Oleh Bernadetha Sri Hardiyanti, S.Pd.
Abdi di SMK Negeri 5 Surakarta
Selain memiliki kualifikasi akademik, guru yang profesional juga harus mempunyai kompetensi dasar pengembangan diri dengan cara mengikuti workshop, diklat, TOT, Webinar, IHT, dan lain sebagainya. Selain dengan cara di atas, sebaiknya guru juga perlu menjadi guru yang SEKSI dan HOT guna menyikapi situasi pandemi yang demikian.
SEKSI di sini perlu kita maknai secara arif yang berarti akronim dari Semangat kerja, Empati, Kinerja, Strategi, Inovatif. Sedangkan HOT bermakna Happy, Open, dan Transformation. Mari kita ulas satu per satu.
Semangat kerja
Menurut KBBI (2018), “Semangat” berarti roh kehidupan yang menjiwai segala makhluk, baik hidup maupun mati; seluruh kehidupan batin manusia; kekuatan(kegembiraan, gairah) batin; perasaan hati; gairah untuk bekerja, berjuang.
Nitisemito dalam bukunya (1988) mengatakan bahwa semangat kerja merupakan usaha untuk melakukan pekerjaan secara giat sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan lebih cepat dan lebih baik. Sikap semangat kerja sangat diperlukan guru sebagai roh yang menghidupi seorang guru dalam melakukan tugasnya.
Dengan semangat kerja maka kendala dan rintangan pembelajaran dapat dimaknai sebagai tantangan bahkan dijadikan peluang untuk terus maju dan berkembang. Pendeknya, seorang guru yang bersemangat kerja tidak akan lelah berjuang untuk terus mencari upaya guna mencapai tujuan pendidikan yang sesungguhnya.
Empati
Empati dapat diartikan sebagai sambung-rasa. Dalam bahasa Jawa “tepa-selira” yaitu kemampuan seseorang untuk memahami perasaan dan pikiran orang lain yang tidak mempunyai arti emosional bagi dirinya sendiri. Bisa juga diartikan suatu perasaan yang dapat merasakan sesuatu yang dirasakan atau dialami orang lain.
Di era pandemi ini ada kalanya pembelajaran dilakukan secara tatap muka, namun mengingat kondisi pandemi yang belum menentu pembelajaran lebih sering dilakukan secara jarak jauh. Dalam Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) kondisi yang terjadi seringkali tidak seperti yang dibayangkan guru. Peserta didik bisa saja mengalami kendala sinyal, gawai tidak mendukung, atau keterbatasan kuota internet. Maka untuk menyikapi berbagai kendala seperti ini, guru hendaknya dapat memahami dan merasakan apa yang dialami oleh siswanya. Tidak perlu emosional dan memiliki prasangka buruk bahwa peserta didik malas atau tidak disiplin mengikuti pembelajaran.
Kinerja
Kinerja memiliki arti sama dengan ‘etos’, yang berarti karakter, cara hidup, kebiasaan, motivasi, atau tujuan moral seseorang; sikap mendasar terhadap diri dan lingkungan yang direfleksikan dalam kehidupan. ‘Kerja’ berarti sesuatu yang dilakukan seseorang sebagai profesi untuk mendapatkan penghasilan. Dari kedua kata tersebut dapat ditarik benang merah bahwa kinerja adalah kebiasaan atau sikap hidup seseorang dalam melakukan aktivitas secara profesional untuk mencapai tujuan.
Kinerja guru yang tinggi akan terlihat dari sikap percaya diri, disiplin, bertanggung jawab, dapat menjadi diri sendiri, berpikir positif, serta memiliki manajemen diri yang baik.
Profesi guru itu mulia, maka setiap guru dituntut mampu menghubungkan materi dengan kehidupan sehari-hari serta memiliki kebiasaan atau motivasi untuk mencerdaskan peserta didik dalam mencapai tujuan yakni mendewasakan siswa, baik dalam wawasan, keahlian, bersosial, kejiwaan, sikap, maupun spiritual.
