Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif TGT (Team Game Tournament) 

- Editor

Selasa, 31 Mei 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Dwi Winarni, S.Pd.SD., MM.

Kepala Sekolah SDN 02 Umpu Bhakti

Kemampuan menguasai berbagai model pembelajaran adalah mutlak harus dilakukan bagi seorang guru dalam rangka meningkatkan keberhasilan dalam mengajarnya, misalnya menguasai model pembelajaran kooperatif jenis Team Game Tournament (TGT).  Dengan menerapkan berbagai model pembelajaran kooperatif ini dapat meningkatkan aktivitas dan partisipasi serta hasil belajar siswa dalam mengikuti proses pembelajaran sehingga dapat mencapai hasil yang maksimal.

Optimalisasi dalam pencapaian tujuan pembelajaran setiap materi yang disampaikan merupakan suatu keberhasilan seorang guru dalam mengajarnya. Dengan menerapkan model pembelajaran yang tepat diharapkan dapat membuat siswa tidak merasa bosan dan jenuh sehingga siswa dapat tertarik serta tertantang dengan kegiatan yang bervariasi dan yang menyenangkan. 

Seyogyanya para guru lebih meningkatkan kemampuan menguasai berbagai metode dan model pembelajaran yang dapat membuat siswa lebih senang dan menikmati dalam kegiatan belajar mengajarnya. Dengan kenyamanan dalam belajar, diharapkan siswa dapat fokus sehingga memahami materi yang disampaikan dari guru untuk dimengerti dengan baik. Namun pada kenyataanya, para guru masih banyak yang menggunakan metode dan model pembelajaran yang konvensional dengan tetap mempertahankan gaya lama padahal zaman semakin berkembang, dan sistem pendidikan berkembenang dengan pesat. 

Pada kenyataan sekarang ini di era Kurikulum 13 masih banyak para guru yang belum mampu menguasai maupun mendalami berbagai model pembelajaran yang bervariasi seperti yang ditekankan pada Kurikulum 2013. Sementara itu, partisipasi aktif siswa sangat diperlukan dalam proses penguasaan materi yang diberikan dari guru, sedangkan guru hanya berperan sebagai pemandu kegiatan serta memberikan arahan kepada para siswanya dalam aktivitas pembelajaran mengenai materi tertentu.

Akibat dari kekurangmampuan guru dalam memodifikasi pembelajaran membuat siswa merasa bosan dan malas serta menimbulkan kebosanan, khususnya bagi siswa yang  sudah mampu memahami materi yang diberikan guru. Sedangkan bagi siswa yang kurang mampu dalam penguasaan materi makin tertinggal. Terlebih lagi jika sang siswa diberikan tugas yang ia tidak mampu menyelesaikannya.Ia akan merasa takut untuk menghadapi guru serta untuk mengikuti pelajaran selanjutnya.

Pada umumnya, guru hanya menggunakan metode konvensional yaitu ceramah, tanya jawab, dan memberikan soal-soal latihan saja yang dari tahun ke tahun dan bahkan sampai puluhan tahun tidak berubah. Sehingga anak merasa tidak ada perubahan ilmu yang didapatkan setelah pelajaran selesai, dan bahkan ada yang malah menambah beban jika diberikan tugas untuk dikerjakan, terutama berlaku bagi anak yang kemampuan berpikirnya masih kurang. Bagi anak yang merasa kurang mampu dan tidak bisa mengerjakan soal yang diberikan oleh guru merasa ketakutan karena akan diberi sanksi oleh gurunya. Kemudian esok harinya tidak masuk sekolah. Hal ini akan menambah ketertinggalannya pada pemahaman materi pelajaran dan bahkan semakin menumpuk beban yang disandangnya.

Selama bertahun-tahun sebagai Kepala Sekolah, saya memperhatikan dan mempelajari masalah yang dihadapi guru dalam meningkatkan aktivitas serta hasil belajar siswanya. Kemudian menemukan fakta bahwa sebagian besar siswa tidak menguasai materi pelajarannya setelah selesai mengikuti pelajaran. Untuk itu saya berupaya untuk mencari solusi bagi permasalahan di atas, antara lain dengan sering berdiskusi dengan guru agar lebih memvariasikan metode dan model pembelajarannya. 

Namun  hasilnya tetap tak berubah karena metode belajarnya tak pernah berubah. Lama hal itu terjadi, hingga suatu saat saya mengikuti pelatihan terkait model-model pembelajaran kooperatif di salah satu  platform digital untuk menggali pengetahuan dan ilmu dalam mengubah gaya dan model mengajar para guru disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik, situasi, serta tingkat kesulitan materinya.

Salah satu metode pembelajaran yang sangat efektif adalah model pembelajaran kooperatif Team Game Tournament. Model pembelajaran ini dalam pelaksanaannya dengan memberikan tugas berupa kartu soal kepada siswa  yang lebih pandai dalam suatu kelompok  kecil yang hasilnya akan dibahas dan dipresentasikan kepada kelompok lain di dalam kelasnya. 

