Oleh Fajar Risdiyono, S.Pd.,Gr
Mengajar di SMP Negeri 2 Waru Sidoarjo
Di antaranya media pembelajaran, apapun itu bentuknya, yang disukai para murid adalah media pembelajaran yang interaktif. Meskipun itu bersifat tradisional, klasik, konvensional. Dengan media belajar tersebut, para murid akan merasa mudah memahami materi.
Walaupun media konvensional dirasa media yang “jadul”, tapi di dunia pendidikan semua jenis media pembelajaran memang pantas diterapkan dengan syarat tertentu dan sesuai dengan keadaan kelas atau keadaan siswa. Yang tak kalah penting juga sesuai kebutuhan di satuan pendidikan karena tidak semua institusi pendidikan di berbagai wilayah sudah didukung dengan sarana prasarana yang lengkap walaupun keadaan zaman sudah modern seperti saat ini.
Karena itulah, saya masih sering menerapkan media pembelajaran konvensional di kelas saya karena kondisi kelas dan siswa saya rasa masih perlu menerapkan media tersebut. Saya mengawalinya dengan memakai metode pembelajaran tutor sebaya.Walaupun sistem ini terkesan klasik tapi metode ini masih layak dicoba dan menarik bagi para siswa agar tetap fokus pada kegiatan belajar. Dengan metode ini, siswa merasa nyaman dengan kehadiran teman yang terlibat langsung dalam proses menuntut ilmu.
Biasanya dalam metode tutor sebaya ini saya mulai dengan membuat asesmen diagnostik terlebih dahulu. Para siswa saya minta mengerjakan soal, kemudian saya langsung mengolah nilai tersebut yang akan terlihat hasilnya secara langsung. Tak lupa saya juga beri pertanyaan lisan pada kelas sehingga nanti akan tampak beberapa anak yang pantas menjadi tutor atau pemimpin dalam sebuah kelompok belajar.
Setelah saya mendapat nama-nama calon tutor tersebut, lalu saya bagi siswa menjadi beberapa kelompok yang bersifat heterogen, sehingga akan tercipta juga jiwa sosial dalam diri mereka. Setelah kelompok terbentuk, para siswa saya berikan pertanyaan-pertanyaan pemantik sehingga mereka akan merasa tertantang dan bersemangat dalam mengikuti pembelajaran yang berlangsung.
Kemudian, saya membuat media yang menarik yang disukai para murid saat ini misalnya menggunakan Youtube, TikTok ,Instagram, dan sejenisnya. Misalnya melalui Youtube, lewat media ini para murid merasa tertarik karena media satu ini sudah familiar untuk mereka.
Kemudian para siswa saya minta untuk melihat tayangan berkaitan dengan materi belajar yang ada pada Youtubetersebut. Setelah saya kira cukup, saya berikan beberapa pertanyaan-pertanyaan pemantik yang membuat mereka berpikir—tidak hanya menyaksikan saja dan selesai begitu saja.
Kemudian saya memberikan media lainnya berupa latihan kerja siswa pada kertas. Kertas yang saya pakai bukan kertas biasa melainkan beraneka jenis seperti stiker, kertas buffalo, kertas lipat origami, dan kertas kado.
Kertas tersebut saya berikan pada para siswa untuk menjawab pertanyaan yang saya berikan, di mana sebelumnya saya sudah memberikan topik masalah atau projek untuk mereka selesaikan bersama-sama. Hasil pekerjaan mereka akan dipresentasikan di depan kelas secara berkelompok dan dipimpin oleh ketua atau tutor mereka masing-masing.
Selesai tampil, mereka akan mendapatkan respon dari kelompok lain. Nah, di situlah peran media pembelajaran yang efektif dan menarik yang bisa membangkitkan semangat siswa bahkan guru untuk dapat menerima pembelajaran.
Seandainya saya tidak memakai media-media tersebut, niscaya para siswa akan merasa bosan dan menganggap pembelajaran di kelas saya biasa-biasa saja. Untuk menjadikannya luar biasa, maka dari itu saya membuat media pembelajaran yang membangkitkan; tidak menggunakan kertas biasa, tetapi saya menggunakan berbagai jenis kertas yang menarik untuk digunakan presentasi, menjawab tugas, dan juga bisa untuk berbagai fungsi seperti menempel, menggambar, mewarnai, dan lain sebagainya.
Media yang menarik adalah media yang dapat membangkitkan, tidak hanya dapat membangkitkan semangat belajar tetapi juga dapat membangkitkan suasana belajar. Ibarat di medan pertempuran, guru yang mengajar tanpa media pembelajaran mereka sedang berperang tanpa senjata.
Memang mengisi gelas kosong dengan teko yang penuh air terkadang tidaklah mudah. Kita harus terampil dalam mengisinya agar tidak terlalu penuh tidak juga kurang. Perumpamaan itulah yang saya rasakan dalam mengajar murid saya di sekolah. Jika kita terlalu memaksakan pelajaran, maka murid akan merasa tertekan, jika kita terlalu santai untuk memasukkan pelajaran maka murid akan merasa malas dan cenderung meremehkan.
Banyak sekali sebenarnya metode pembelajaran dan model pembelajaran yang bisa diterapkan di kelas. Jika kurang menguasai, banyak sekali seminar atau workshop. Namun kembali lagi, tidak semua ilmu yang didapat dari kegiatan tersebut dapat dipakai untuk mempermudah penyampaian ilmu kepada murid. Semuanya tergantung pada guru sebagai pemimpin di dalam kelas.
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!
Penulis : Fajar Risdiyono, S.Pd.,Gr
Editor : Moh. Haris Suhud, S.S.