Pendidikan Karakter pada Siswa Sekolah Dasar

- Editor

Sabtu, 1 Mei 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pendidikan karakter siswa sekolah dasar sangat penting. Karakter adalah pendidikan yang paling utama dan yang pertama kali harus kita terapkan karena setinggi-tingginya ilmu pengetahuan seseorang tidak akan berguna jika karakternya bermasalah.

Sebagai contoh berbagai permasalahan-permasalahan yang timbul karena rendahnya nilai karakter adalah siswa tidak lagi segan atau tidak lagi menghormati gurunya. Siswa menjadi pribadi yang temperamen atau mudah marah; siswa suka berkelahi dengan sesama teman, tidak segan untuk mengambil yang bukan haknya atau mencuri, tidak mempunyai rasa kepedulian terhadap lingkungannya, dan masih banyak lagi contoh kasus-kasus kenakalan siswa terutama siswa SD.

Beranjak dari permasalah tersebut maka betapa pentingnya pendidikan karakter. Dan semua pihak harus saling bekerjasama. Peran guru, orang tua siswa, dan peran masyarakat sangat membantu untuk pembentukan karakter. Tanpa kerjasama dari semua pihak, maka tidak akan pernah terbentuk karakter yang diharapkan.

Keluarga merupakan ujung tombak pertama dalam pendidikan karakter anak. Selanjutnya masyarakat atau lingkungan sekitar termasuk lingkungan kedua yang dikenal anak karena sebelum anak masuk ke sekolah dasar maka anak akan melalui pendidikan di lingkungan keluarga dan masyarakat dulu. Selanjutnya di sekolah guru juga harus berperan aktif dalam penanaman pendidikan karakter.

Untuk melaksanakan pendidikan karakter yang tepat kita perlu mengenal lebih dalam tentang apa dan bagaimana pendidikan karakter.

Pengertian Pendidikan Karakter Menurut Pakar

Menurut Koesoema (2010:3) mengemukakan pengertian pendidikan karakter bahwa:

Karakter merupakan struktur antropologis manusia, di sanalah manusia menghayati kebebasan dan menghayati keterbatasan dirinya. Dalam hal ini karakter bukan hanya sekedar tindakan saja, melainkan merupakan suatu hasil dan proses. Untuk itu suatu pribadi diharapkan semakin menghayati kebebasannya, sehingga ia dapat bertanggung jawab atas tindakannya, baik untuk dirinya sendiri sebagai pribadi atau perkembangan dengan orang lain dan hidupnya.

Karakter juga merupakan evaluasi kualitas tahan lama suatu individu tertentu atau disposisi untuk mengekspresikan perilaku dalam pola tindakan yang konsisten di berbagai situasi. Hal ini menunjukkan bahwa karakter memang terbentuk karena pola tindakan yang berstruktur dan dilakukan berulang-ulang agar dalam pembentukan karakter anak dapat berjalan dengan baik.

Definisi di atas tampaknya masih bersifat umum. Secara rinci Prasetyo dan Rivasintha (2013:30) mendefinisikan bahwa:

Pengertian Pendidikan karakter sebagai suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada peserta didik yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa dalam mewujudkan pendidikan yang berkarakter adalah dengan cara menanamkan nilai-nilai karakter kepada peserta didik sebagai fondasi agar terbentuknya generasi yang berkualitas yang mampu hidup mandiri dalam kehidupan sehari-hari. Sehingga nantinya bisa menjadi manusia insan kamil yang memiliki prinsip suatu kebenaran yang dapat dipertanggungjawabkan

Pembentukan Karakter

Pembentukan karakter anak merupakan salah satu wujud kepedulian terhadap kesejahteraan anak di masa depan. Semua komponen bangsa, mulai dari orang tua, keluarga, masyarakat, dunia usaha, pemerintah, dan negara, memiliki kewajiban dan tanggung jawab terhadap perlindungan dan kesejahteraan anak (Undang-Undang Perlindungan Anak, No. 23 Th. 2002).

Unsur terpenting dalam pembentukan karakter adalah pikiran. Hal ini karena didalam pikiran terdapat seluruh program yang terbentuk dari pengalaman hidupnya. Program ini kemudian membentuk sistem kepercayaan yang akhirnya dapat membentuk pola berpikir yang bisa mempengaruhi perilakunya.

Jika program yang tertanam tersebut sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran universal, maka perilakunya berjalan selaras dengan hukum alam. Hasilnya, perilaku tersebut membawa ketenangan dan kebahagiaan.

Sebaliknya, jika program tersebut tidak sesuai dengan prinsip-prinsip hukum universal, maka perilakunya membawa kerusakan dan menghasilkan penderitaan. Oleh karena itu, pikiran harus mendapatkan perhatian yang serius.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat diambil pengertian bahwa karakter akan timbul dengan sendirinya atau dengan mudah dari perilaku yang dilakukan. Pendidikan karakter anak usia dini dinilai sangat penting karena anak-anak adalah generasi yang akan menentukan nasib bangsa di kemudian hari. Karakter anak-anak yang terbentuk sejak sekarang akan sangat menentukan karakter bangsa di kemudian hari.

Tujuan Pembentukan Karakter

Pembentukan karakter pada intinya bertujuan membentuk bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong dan berjiwa patriotik.

Tujuan pembentukan karakter menurut Kesuma, Triatna dan Permana (2011:11) adalah memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah lulus sekolah, mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan sekolah, dan membangun koreksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.

Pembentukan karakter yang baik, pasti akan menghasilkan perilaku individu yang baik pula. Kemudian, tindakan itu diharapkan mampu membawa individu ke arah yang lebih baik dan kemajuan

Ditulis oleh: Harika Pamungkas, S.Pd

(UPTD SDN 212 / VIII Sapta Mulia)

Berita Terkait

Chat GPT: Menguntungkan atau Merugikan Guru?
Mission Service Learning sebagai Pilihan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Jenjang Sekolah Dasar
Pentingnya Komunitas Belajar bagi Guru di Satuan Pendidikan
Penguatan Kemampuan Literasi untuk Menyiapkan Generasi Gemilang 2045
Undang-Undang Perlindungan Anak dan Dilema dalam Pembentukan Karakter Disiplin Peserta Didik
Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak untuk Mensuksekan Kurikulum Merdeka
Penerapan Student Lead Conference untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Peserta Didik
Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal yang Masih Minim
Berita ini 399 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 4 September 2024 - 10:05 WIB

Chat GPT: Menguntungkan atau Merugikan Guru?

Kamis, 15 Agustus 2024 - 23:11 WIB

Mission Service Learning sebagai Pilihan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Jenjang Sekolah Dasar

Kamis, 15 Agustus 2024 - 22:44 WIB

Pentingnya Komunitas Belajar bagi Guru di Satuan Pendidikan

Rabu, 14 Agustus 2024 - 14:52 WIB

Penguatan Kemampuan Literasi untuk Menyiapkan Generasi Gemilang 2045

Selasa, 13 Agustus 2024 - 21:42 WIB

Undang-Undang Perlindungan Anak dan Dilema dalam Pembentukan Karakter Disiplin Peserta Didik

Berita Terbaru

Kurikulum Pendidikan

Ramai Diperbincangkan Deep Learning, Akan Gantikan Kurikulum Merdeka?

Rabu, 13 Nov 2024 - 11:51 WIB

Unduh Sertifikat Pendidikan 32 JP Gratis