Oleh Iddia Rozani, SPd, MSi
Kepala SMAN 1 Koto Baru
Di bulan Agustus 2022 ini, 77 tahun lamanya Indonesia telah merdeka. Harapan kita semua tentu kemerdekaan ini tidak hanya merdeka dalam arti terlepas dari tangan penjajahan. Namun lebih dari itu, kita ingin merdeka dalam arti yang sebenarnya. Yakni kita dapat merdeka dari segala belenggu kehidupan, antara lain merdeka secara ekonomi, sosial, keamanan dan juga pendidikan.
Berbicara mengenai kemerdekaan di bidang pendidikan, jauh sebelum kemerdekaan, sudah dicanangkan oleh Bapak Pendidikan Indonesia yakni Ki Hajar Dewantara. Menurut Ki hajar Dewantara, mengajar dan mendidik adalah dalam rangka memanusiakan manusia dalam segala aspek kehidupannya, baik secara fisik, mental, rohani dan jasmani.
Merdeka belajar yang digagas oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Anwar Makarim terinspirasi dari sistem belajar yang diterapkan oleh Ki hajar Dewantara tersebut di mana tidak ada paksaan terhadap peserta didik. Guru dan peserta didik bebas untuk menerapkan sistem pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Makna kemerdekaan belajar yang diusung Ki Hajar Dewantara yaitu membentuk manusia dimulai dari mengembangkan bakat dan minatnya.
Sosok guru memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan generasi penerus bangsa yang berkualitas. Baik secara intelektual dan juga akhlaknya. Sehingga tugas dan peranan guru lebih besar dari sekedar menyampaikan materi pelajaran.
Seorang guru bertanggung jawab untuk mengajarkan ilmu pengetahuan kepada anak didiknya. Pengajaran yang dilakukan tidak terlepas dari minat dan bakat dari peserta didik. Salah satu upaya yang dapat dilakukan guru adalah dengan memilih metode mengajar yang memungkinkan peserta didik berperan secara aktif. Sehingga peserta didik dapat memahami materi dan menguasai keterampilan yang diperlukan.
Di samping mengajarkan ilmu pengetahuan, tugas selanjutnya dari seorang guru adalah mendidik. Kegiatan mendidik bertujuan mengubah tingkah laku atau karakter peserta didik, sehingga mereka dapat menjadi anggota masyarakat yang baik di lingkungannya
Namun dari kedua tugas di atas mengajar dan mendidik tidaklah semudah yang digambarkan. Peserta didik adalah manusia yang mempunyai akal, pikiran dan hati. Seperti yang dikatakan oleh Ki Hajar Dewantara di atas, bahwa mengajar dan mendidik adalah dalam rangka memanusiakan manusia. Artinya pendidikan tidak boleh membuat peserta didik merasa terjajah, terpaksa dan menderita. Proses mengajar dan mendidik hendaknya menjadi suatu hal yang menyenangkan, baik bagi peserta didik maupun guru sebagai pendidik.
Menciptakan suasana belajar mengajar yang menyenangkan tidak terlepas dari peran guru sebagai pengajar dan pendidik. Suasana mengajar yang menyenangkan akan tercipta dari seorang guru yang merdeka, tidak merasa terjajah dan terpaksa. Jika guru merasa senang di dalam melakukan proses belajar mengajar, maka suasana hatinya akan menular kepada peserta didiknya. Untuk itu guru perlu merdeka dalam mengajar dan mendidik. Sudah saatnya guru bebas memilih metode, sarana dan prasarana dalam proses pembelajaran.
Untuk dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan bagi guru maupun peserta didik, guru harus mampu mengenali atau mengidentifikasi bakat dan minat peserta didiknya. Dan mengarahkannya sesuai bakat minatnya masing-masing.
Di dalam merdeka belajar ataupun merdeka mengajar, ruang kelas bukan satu-satunya tempat bagi peserta didik untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman. Guru dan siswa bebas memilih sarana selain ruang kelas untuk mendapatkan pengajaran. Guru juga bebas memilih metode atau pendekatan apa yang ingin digunakan sesuai dengan karakteristik peserta didik.
Pendekatan hati, kasih sayang dan cinta adalah suatu cara yang paling efektif dalam mengajar dan mendidik. Salah satu sistem yang juga diajarkan oleh Ki Hajar Dewantara, yaitu sistem Among yang artinya guru itu menjaga, membina dan mendidik anak dengan kasih sayang.
Selain itu, prinsip kepemimpinan guru yang diajarkan Ki Hajar Dewantara juga efektif untuk diterapkan yaitu Ing ngarso sung tuladho (guru sebagai teladan bagi peserta didik). Dengan keteladan, pengajaran akan lebih efektif dibandingkan dengan berbagai teori yang disampaikan.
Di dalam proses belajar mengajar kedekatan hubungan hati antara peserta didik dengan guru sebagai pendidik sangat perlu untuk dijalin. Karena ketika peserta didik sudah merasa nyaman bersama gurunya, maka sesulit apapun materi yang akan diajarkan, akan tetap menyenangkan untuk diselesaikan. (*)
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!
Editor: Moh. Haris Suhud, S.S.