Peningkatan Kualitas Pembelajaran Sejarah dengan Media Kawasan Menara Kudus

- Editor

Selasa, 16 Januari 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh Kustiyani, S. Pd.

Mengajar di SMA Negeri 1 Jekulo Kudus

 

 

Kawasan Menara Kudus adalah sebuah kompleks bersejarah yang terdiri dari Menara, Masjid Al Aqsa, dan Makam Sunan Kudus. Ini semua dapat dijadikan sebagai salah satu media pembelajaran dalam pelajaran Sejarah.

Rusman dalam Model-Model Pembelajaran (2012) menjelaskan bahwa setiap benda dapat digunakan sebagai alat untuk mengajar, dapat digunakan untuk menyampaikan informasi kepada orang yang akan menerimanya, atau sebaliknya. Artinya, benda, peristiwa, orang, atau kombinasi dari semuanya dapat digunakan sebagai media pembelajaran. 

Berdasarkan definisi tersebut, penggunaan kawasan Menara Kudus sebagai media pembelajaran Sejarah dapat disesuaikan dengan materi pelajaran yang berkaitan dengan Agama dan budaya Islam, khususnya di wilayah Kudus, serta pengaruhnya sampai sekarang

Dalam Kurikulum Merdeka, materi pelajaran Sejarah tersebut merupakan bagian dari lingkup materi Kerajaan-Kerajaan Islam di Indonesia. Pembahasan materi kerajaan-kerajaan di Indonesia diawali dengan agama Islam masuk dan berkembang di Indonesia termasuk di Pulau Jawa. Sementara agama Islam masuk dan berkembang di Pulau Jawa tidak terlepas dari peran Wali Songo yang menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Salah satu dari sembilan wali songo tersebut adalah Sunan Kudus.

Keberadaan dan peran Sunan Kudus dalam menyebarkan agama Islam di Kudus, berdasarkan sumber sejarah, di antaranya bangunan Menara Kudus, Masjid Al Aqsa, dan saat ini Makam Sunan Kudus itu sendiri. Ketiga bangunan tersebut kini menjadi kawasan Menara Kudus yang sesuai UU Nomor 10 Tahun 2011 masuk dalam  cagar budaya yang harus dipelihara, dirawat, dilindungi  dan dilestarikan serta dilakukan pengkajian  oleh publik.

Pemanfaatan kawasan Menara Kudus sebagai media pembelajaran Sejarah telah dilakukan oleh siswa kami kelas X SMA Negeri 1 Jekulo Kudus pada semester genap tahun pelajaran 2022/2023. Dengan menggunakan metode outclass learning atau pembelajaran di luar kelas, peserta didik melakukan observasi atau pengamatan dan wawancara. 

Observasi dilakukan terhadap bangunan Menara Kudus, Masjid Al Aqsa dan Makam Sunan Kudus serta masyarakat atau peziarah yang berada di kawasan tersebut. Sedangkan wawancara dilakukan kepada narasumber selaku juru bicara pengelola kawasan Menara Kudus, para pedagang, dan masyarakat yang berada di kawasan tersebut. 

Peserta didik dalam satu kelas dibagi menjadi enam kelompok. Setiap anggota kelompok melakukan kegiatan observasi atau wawancara sesuai kesepakatan yang dibuat dalam kelompoknya. Pembuatan kelompok dilakukan sebelum  mereka berada di kawasan Menara Kudus.

Dengan melihat  langsung bangunan Menara Kudus, Masjid Al Aqsa dan Makam Sunan Kudus, peserta didik dapat terhindar dari salah tafsir.  Mereka belajar langsung melalui ketiga media bangunan sejarah tersebut sehingga membantu mempermudah peserta didik menganalisis perkembangan dan pengaruh budaya Islam di Kudus. 

Kegiatan  pembelajaran yang berlangsung di kawasan Menara Kudus tersebut membuat peserta didik tampak senang. Rasa senang terpancar dari raut wajah  dan kegembiraan yang mereka perlihatkan, mulai dari berangkat sampai tiba di lokasi pembelajaran. Perasaan senang tersebut mungkin timbul karena dapat belajar di alam terbuka dengan media pembelajaran yang nyata dan  mendapat informasi langsung dari narasumber pengelola kawasan Menara Kudus. Dan dengan perasaan senang ini membuat mereka menjadi lebih tertarik belajar mengenai materi agama dan budaya Islam di Kudus dan pengaruhnya sampai sekarang. 

