Mengajar dari Rumah ke Rumah

- Editor

Jumat, 22 Oktober 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh Arifah Pratikayani

Mengajar di daerah terpencil mungkin memang berbeda dengan mengajar di daerah perkotaan yang sudah maju di bidang apapun. Mengajar di daerah terpencil dan aksesnya jauh dari perkotaan membutuhkan kreativitas dengan mengesampingkan segala fasilitas seperti yang tersedia di kota.  

SMPN 3 Bungku Utara Satap merupakan sekolah tempat saya mengajar. Sekolah tersebut tepatnya berada  di Sulawesi Tengah, di desa Matube, Kabupaten Morowali Utara. Sekolah ini berada di pulau kecil, jauh dari kebisingan kota, sepi dari lalu lalang kendaraan. 

Satu-satunya akses perjalanan yang dapat digunakan untuk menuju perkotaan adalah melalui jalur laut dengan menumpang perahu-perahu kecil yang kebetulan akan bepergian ke kota. Sehingga untuk sampai kota bisa menghabiskan waktu hingga 2 jam. 

Di sini tidak ada fasilitas listrik PLN yang bisa digunakan 24 jam. Adapun daya listrik menggunakan genset desa yang disalurkan ke rumah-rumah, mulai pukul 18.00 hingga 23.00 WITA. Selebihnya penerangan menggunakan pelita kecil berupa senter maupun yang lainnya.  

Beberapa warga menggunakan listrik tenaga surya. tetapi tidak semua rumah memilikinya. Sinyal telepon maupun sinyal internet tidak mudah. Untuk menangkap sinyal, perlu sedikit usaha yakni harus berjalan ke daerah jembatan—tepatnya di ujung desa. Biasanya para warga akan pergi ke tempat tersebut untuk sekedar berkabar dengan sanak saudara maupun mendapatkan informasi melalui internet.  Itu pun tidak maksimal dapat sinyalnya. 

Ketika pandemi Covid-19 menghantam bumi pertiwi, yang harus menerapkan jaga jarak dan adanya peraturan larangan berkumpul dengan orang banyak membuat pendidikan di pulau kecil ini lesu. Pembelajaran menggunakan jaringan (daring) tidak bisa dilaksanakan secara maksimal. Sehingga hal itu mengharuskan para guru mencari solusi belajar yang lebih efektif untuk diterapkan, yaitu mengajar dari rumah ke rumah. 

Di sekolah kami memang tidak terlalu banyak peserta didiknya. Kisaran total siswanya di bawah seratus peserta didik. Sehingga dalam praktik pembelajarannya di masa pandemi, peserta didik dapat dibagi ke dalam beberapa kelompok belajar. Setiap kelompok terdiri dari 5 atau 6 anak. Dalam sehari, setiap guru harus mampu mengajar dari kelompok satu ke kelompok lainnya. 

Cara pembelajarannya yaitu dengan cara menyiapkan bahan ajar dan dibagikan ke setiap kelompok oleh guru yang berkunjung pada kelompok tersebut dengan menjelaskan tugas yang tertera di bahan ajar. Peserta didik diperbolehkan bertanya pada guru mata pelajaran di luar jam belajar jika terdapat kesulitan dalam menjawab soal-soal yang diberikan.

Berkunjung dari rumah ke rumah tidak selalu lancar. Para guru harus sigap dengan kondisi apapun.  Terkadang dalam kelompok tersebut belum lengkap sehingga guru harus mencari siswa terlebih dahulu dan pembelajaran baru bisa dimulai. 

Mengajar di daerah terisolasi memang membutuhkan kesabaran, karena tidak seperti sekolah di kota di mana menertibkan ataupun mengajak anak-anak belajar relatif lebih mudah. Sementara mengajar pada anak-anak di daerah terpencil perlu kesabaran ekstra. Jika  tidak begitu justru anak-anak akan memilih tidak belajar, mereka akan memilih untuk pergi ke laut mencari ikan dan dijual. 

Minimnya sosialisasi tentang pendidikan di daerah ini membuat banyak orang tua siswa yang kurang sadar akan pentingnya pendidikan. Ada kalanya guru berkunjung ke rumah siswa untuk mengajar, tetapi orang tua justru mengajak ngobrol sehingga guru tidak maksimal dalam mengajar anak didik. Tetapi tidak semuanya begitu, ada kalanya guru bertemu dengan kelompok belajar yang orang tuanya  antusias dan rela menunggu anak-anaknya dari awal hingga akhir jam belajar.

Mengajar di tempat kami yang pasti ada suka dan dukanya. Menjadi seorang guru di sini harus siap dengan kondisi apapun, semua demi masa depan peserta didik dan berharap mereka mendapat pendidikan yang lebih baik.

 

Dapatkan info terbaru dan ikuti seminar atau diklat untuk guru secara gratis yang dapat menunjang profesionalitas serta kompetensi dengan cara menjadi anggota e-Guru.id. Klik pada link INI atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!

Berita Terkait

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka
Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 
Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan
Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan
Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan
Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 
Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua
Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan
Berita ini 2 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 20 Februari 2024 - 10:35 WIB

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka

Senin, 19 Februari 2024 - 15:20 WIB

Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 

Jumat, 16 Februari 2024 - 09:32 WIB

Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan

Selasa, 13 Februari 2024 - 10:50 WIB

Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan

Selasa, 6 Februari 2024 - 10:35 WIB

Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan

Senin, 5 Februari 2024 - 10:27 WIB

Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:55 WIB

Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:20 WIB

Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan

Berita Terbaru