Pembelajaran Kolaboratif – Di era sekarang, keterampilan bekerjasama merupakan hal yang sangat dibutuhkan di semua lapisan masyarakat. Untuk tetap mempertahankan dan menumbuhkan keterampilan kolaboratif, instansi pendidikan sebagai lembaga yang mendidik generasi penerus bangsa dapat menerapkan pembelajaran kolaboratif pada materi pelajaran.
Dengan demikian, akan terbangun kebersamaan yang erat antar peserta didik dan hal tersebut sangat bermanfaat bagi peserta didik untuk menyelesaikan tantangan atau permasalahan di era global yang semakin kompleks.
Pengertian Pembelajaran Kolaboratif
Pembelajaran kolaboratif adalah situasi dimana terdapat dua atau lebih yang bekerja bersama-sama untuk menyelesaikan suatu permasalahan dengan melibatkan keaktifan dan keterampilan satu sama lain sebagai anggota tim.
Kelompok pelajar tersebut dapat melakukan diskusi dengan masing-masing anggota kelompoknya untuk menyelesaikan suatu masalah. Penyelesaian masalah dapat dilakukan melalui komunikasi, bertukar pikiran dan sudut pandang sehingga dapat meningkatkan kualitas dalam kelompoknya.
Pada abad 21, keterampilan kolaborasi dirumuskan oleh UNESCO menjadi 4C, yang mencakup: critical thinking, communication, creativity, dan collaboration.
Untuk memudahkan pemahaman, kolaborasi dapat diklasifikasikan menjadi tiga ranah, yaitu: kolaborasi sebagai kompetensi, kolaborasi sebagai aksi atau implementasi, dan kolaborasi sebagai model pembelajaran.
Pada ranah kompetensi, kolaborasi termasuk salah satu bagian dari empat keterampilan abad 21 yang disarankan oleh UNESCO. Kompetensi ini juga diterapkan pada Kurikulum 2013. Kolaborasi sebagai kompetensi tidak hanya ditujukan untuk peserta didik, tetapi juga menjadi salah satu kompetensi TIK bagi guru, bahkan pada level kompetensi TIK, berbagi dan berkolaborasi menempati level tertinggi.
Pada ranah aksi atau implementasi, kolaborasi merupakan suatu bentuk kerjasama untuk mencapai tujuan bersama. Kolaborasi dalam tataran ini, bisa terjadi antar guru, antar sekolah, atau antar lembaga.
Sedangkan kolaborasi sebagai model pembelajaran merupakan suatu upaya dari guru untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran, sebagai suatu strategi pemecahan masalah pembelajaran dan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang maksimal.
Pembelajaran kolaboratif didasarkan pada asumsi-asumsi mengenai proses belajar peserta didik sebagai berikut:
- Belajar itu Aktif dan Konstruktif
Untuk mempelajari dan memahami materi pelajaran, maka peserta didik harus terlibat secara aktif dalam materi pelajaran tersebut. Peserta didik perlu mengintegrasikan materi belajar baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Peserta didik juga dapat membangun makna atau menciptakan hal-hal baru terkait materi pelajaran.
- Belajar Bergantung Konteks
Peserta didik dihadapkan pada kegiatan pembelajaran berupa suatu permasalahan, tugas, atau pertanyaan yang menantang yang masih berkaitan dengan konteks yang dikenal oleh peserta didik. Dengan begitu, peserta didik dapat terlibat secara aktif untuk menyelesaikan tugas ataupun penyelesaian masalah dengan kemampuan yang dimiliki.
- Peserta Didik Berasal dari Berbagai Latar Belakang
Setiap peserta didik pasti mempunyai banyak perbedaan, mulai dari perbedaan gaya belajar, kehidupan sosial, pengalaman, dan masih banyak lagi.
Semua perbedaan yang ada dalam diri peserta didik harus diakui dan diterima dalam kegiatan kerja sama. Bahkan tiap perbedaan peserta didik dapat dijadikan sebagai nilai positif untuk meningkatkan mutu pencapaian hasil belajar.
- Belajar itu Bersifat Sosial
Dalam proses pembelajaran tentu terdapat interaksi sosial yang dapat membangun sebuah makna. Pembelajaran kolaboratif dapat menghasilkan banyak pemikiran untuk menyelesaikan masalah dan stimulasi sosial dari hubungan timbal balik antar individu.
Ekspolarasi, penilaian, dan feedback dapat menghasilkan pemahaman lebih baik pada sebagian peserta didik, dan pada penciptaan pemahaman baru untuk seluruh peserta didik dan guru.
Tujuan Pembelajaran Kolaboratif
Belajar kolaboratif menuntut adanya modifikasi tujuan pembelajaran dari yang semula sekedar penyampaian informasi menjadi konstruksi pengetahuan oleh individu melalui belajar kelompok. Dalam penerapan pembelajaran kolaborasi, terdapat pergeseran peran peserta didik, yaitu:
- Dari pendengar, pengamat dan pencatat menjadi pemecah masalah yang aktif, pemberi masukan dan suka melakukan diskusi.
