Hukum kausalitas itu selalu terjadi. Mengapa Nori sering terlambat? Mengapa Nori tidak berpenampilan rapi? Mengapa dia sering tidak mengerjakan tugas? Semua itu pasti ada penyebabnya. Dari uraian perspektif awal 3 siswa tadi sudah beragam.
Terdapat beberapa informasi yang mana antara satu siswa dengan siswa lain baru mereka ketahui. Mulai dari kondisi ibu Nori yang sakit parah dan hidup hanya berdua dengan Nori.
Kemudian kecenderungan Nori pada kegiatan kesenian dan olahraga daripada pelajaran akademik lainnya.
Hal tersebut sudah memunculkan perspektif baru tentang seorang Nori. Tidak sebatas pada sosok Nori yang sering terlambat dan tidak mengerjakan tugas.
Kemudian lanjut pada proses berikutnya yakni Step back. Pada tahapan ini, siswa dikuatkan lagi pola pikirnya untuk memfilter apapun yang dilihat dan didengarnya. Mereka dilatih untuk mengoreksi lagi tentang perspektif dirinya sendiri.
Jika ada yang bisa diambil dari perspektif orang lain, maka itu bukanlah hal yang dilarang. Begitu pun jika ada pendapat yang tidak sesuai dengan faktanya, maka buanglah jauh-jauh meskipun itu adalah pemikiran dirinya sendiri.
Setelah proses step back berlangsung untuk mengidentifikasi seorang Nori, maka bisa ditarik kesimpulan baru bahwasanya Nori butuh pendampingan khusus dalam belajar.
Dia memang lemah dalam mata pelajaran eksak, tapi dia cerdas dalam hal olahraga dan kesenian. Ini bisa menjadi acuan bagi guru untuk mendukung bakat dan kemampuannya itu. Karena setiap anak punya keistimewaan masing-masing.
Teman sekelasnya pun tidak lagi memandang Nori sebagai anak yang malas. Tapi dia justru butuh bantuan untuk merawat ibunya yang sakit.
Dia juga butuh teman untuk memahami pelajaran dengan lebih baik karena waktunya yang tersita. Dia tidak punya waktu belajar yang sama seperti siswa yang lain.
Dengan melakukan rutinitas berpikir seperti ini, siswa dapat memiliki pola pikir yang runtut, kritis, dan tidak mudah terprovokasi.
Halaman berikutnya
Halaman : 1 2 3 4 Selanjutnya