Student Burnout– Sudah setahun lebih sejak kasus Covid-19 menyebar dan meluluhlantahkan kehidupan sosial masyarakat. Meski kini semua telah beradaptasi dengan keadaan, bukan berarti masyarakat tidak menginginkan keadaan menjadi kembali normal. Pasalnya Covid-19 telah memberikan banyak dampak, salah satunya dalam bidang pendidikan.
Semenjak ditetapkan pembelajaran secara daring, murid harus banyak menyesuaikan diri. Mulai dari menerima penjelasan materi secara tidak langsung, tugas hingga ulangan harian secara daring.
Bagi para murid baru, bahkan mereka belum dapat merasakan suasana belajar di sekolah mereka. Kegiatan pengembangan diri seperti ekstrakurikuler pun tidak dapat dilaksanakan sebagai mana mestinya.
Meskipun pembelajaran daring membuat mereka dapat lebih leluasa menghabiskan waktu di rumah bersama keluarga. Namun bukan berarti tidak ada distraksi yang dapat terjadi. Sebab keadaan lingkungan rumah dan keluarga setiap orang berbeda. Dan terkadang belajar di rumah justru menganggu konsentrasi murid dan memicu student burnout.
Apa itu student burnout?
Burnout adalah bentuk kelelahan mental, fisik, dan emosional. Menurut Suwarjo dan Diana Septi Purnama (2014), burnout adalah keadaan kelelahan fisik, emosional, dan mental yang dicirikan dengan adanya physical depletion. Physical depletion yaitu perasaan tidak berdaya, putus harapan, keringnya perasaan, sikap dan konsep diri yang negatif, dan merasa gagal mencapai tujuan diri yang ideal.
Sedangkan pengertian student burnout menurut Schaufeli, et al (2002) adalah perasaan lelah oleh siswa akibat adanya tuntutan belajar, sinisme, dan munculnya rasa tidak kompeten sebagai siswa akibat ketidakpedulian mereka terhadap pelajaran.
Student burnout ini bisa dipengaruhi oleh beberapa hal. Seperti tuntutan sekolah yang membuat siswa harus mencapai hasil tertentu, ruang gerak siswa yang terbatas untuk mengembangkan kreativitas, harapan yang tinggi dan kritik yang buruk dari orangtua yang membuat siswa merasa takut untuk gagal, serta masih banyak hal lainnya.
Tanda-tanda Student Burnout
Baik orang tua maupun guru perlu untuk mengetahui tanda-tanda student burnout untuk dapat mencegah atau menanganinya. Tanda-tanda tersebut di antaranya.
- Lelah emosional seperti siswa yang menjadi lebih sensitif terhadap perkataan teman, guru, maupun orangtua. Meskipun perkataan tersebut tidak dimaksudkan menyinggung, namun siswa berpresepsi sebaliknya dan hal tersebut dapat memicu kemarahannya.
- Sikap siswa menjadi sinis yaitu mulai menjauh dan tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Tidak ingin banyak bicara dan cenderung mengabaikan sapaan orang lain.
- Keyakinan siswa untuk dapat menyelesaikan tugas menjadi turun karena semangat dan antusiasme yang kurang.
Ada beberapa hal yang bisa dilakukan guru membantu siswa terhindar dari student burnout tersebut.
Pertama dengan melakukan kesepakatan jumlah tugas yang akan diberikan kepada siswa. Guru dapat memperkirakan seberapa banyak tugas yang dapat ditanggung oleh siswa melalui kesepakatan tersebut. Guru pun dapat mengurangi beban tugas tersebut sesuai dengan kondisi yang dialami seperti di masa-masa pandemi ini.
Kedua, mengatur waktu pengumpulan tugas yang tidak mendesak. Tenggat waktu pengumpulan yang longgar dan tidak terlau pendek membuat siswa dapat mengatur pengerjaan tugasnya. Karena jika terlau mendesak, siswa akan cenderung mudah panik dan merasa putus asa untuk dapat mengerjakan tugas secara tepat waktu.
Ketiga, memberikan penghargaan atas pencapaian siswa. Penghargaan tersebut tidak harus berupa barang atau uang. Guru dapat memberitahu berapa nilai yang akan didapat siswa jika berhasil menyelesaikan tugas tertentu. Hal ini akan lebih memotivasi siswa untuk segera menyelesaikan tugas yang diberikan.
Keempat, memberikan dukungan emosional. Dukungan emosional guru dan orangtua sangat diperlukan bagi siswa. Dukungan emosional dapat membuat siswa merasa bahwa masih ada yang peduli dan memperhatikannya. Dukungan emosional juga bisa dilakukan dengan memfasilitasi kelompok belajar.
Itulah penjelasan mengenai student burnout, tanda, dan solusinya. Memperhatikan kesehatan mental siswa merupakan hal yang tak kalah penting di samping memperhatikan pembelajarannya. Karena mental siswa yang sehat akan memungkinkan siswa untuk tumbuh dan berkembang dengan baik pula.
Jadilah bagian dari anggota e-Guru.id dan tingkatkan kompetensi Anda sebagai pendidik. Caranya, klik pada link INI atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!
Penulis: Agriantika Fallent