Memaknai Lagu Hymne Guru : Ironi dan Autokritik Nasib Guru Hari Ini

- Editor

Rabu, 26 Oktober 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Guru Disiplin ≠ Guru Otoriter

Engkau sebagai pelita dalam kegelapan

Engkau laksana embun penyejuk dalam kehausan

(Lirik lagu Hymne Guru)

Ada satu cerita dari kawan yang sedang praktik mengajar di salah satu SMP di Yogyakarta. Ia bertanya “siapa yang cita-citanya jadi guru? Coba angkat tangan”. Diantara 32 siswa, hanya satu yang angkat tangan. Lainnya mayoritas ingin jadi dokter, pilot, teknisi dan lain sebagainya.

Penulis mencoba mengurai alasan siswa melalui sudut pandang kita pernah menjadi “siswa”. Peran pencerdasan Guru seringkali dibumbui dengan sikap disiplin yang ingin diterapkan Guru kepada siswanya. Dengan harapan siswa tumbuh menjadi manusia yang tidak hanya cerdas, namun juga disiplin.

Kedisiplinan ini ragamnya bermacam-macam. Disiplin waktu, cara berpakaian, bersikap, mengumpulkan PR misalnya. Saat menjadi siswa, tentu hal tersebut sangat menganggu bahkan beberapa siswa yang lain sempat berontak. Alasannya karena pendisiplinan tersebut dicampuri sikap otoriter guru. Tidak memberi tau mengapa harus begini dan begitu, malah memaksakan kehendak dengan dalih “agar kamu jadi disiplin!”.

Sikap otoriter guru, tanpa kita sadari malah menciptakan suasana yang tidak nyaman saat proses pembelajaran. Mempengaruhi alam bawah sadar siswa, guru bukanlah sosok yang mampu membuatnya menjadi baik dan pintar. Melihat guru saja sudah malas, apalagi harus mendengarkan materi darinya. Ini berdampak pada citra seorang Guru itu sendiri.

Pendapatan Rendah, Beban Utang dan Minim Wawasan

Engkau patriot pahlawan bangsa

Pembangun insan cendekia

(Lirik lagu Hymne Guru)

Sebagian masyarakat Indonesia secara subjektif menganggap bahwa pendapatan Guru terbilang cukup rendah. Apalagi membandingkan dengan gaji dan apresiasi yang diterima Guru di negara maju. Padahal jika dikatakan rendah, seharusnya kita melihat secara objektif berdasarkan beban yang dipikul dan tanggung jawab yang diamanahkan.

Selain pendapatan rendah, beberapa oknum Guru memilih jalur hitam agar diterima di sekolah negri dengan pendapatan yang tinggi. Aksi Kolusi dan Nepotisme masih ada dalam proses penerimaan Guru. Semacam kemudahan padahal menambah beban, beban utang. Permasalahan ini menjadi bagian sejarah kelam pendidikan sejak awal kemerdekaan hingga saat ini. Memang hal ini sulit dibuktikan secara terang-terangan, tapi jika kita tanya perseorangan pasti masih ada praktik semacam itu.

Pendapatan rendah serta beban utang guru berimbas pada peningkatan profesionalitas guru yang berkaitan dengan pengembangan ilmu pengetahuan. Logikanya kita mengharapkan tercetaknya generasi bangsa yang unggul, cerdas, aktif, kritis. Tapi aktor utamanya, tiang penyangga yaitu guru masih terbatas bahkan enggan memperbaharui pengetahuannya.

Hampanya informasi sebab sikap apatisme guru terhadap persoalan atau realita yang aktual seperti pelanggaran HAM, penindasan buruh, eksploitasi alam, dampak globalisasi. Profesionalitas, kewibawaan serta kredibilitas guru akan menurun, karna siswa akan merasa tidak mendapat insight baru, yaa hanya sekadar mengerjakan tugas tanpa esensi saja dapat nilai A, kok.

Usut punya usut, dalam buku “Pendidikan yang Memiskinkan” mengatakan bahwa memang guru pada umumnya tidak memiliki visi pembaharu dimana seharusnya guru mengikuti perkembangan zaman dengan cara memperoleh informasi serta membaca buku sebanyak-banyaknya untuk menanamkan sikap kritis kepada siswa.

Mengapa seperti itu? Jawabannya adalah secara genealogis, pada tahun 1970-an profesi guru dianggap profesi yang dengan mudah bisa menaikan derajat atau status sosial menjadi “priyayi”. Dimana saat itu mereka yang berminat dari kalangan menengah bawah seperti petani, pedagang, kuli bangunan, nelayan, serabutan dan lain-lain.

Halaman berikutnya

Catatan Penutup

Berita Terkait

Peran Kepala Sekolah dalam Membangun Budaya Kolaborasi Guru
Contoh Bentuk Kegiatan Kolaborasi Guru dan Siswa yang Dapat Anda Terapkan
Strategi Meningkatkan Kolaborasi Guru di Sekolah sebagai Kunci Sukses Pendidikan
Tantangan Guru dalam Mengelola Kelas dalam Pembelajaran Abad 21
Tips Ampuh Mengatasi Gangguan Kelas dan Jaga Fokus Siswa Tetap Optimal
Ciri-Ciri Guru Tidak Mampu Mengelola Kelas dengan Baik, Ini Solusinya!
Model-Model Pengelolaan Kelas yang  Inovatif Dapat Guru Gunakan di Kelas
Cara Pengelolaan Kelas yang Kreatif Mendorong Literasi dan Numerasi Siswa
Berita ini 10 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 12 September 2024 - 10:58 WIB

Peran Kepala Sekolah dalam Membangun Budaya Kolaborasi Guru

Rabu, 11 September 2024 - 21:34 WIB

Contoh Bentuk Kegiatan Kolaborasi Guru dan Siswa yang Dapat Anda Terapkan

Rabu, 11 September 2024 - 21:20 WIB

Strategi Meningkatkan Kolaborasi Guru di Sekolah sebagai Kunci Sukses Pendidikan

Selasa, 10 September 2024 - 12:28 WIB

Tantangan Guru dalam Mengelola Kelas dalam Pembelajaran Abad 21

Selasa, 10 September 2024 - 11:41 WIB

Tips Ampuh Mengatasi Gangguan Kelas dan Jaga Fokus Siswa Tetap Optimal

Berita Terbaru

Unduh Sertifikat Pendidikan 32 JP Gratis