Dalam model pembelajaran TGT ini perlu keterlibatan siswa yang pandai untuk dapat membawa kelompoknya untuk mempelajari materi tertentu yang diberikan guru dan bersaing secara sehat dengan kelompok lain untuk disampaikan di depan kelas bersama dengan kelompok lain untuk berkompetisi mendapatkan hasil yang paling baik. 

Pembelajaran seperti ini diawali dengan pembentukan tim atau kelompok kecil yang di setiap kelompoknya terdapat siswa yang pandai dan siswa yang kurang pandai. Dengan  dibuatnya kelompok kecil ini diharapkan bahwa siswa yang memiliki kemampuan lebih pandai dari temannya dapat memberikan semangat dan dapat membimbing temannya serta memberikan kesempatan kepada temannya untuk mengemukakan ide atau gagasannya dalam kerja sebuah kelompok. Dengan sebuah asumsi, diharapkan dengan model pembelajaran TGT ini seluruh siswa dapat berperan secara aktif dalam proses belajar sehingga dengan partisipasi aktif  ini pemahaman siswa akan lebih meningkat sehingga hasil yang dicapai akan lebih baik.

Adapun, gambaran penggunaan model pembelajaran  TGT ini adalah sebagai berikut: 

(1) Membentuk kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 siswa di mana terdapat siswa yang  mampu serta siswa yang kurang mampu dalam satu kelompok; 

(2) Mengkoordinasi siswa untuk mengerjakan materi yang diberikan guru secara bersama sama atau gotong royong; 

(3) Presentasi ke depan kelas oleh siswa yang paling mampu yang menyampaikan nya.  Jika kelompok lain menanggapi, sang siswa presenter melemparkannya ke teman lain dalam kelompoknya untuk menanggapinya. Selanjutnya siswa yang presentasi yang di depan kelas berfungsi sebagai moderator dan sesekali mengklarifikasi jawaban teman kelompoknya agar mudah dimengerti oleh kelompok lain. 

Dalam praktiknya siswa terlibat secara aktif baik bagi siswa yang mampu maupun yang kurang mampu. Semuanya mendapatkan kesempatan yang sama untuk menyampaikan pendapat ide dan gagasan dalam proses diskusi maupun penyampaian hasil kerja kelompoknya. Dengan demikian model pembelajaran yang demikian dapat memicu partisipasi dan keaktifan seluruh siswa di dalam kelas untuk bersama-sama memahami dengan cara menggali hal-hal yang dibahas melalui kerja kelompok. 

Peranan guru di sini sebatas sebagai pemandu dan memberikan arahan kepada para siswanya dalam berdiskusi menyampaikan hasil kerjanya. Kemudian setelah diskusi selesai, guru memberikan garis merah atau kesimpulan dari hasil diskusi berbagai kelompok tadi. Dengan demikian kelas terasa hidup dan membuat siswa berkreasi untuk menggali dan mendapatkan pengetahuan yang sedang dibahasnya.

Penggunaan model belajar TGT ini memang ada kelemahannya yaitu pada waktu pembentukan kelompok di mana guru harus memperhatikan kemampuan siswa yang heterogen. Hal ini dapat menyita banyak waktu dalam persiapannya. Pasalnya pemilihan ini dengan harapan agar saling dapat mengisi satu sama lain. Meskipun menyita waktu pembelajaran, ini perlu dilaksanakan untuk meningkatkan aktivitas serta hasil belajar tertentu pada sebuah proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru. 

Apa yang menjadi asumsi awal ternyata tepat, bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif TGT dapat membuat siswa lebih aktif karena lebih banyak berperan serta dapat  berpartisipasi.  Dan pembelajaran ini lebih menantang bagi siswa serta membuat siswa lebih penasaran sehingga dapat menimbulkan minat belajar para siswa dan berimbas kepada peningkatan hasil belajar siswa yang pada akhirnya dapat meningkatkan mutu pembelajaran. 

Selain itu juga membuat guru menjadi lebih kreatif serta berinisiatif dalam merancang model pembelajaran yang disesuaikan dengan proses perkembangan anak serta dapat mengikuti perkembangan pendidikan di masa sekarang ini yang bertumpu kepada pemberian hak-hak anak untuk belajar sesuai dengan tingkat perkembangan dan kemampuanya. 

Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!

Editor: Moh. Haris Suhud, S.S.

Berita Terkait

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka
Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 
Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan
Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan
Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan
Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 
Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua
Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan
Berita ini 15 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 20 Februari 2024 - 10:35 WIB

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka

Senin, 19 Februari 2024 - 15:20 WIB

Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 

Jumat, 16 Februari 2024 - 09:32 WIB

Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan

Selasa, 13 Februari 2024 - 10:50 WIB

Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan

Selasa, 6 Februari 2024 - 10:35 WIB

Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan

Senin, 5 Februari 2024 - 10:27 WIB

Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:55 WIB

Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:20 WIB

Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan

Berita Terbaru