laut seperti ikan-ikan kecil, terumbu karang, bintang laut, kerang di sepanjang bibir pantai dan tersedianya kios atau jajanan hampir di setiap bagian pulau. Juga terdapat mercusuar putih yang menjadi ciri khas pulau.
Kelestarian biota laut yang tersedia ini hendaknya patut disyukuri sebagai sebuah anugerah yang Maha Kuasa. Patut dijaga dan dipelihara karena itu semua merupakan kewajiban.
Kesepahaman, sinergi dan kesamaan langkah antara warga pulau dan pemangku kepentingan dalam menjaga lingkungan, menjaga keragaman biota laut, menyusun program bersama untuk memajukan wisata di pulau ini akan berdampak pada peningkatan pendapatan warga pulau. Tersedianya kapal penyeberangan antar pulau dengan jaminan rasa nyaman dan aman sepatutnya menjadi perhatian utama. Pulau yang dapat memanjakan pengunjung untuk kembali berwisata dan berkunjung di tempat ini.
Saat adzan Subuh berkumandang, warga bergegas menuju masjid. Tak lama berselang matahari pagi mulai memancarkan sinarnya. Seiring dengan aktivitas warga yang mulai memadati dermaga kayu sebagai pertanda kapal reguler akan segera beroperasi menyeberangkan warga pulau dan para pelancong ke dataran kota Makassar.
Beberapa ibu rumah tangga yang merangkap sebagai wirausaha kecil menjajakan kuliner tradisional khas pulau di sekitar dermaga kayu menambah suasana hiruk-pikuk aktivitas dermaga.
Kapal penyeberangan reguler melaju dengan santai menuju daratan Makassar. Tampak dari kejauhan deretan kapal besar bergerak dengan pasti merapat di pelabuhan Makassar untuk melakukan aktivitas bongkar muat menambah suasana gembira dalam perjalanan, seiring dengan kapal penyeberangan bersandar di dermaga Kayu Bangkoa, pantai Losari Makassar. (*)
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!
Editor: Moh. Haris Suhud, S.S.