Strategi
Strategi dapat bermakna rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Di era pandemi ini, guru mau tidak mau dituntut mempunyai strategi jitu agar bisa melaksanakan tugas mulianya dengan baik dan lancar. Apalagi ketika tugas yang awalnya dapat dilakukan dengan tatap muka, tiba-tiba harus dilakukan dengan metode jarak jauh. Maka penguasaan teknologi menjadi modal yang sangat penting.
Inovatif
Mengapa guru harus inovatif, terlebih di masa pandemi ini? Karena guru yang tidak inovatif akan tertinggal oleh peradaban baru.
Pada suatu saat ini, guru konvensional tidak lagi dibutuhkan oleh peserta didik. Namun di masa yang akan datang, mereka butuh guru yang berani menemukan dan melakukan sesuatu yang baru.
Peserta didik dapat belajar berbagai hal di internet. Namun guru inovatif yang mampu untuk membangun karakter unggul yang siap mengantar siswa meraih masa depan gemilang tidak akan mampu dijawab oleh Google.
Happy
Guru di masa pandemi haruslah bahagia (happy) meskipun melakukan pembelajaran dengan model daring.
Pembelajaran daring harus mulai menjadi kebiasaan baru bagi guru. Namun terkadang, hal ini jadi polemik bagi guru yang gaptek. Oleh karena itu, guru tetap harus bahagia kendati harus aktif dan kreatif mencari model pembelajaran secara daring yang tepat agar peserta didik tetap antusias menerima materi.
Open
Guru di masa pandemi sebaiknya terbuka dengan hal-hal baru yang mungkin tidak terbiasa dilakukan. Misalnya dengan kebijakan PPKM di mana pembelajaran harus secara daring, para guru harus bisa memilih model pembelajaran baru. Ini tak akan terjadi kecuali jika guru tidak memiliki pemikiran yang terbuka.
Guru seyogyanya bisa bersinergi dengan siapa saja, bahkan dengan para guru yang lebih muda, demi meningkatnya kompetensi pembelajaran. Guru bila memiliki pemikiran yang terbuka akan sesuatu yang baru maka sudah pasti akan menjadi pendidik yang berkualitas, peka, kritis, dan mampu menciptakan pembelajaran yang kreatif, aktif, dan dinamis.
Transformation
Transformation berarti perubahan rupa, bentuk, sifat, fungsi, dan sejenisnya. Menghadapi situasi pandemi yang serba membingungkan ini, guru hendaknya berani mengadakan perubahan. Yang semula biasa-biasa saja dalam pembelajaran harus berani berubah menjadi guru luar biasa yang siap melakukan perubahan pembelajaran dari konvensional menjadi situasional.
Pembelajaran yang sesuai dengan situasi saat ini misalnya pembelajaran yang menggunakan video conference atau diskusi dalam suatu grup di media sosial. Selain itu juga bisa menggunakan sejumlah platform seperti Moodle, Microsoft 365, Google Classroom dan sebagainya.
Pandemi Covid-19 yang terjadi sejak awal Maret 2019 memang sangat berdampak di berbagai aspek kehidupan, baik aspek kesehatan, ekonomi, pariwisata, bahkan aspek pendidikan. Sehingga dalam beberapa bulan terakhir ini, pendidikan masih pontang-panting mencari strategi yang jitu untuk membenahi sistem pendidikan yang merupakan penentu bagi majunya suatu negara.
Pembenahan pendidikan dilakukan tujuan utamanya adalah memperbaiki proses penyelenggaraan pendidikan agar—meskipun belajar di tengah masa pandemi—anak-anak tetap bisa belajar dengan baik. Salah satu pembenahan yang perlu menjadi fokus utama adalah pembenahan terhadap kompetensi guru. Sebab, guru adalah ujung tombak pelaksanaan pendidikan dan memegang peranan penting mendukung terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas.
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link INI atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!