- Dalam pembelajaran kolaboratif tidak terdapat perbedaan tugas untuk semua peserta didik, melainkan tugas yang diberikan adalah milik bersama dan diselesaikan secara bersama.
- Dari persiapan kelas dengan harapan yang rendah atau sedang, menjadi ke persiapan kelas dengan harapan yang tinggi.
- Dahulu, guru dan teks adalah sumber utama untuk memperoleh pengetahuan belajar. Tetapi, sekarang guru dan teks bukanlah satu-satunya sumber belajar. Banyak sumber belajar lain yang dapat digali dalam sebuah kelompok atau komunitas.
- Dari kehadiran pribadi atau individual dengan sedikit resiko atau permasalahan, menjadi kehadiran publik dengan banyak resiko dan permasalahan.
- Dari pilihan pribadi menjadi pilihan yang sesuai dengan harapan kelompok atau komunitas.
- Dari kompetisi antar teman sebaya menjadi kolaborasi antar teman sebaya.
- Dari tanggung jawab dan belajar mandiri, menjadi tanggung jawab kelompok dan belajar saling ketergantungan.
Strategi Pembelajaran Kolaboratif
Jean Piaget dan Vigotsky mengemukakan bahwa strategi pembelajaran didukung dengan adanya 3 teori, antara lain :
- Teori Kognitif (Proses Berpikir)
Teori kognitif ini saling berkaitan dengan proses terjadinya pertukaran pikiran antar anggota kelompok pada pembelajaran kolaboratif. Sehingga didalam suatu kelompok akan terjadi transformasi ilmu pengetahuan baru.
- Teori Kontruktivisme Sosial
Teori ini memperlihatkan adanya interaksi sosial antara anggota kelompok yang nantinya akan membantu individu lain dalam proses perkembangan dan juga untuk meningkatkan sikap saling menghargai pendapat yang berbeda semua anggota kelompok tersebut.
- Teori Motivasi
Teori ini bisa terkait dengan pembelajaran kolaboratif karena pembelajaran tersebut nantinya akan menciptakan lingkungan yang tepat untuk peserta didik belajar. Memberikan keberanian pada peserta didik dalam belajar melalui pemberian motivasi dan juga menciptakan situasi untuk saling membutuhkan satu sama lain dalam anggota kelompok.
Terdapat banyak sekali macam pembelajaran kolaboratif ini yang sudah dikembangkan para ahli dan praktisi pendidikan/seseorang yang telah berpengalaman dalam pendidikan.
Macam-macam Model Pembelajaran Kolaboratif
Menurut Suryani (2010), terdapat banyak model pembelajaran kolaboratif diantaranya:
1) Learning Together (Pembelajaran Bersama)
2) Team Game Tournament (TGT)
3) Group Investigation (GI)
4) Academic Constructive Controversy
5) Jigsaw Prosedure (JP)
6) Student Team Acheivment Division (STAD)
7) Complex Instruction (CI)
8) Team Accelerated Instruction (TAI)
9) Cooperative Learning Structure (CLS)
10) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC)
Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Kolaboratif
Tentu dalam penerapan pembelajaran kolaboratif terdapat kelebihan dan kekurangan. Kelebihan yang dapat diperoleh dari pelaksanaan pembelajaran kolaboratif antara lain:
- Peserta didik memperoleh banyak pengalaman melalui bekerja sama dalam kelompok.
- Peserta didik memperoleh banyak sumber belajar.
- Dapat memotivasi dan memberi semangat kompetitif bagi peserta didik.
- Merangsang kreativitas peserta didik dan guru.
- Pembelajaran kolaboratif mampu menumbuhkan sikap dan kebiasaan kolaborasi sejak dini, baik bagi peserta didik, guru dan tenaga kependidikan lainnya.
Di samping keuntungan-keuntungan tersebut, tentu masih banyak manfaat lain, baik yang bersifat langsung maupun yang tidak langsung..
Kelemahan Pembelajaran Kolaboratif
Selain memiliki kelebihan dalam proses pembelajaran, metode kolaboratif juga memiliki kelemahan. Beberapa kelemahan dari pembelajaran kolaborasi yaitu:
- Memerlukan pengawasan dari guru, karena tanpa adanya pengawasan maka pelaksanaan pembelajaran kolaboratif tidak akan berjalan maksimal.
- Pelaksanaan pembelajaran kolaboratif membutuhkan waktu yang relatif lama
- Adanya kecenderungan dari peserta didik untuk mencontoh hasil pekerjaan orang lain.
- Ada kemungkinan terdapat peserta didik yang kurang aktif dalam pembelajaran.
Silahkan dibagikan kepada guru-guru di seluruh Indonesia.
Tingkatkan literasi guru dengan join channel telegram:
https://t.me/naikpangkatdotcom
Penulis: SM