Menumbuhkan self awareness atau kesadaran diri merupakan salah satu cara membentuk siswa menjadi generasi berkarakter. Jika diterapkan, kesadaran diri dapat menjadi bagian dari pembelajaran sikap untuk mengatasi pendidikan yang selama ini dinilai kurang “menyentuh”.
Self Awareness secara sederhana dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengenal diri sendiri.
Koeswara (1987) menjelaskan lebih jauh bahwa self awareness adalah kapasistas yang mungkin bagi sesorang mengamati diri sendiri atau membedakan dari orang lain, serta kapasitas yang memungkinkan untuk mampu menempatkan diri di waktu kini, lalu, dan masa depan.
Menurut Goleman (1996) self awareness mencangkup tiga aspek yaitu kemampuan mengenali emosi,kemampuan pengakuan diri, dan kemampuan mempercayai diri sendiri.
Kemampuan mengenali emosi berkaitan dengan pengetahuan sesorang tentang makna dari emosi yang dirasakan, penyebab serta pengaruhnya terhadap diri.
Sedangkan kemampuan pengakuan diri, berkaitan dengan kemampuan seseorang mengenali kelebihan dan kekurangannya. Serta kemampuan mempercayai diri sendiri yang berarti sesorang mempercayai dirinya sendiri, sadar akan harga diri dan kemampuan dirinya sendiri.
Bagi seorang siswa, memiliki kesadaran diri menjadi hal yang penting. Alasan pertama karena siswa yang memiliki kesadaran diri akan lebih mengenal dirinya sendiri serta memahami perasaan yang ia rasakan. Kemampuan semacam ini dapat mendorong siswa untuk dapat mengarahkan dirinya sendiri kearah yang lebih baik.
Kedua, siswa yang memiliki kesadaran diri yang baik akan cenderung dapat mengungkapkan pikirannya dengan baik. Karena ia tahu nilai-nilai apa yang sesuai dengan dirinya dan mana yang tidak sesuai, sehingga setiap keputusan dan ucapannya merupakan cerminan dari nilai-nilai dari dalam dirinya.
Ketiga, siswa bisa mengevalusi dan mengontrol diri sendiri. Kesadaran diri membuat siswa dapat mengerti siapa dirinya dan bagaimana mengatasi emosi dalam dirinya. Sehingga ia akan mampu mengontrol dirinya sendiri, terbuka terhadp kritik, dan mampu mengolah setiap kejadian menjadi bahan evaluasinya.
Keempat, siswa mampu melakukan perencanaan karir juga masa depannya dengan baik. Kesadaran diri mengarahkan siswa untuk lebih memahami dirinya. Sehingga setiap potensi dan kekurangan yang ia ketahui dapat dijadikan bahan perencanaan karir dan masa depannya.
Schafer (1996) menjelaskan bahwa dalam membentuk self awareness terdapat lima kerangka yaitu attention berarti proses pemfokusan sumber daya mental ke hal yang bersifat eksternal dan internal, wakefulness berarti keadaan mental yang dimiliki sesorang sepanjang hidup, arsitektur berarti lokasi fisik dari struktur fisiologis serta proses yang menyokong kesadaran, mengingat pengetahuan berarti proses pengambilan informasi tentang pribadi, dan pengetahuan diri yang berarti pemahaman tentang jati diri.
Secara tidak langsung, melatih kesadaran diri akan mampu membentuk karakter siswa menjadi karakter yang unggul.
Melatih siswa memiliki keasadaran diri, berarti juga membantu membiasakan siswa melakukan hal kecil sebelum guru menjelaskan lebih jauh mengenai nilai-nilai dari pembelajaran pendidikan karakter.
Anda perlu bantuan menyusun KTI Inobel? Tersedia workshop 35 JP “Mudah dan Cepat Menyusun Karya Tulis Ilmiah Inovasi Pembelajaran”. Klik LINK INI untuk mendaftar.
Penulis : Agriantika Fallent