Selanjutnya perasaan senang tersebut diharapkan dapat meningkatkan motivasi peserta didik untuk berpartisipasi atau ikut  aktif  dalam pembelajaran. Dan keaktifan peserta didik memang terlihat pada semua peserta didik yang melaksanakan kegiatan sesuai kesepakatan kelompoknya. Sebagian peserta didik ada yang mengamati bangunan Menara Kudus, Masjid Al Aqsa dan Makam Sunan Kudus. Sebagian lagi melakukan riset tentang ketiga bagunan tersebut seperti kapan pertama kali dibangun, renovasi, pemeliharaan, dan perlindungannya. Ada juga peserta didik yang melakukan wawancara terhadap pada pedagang dan peziarah atau masyarakat yang berada di lokasi Kawasan Menara Kudus. 

Keaktifan peserta didik menggunakan media nyata  kawasan Menara Kudus ini diharapkan dapat meningkatkan pemahaman mereka  terhadap materi Agama dan budaya Islam di Kudus serta pengaruhnya sampai sekarang. Hal ini dikarenakan media pembelajaran kawasan Menara Kudus mampu memperjelas penyampaian pesan materi pembelajaran secara lebih konkret.

Dengan mengamati langsung bangunan Menara Kudus dan bertanya kepada narasumber, peserta didik dapat lebih memahami akulturasi atau proses pencampuran berbagai unsur budaya.  Dalam konteks ini terjadi percampuran  unsur budaya Islam, Hindu, Budha dan Cina pada saat Sunan Kudus menyebarkan agama Islam di Kudus.

Pada akhirnya menggunakan media nyata  kawasan Menara Kudus dalam pembelajaran Sejarah untuk mempelajari materi Agama dan budaya Islam di Kudus dapat meningkatkan kualitas belajar peserta didik kelas X E SMA Negeri 1 Jekulo Kudus. 

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa media kawasan Menara Kudus tidak semata-mata berfungsi sebagai pembawa pesan dari guru ke peserta didik, tetapi juga untuk menarik perhatian, memperjelas penyampaian pesan, menghindari salah tafsir dan  meningkatkan efektifitas kegiatan belajar peserta didik. 

Di sisi lain, setiap media pembelajaran memiliki kelemahan disamping kelebihannya. Kelemahan penggunaan media kawasan seperti kawasan Menara Kudus ini membutuhkan waktu pembelajaran yang lebih lama  dibandingkan pembelajaran di dalam kelas. Olah karena itu guru harus bisa mengatur waktu pelaksanaan kegiatan pembelajaran di luar kelas. 

Kelemahan kedua, lebih sulit mengatur peserta didik di luar kelas daripada di dalam kelas. Apalagi jika media pembelajarannya mencakup lokasi yang besar seperti situs atau kawasan. Kelemahan yang kedua ini juga harus diperhitungkan bagi guru yang akan melakukan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media kawasan atau situs.

Terlepas dari kelemahan-kelemahan penggunaan media pembelajaran berbasis kawasan seperti di Menara Kudus, sejauh ini media tersebut dapat menjadi alternatif dalam proses pembelajaran dengan materi Agama dan budaya Islam. 

Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!

Penulis : Kustiyani, S. Pd.

Editor : Moh. Haris Suhud, S.S.

Berita Terkait

Pemanfaatan Teknologi untuk Pembelajaran Kreatif dan Interaktif
Chat GPT: Menguntungkan atau Merugikan Guru?
Mission Service Learning sebagai Pilihan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Jenjang Sekolah Dasar
Pentingnya Komunitas Belajar bagi Guru di Satuan Pendidikan
Penguatan Kemampuan Literasi untuk Menyiapkan Generasi Gemilang 2045
Undang-Undang Perlindungan Anak dan Dilema dalam Pembentukan Karakter Disiplin Peserta Didik
Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak untuk Mensuksekan Kurikulum Merdeka
Penerapan Student Lead Conference untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Peserta Didik
Berita ini 79 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 18 November 2024 - 20:12 WIB

Pemanfaatan Teknologi untuk Pembelajaran Kreatif dan Interaktif

Rabu, 4 September 2024 - 10:05 WIB

Chat GPT: Menguntungkan atau Merugikan Guru?

Kamis, 15 Agustus 2024 - 23:11 WIB

Mission Service Learning sebagai Pilihan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Jenjang Sekolah Dasar

Kamis, 15 Agustus 2024 - 22:44 WIB

Pentingnya Komunitas Belajar bagi Guru di Satuan Pendidikan

Rabu, 14 Agustus 2024 - 14:52 WIB

Penguatan Kemampuan Literasi untuk Menyiapkan Generasi Gemilang 2045

Berita Terbaru

Unduh Sertifikat Pendidikan 32 JP Gratis