Model Pembelajaran Saat Pandemi Covid-19 di Pulau Terpencil

- Editor

Jumat, 22 Oktober 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh: Arifah Pratikayani

Munculnya wabah virus yang dikenal dengan Covid-19 dapat melumpuhkan organ tubuh manusia hingga sendi-sendi kehidupan. Termasuk ranah pendidikan terkena imbasnya. Sistem pendidikan semakin melemah dengan tidak diperbolehkan belajar di sekolah, sehingga setiap satuan pendidikan perlu merancang pembelajaran yang efektif sesuai dengan kondisi daerah masing-masing.

Mengajar di daerah pulau terpencil minim sinyal internet, tanpa adanya listrik yang dapat difungsikan sepanjang waktu, merupakan satu hal yang tidak mudah. Dan itu saya alami sendiri yaitu tepatnya di daerah Morowali Utara, di desa Matube. 

Desa tersebut sangat jauh dari hiruk pikuk kota. Jika Anda ingin menuju ke sana hanya ada akses laut dengan menaiki perahu-perahu kecil. Membutuhkan perjuangan dan kesabaran untuk mengajar di desa Matube.

Namun demikian, pembelajaran harus tetap dilakukan. Dan berikut ini adalah beberapa model pembelajaran yang pernah dilalui pada masa pandemi yang belum ada titik akhirnya hingga sekarang. 

Pembelajaran Daring  

Model pembelajaran daring ini adalah yang dipraktikkan pertama kali ketika sekolah dilarang untuk melakukan aktivitas belajar mengajar di sekolah. Pembelajarannya cukup sederhana, hanya bermodal sinyal internet dan membuat grup di setiap kelas, sehingga guru bisa mengirimkan tugas dan materi pembelajaran. 

Seiring berjalannya waktu, muncul kendala yaitu karena terlalu sulit mencari sinyal. Apalagi jika cuaca buruk sudah bisa dipastikan sinyal akan hilang. Selain itu, hanya beberapa murid saja yang bisa mengerjakan tugas yang diberikan guru, karena tidak semua murid memiliki HP. Sehingga guru-guru di pulau terpencil tersebut harus mencari alternatif baru untuk kegiatan pembelajaran dengan murid-murid.

Pembelajaran Home Visit

Dengan model pembelajaran home visit dilakukan dengan cara mengunjungi rumah ke rumah. Guru membuat kelompok belajar yang terdiri dari 5 sampai 6 anak. Guru mempersiapkan modul belajar untuk dibagikan di masing-masing kelompok. Setiap guru keliling ke beberapa kelompok dalam satu hari untuk membagikan modul sepuluh mata pelajaran, dan menjelaskan tugas dari modul yang disampaikan kepada murid-murid pada saat itu. 

Minggu selanjutnya, tugas dikumpulkan dan mendapatkan modul yang baru lagi. Dalam setiap prosesnya tentu ada hambatannya. Setelah beberapa pekan berjalan, hanya beberapa kelompok saja yang masih lengkap anggotanya. Selebihnya guru harus mencari siswa yang ‘hilang’ tersebut. Bahkan ada pula yang tidak mau belajar karena tidak cocok dengan anggota kelompoknya sehingga tidak mengumpulkan tugas tepat pada waktunya. Hal ini yang membuat guru-guru harus menyusun ulang cara pembelajaran di desa Matube.

Pembelajaran Tatap Muka Terbatas 

Tatap muka terbatas yang dilaksanakan yaitu dengan membagi kelas menjadi 2 kelompok dan masing-masing kelompok masuk sekolah dengan jadwal masing-masing. Pembelajaran hanya dilaksanakan sekitar 3 sampai 4 jam setiap harinya. Setiap mata pelajaran diberikan waktu 60 menit dalam pembelajaran di masing-masing kelompok. 

Model pembelajaran ini ternyata juga menemui kendala. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh guru, terdapat beberapa murid yang enggan masuk sekolah karena berbeda kelompok dengan temannya. Sehingga murid tersebut memilih untuk tidak masuk sekolah. Dengan adanya kendala tersebut, guru kesulitan untuk melaksanakan penilaian terhadap beberapa murid yang bermasalah. Sehingga tatap muka terbatas ini tidak terlaksana dengan maksimal.

Pembelajaran dengan Menggunakan Modul

Ketika wabah virus yang semakin meluas, satuan pendidikan di desa Matube sempat memilih untuk menutup sejenak pembelajaran di sekolah. Kemudian dilanjutkan dengan belajar dengan membuat modul oleh masing-masing guru dan membagikan kepada murid-murid. 

Pembagian modul dan pengumpulan tugas dilaksanakan dua kali dalam seminggu dengan membagikan 5 modul belajar dalam satu kali pembagian. Pembagian modul ini dilaksanakan oleh wali kelas masing-masing, dan selanjutnya guru akan memasuki kelas untuk memberikan pembelajaran yang terbatas sesuai dengan waktu yang telah ditentukan bersama. Pembelajaran ini cukup membantu, tetapi masih ada murid yang lambat dalam pengumpulan tugas. 

Pembelajaran Tatap Muka 

Pembelajaran ini dilaksanakan dengan jadwal seperti semula sebelum adanya pandemi, tetapi dalam praktiknya memangkas waktu 10 menit di masing-masing pertemuan di setiap mata pelajaran. Murid masuk sekolah seperti biasa, tetapi tetap melaksanakan protokol kesehatan. 

Pembelajaran seperti ini tampaknya satu-satunya pilihan yang cocok untuk dilaksanakan di tempat yang terbatas akan sinyal dan listrik. Sehingga guru mampu mengontrol murid setiap harinya. 

Hingga saat ini, wabah pandemi Covid-19 belum berakhir dan tidak tahu pasti kapan berakhirnya. Model pembelajaran di atas dapat menjadi referensi untuk para peserta didik, guru dan sekolah agar pembelajaran tetap berlangsung dengan baik. Sehingga mutu pendidikan yang semula menurun karena wabah bisa sedikit demi sedikit diperbaiki dengan tetap melaksanakan pembelajaran sesuai dengan kondisi daerah masing-masing. 

Dapatkan info terbaru dan ikuti seminar atau diklat untuk guru secara gratis yang dapat menunjang profesionalitas serta kompetensi dengan cara menjadi anggota e-Guru.id. Klik pada link INI atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!

Berita Terkait

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka
Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 
Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan
Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan
Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan
Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 
Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua
Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan
Berita ini 5 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 20 Februari 2024 - 10:35 WIB

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka

Senin, 19 Februari 2024 - 15:20 WIB

Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 

Jumat, 16 Februari 2024 - 09:32 WIB

Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan

Selasa, 13 Februari 2024 - 10:50 WIB

Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan

Selasa, 6 Februari 2024 - 10:35 WIB

Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan

Senin, 5 Februari 2024 - 10:27 WIB

Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:55 WIB

Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:20 WIB

Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan

Berita Terbaru