Oleh Apriana Winedhar
Mahasiswa MAP UKSW Salatiga
Untuk meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah, bukan hanya guru saja yang mengambil peran. Namun juga menjadi tanggung jawab Kepala Sekolah sebagai pemimpin di satuan Pendidikan. Kepala Sekolah harus dapat mengontrol, mengevaluasi dan juga membantu guru dalam merefleksikan proses pembelajaran yang sudah berlangsung di sekolah. Dan cara yang efektif saat ini yang dapat mewadahi aktivitas refleksi pembelajaran guru di satuan Pendidikan adalah dengan adanya komunitas belajar.
Komunitas belajar di satuan Pendidikan adalah ruang non-formal yang bisa dimanfaatkan oleh guru untuk memperoleh pembelajaran tambahan. Komunitas belajar ini adalah suatu perkumpulan di mana setiap anggotanya memiliki tujuan belajar yang sama dan juga saling berinteraksi untuk mewujudkan tujuan belajar tersebut. Karena guru memiliki tujuan yang sama, maka setiap anggota ikut berpartisipasi dalam setiap proses belajar di dalamnya. Setiap individu dapat belajar lebih cepat dan memiliki sikap belajar yang baik dalam lingkungan yang partisipatif (Chapman, Ramondt, & Smiley, 2006).
Komunitas belajar di sekolah sangatlah penting dilaksanakan secara rutin dan berkala. Paling tidak setiap satu minggu sekali para guru di sekolah berkumpul bersama, berkolaborasi, merefleksi dan juga saling bertukar pikiran tentang proses pembelajaran yang sudah berlangsung di kelas masing-masing.
Proses pembelajaran dalam komunitas yang terjadi secara berkelanjutan di satuan pendidikan akan membentuk ekosistem dan budaya belajar yang positif dan pada akhirnya akan berdampak pada peningkatan kualitas pembelajaran dan hasil belajar peserta didik.
Di sini yang menjadi acuan dalam mengelola komunitas belajar merujuk pada DuFour, et al. (2021) tentang Professional Learning Community. Bahwa terdapat 3 (tiga) ide besar untuk mengoptimalkan terbangunnya komunitas belajar yang berpusat pada pembelajaran peserta didik, di antaranya:
- Fokus pada pembelajaran; dalam proses belajar bersama di dalam komunitas, pendidik diharapkan berfokus pada pembelajaran peserta didik yang sudah dilaksanakan di kelas masing-masing.
- Membudayakan kolaborasi dan tanggung jawab yang efektif; Guru perlu membangun budaya kolaboratif dengan rekan guru yang lain untuk bekerja bersama dan memikul tanggung jawab kolektif demi membantu peserta didik mengoptimalkan proses belajarnya. Karena sikap saling membantu, memiliki pemikiran terbuka, dan senang memecahkan masalah secara bersama perlu dijadikan kebiasaan sehari-hari. Perkembangan belajar peserta didik tidak lagi menjadi tanggung jawab pribadi masing-masing pendidik, tetapi menjadi tanggung jawab bersama yang harus diupayakan secara berkelanjutan
- Berorientasi pada hasil belajar peserta didik; Cara yang dapat dilakukan guru untuk memastikan peserta didik belajar adalah dengan melakukan asesmen yang berkelanjutan dan mendapatkan bukti bahwa masing-masing peserta didik telah memiliki pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan. Selain itu akan menghasilkan output dari peserta didik yang sudah mendapatkan bekal terbaik dari sekolah tempat mereka belajar.
Dengan demikian, komunitas belajar di satuan Pendidikan dapat meningkatkan kompetensi guru, menjadi wadah untuk saling berkolaborasi. Dan yang paling utama dapat meningkatkan pelayanan terbaik untuk pembelajaran di satuan pendidikan.
Dalam melaksanakan Kurikulum Merdeka sekarang ini, guru memang diharapkan dapat lebih meningkatkan kompetensi yang dimiliki. Penekanan yang harus guru perhatikan adalah pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Dalam pembelajaran, anak diharapkan mendapatkan kebahagiaan, bukan tekanan dan ketakutan karena sulitnya materi yang dipelajari.
Di samping melayani kebutuhan pembelajaran peserta didik, guru juga harus menjadikan setiap peserta didik mempunyai karakter yang baik, agar peserta didik dapat menjadi anak yang berprofil pelajar Pancasila.
Sehingga saat ini, guru tidak hanya fokus dalam mengajar saja, namun guru juga harus belajar. Belajar bagaimana menjadi seorang pengajar yang baik.