Mata pelajaran yang diajarkan untuk anak sekolah di Indonesia, khususnya untuk anak-anak yang duduk di Sekolah Dasar (SD) dinilai masih terlalu banyak. Sehingga hal tersebut tidak mampu mengembangkan potensi anak secara maksimal dan kalah bersaing dengan negara lain.
Di dalam sistem pendidikan di Indonesia, untuk menyelesaikan masa sekolah di tingkat dasar yaitu SD umumnya membutuhkan waktu paling tidak enam tahun. Dan selama enam tahun tersebut terdapat 10 mata pelajaran umum yang harus dipelajari.
Kemudian saat ini terdapat draf RUU Sisdiknas yang masih digodok oleh pemerintah dan juga oleh pihak-pihak yang berwenang. Namun di dalam draf tersebut, sebenarnya tidak berbeda jauh dengan UU Sisdiknas Tahun 2003 lalu. Sebab muatan wajib yang akan diajarkan kepada anak sekolah di tingkat dasar, di dalam RUU saat ini tidak berbeda jauh dengan sebelumnya.
Menurut pemerhati pendidikan Doni Koesoema A, muatan wajib tersebut masih dikatakan terlalu banyak. Sehingga RUU yang ada saat ini pun masih perlu ditinjau ulang. Menurutnya, mata pelajaran yang diajarkan untuk anak-anak di tingkat SD sampai SMA masih terlalu banyak.
Untuk itu perlu ada penataan ulang berbasis paradigma baru. Dan sebelum melakukan penataan ulang tersebut perlu meninjau kembali muatan wajib yang perlu diajarkan kepada para siswa, apakah muatan wajib yang perlu diajarkan tersebut masih relevan, dibutuhkan, dan sesuai atau tidak dengan kebutuhan para siswa saat ini.
Sebenarnya mata pelajaran yang diberikan kepada para siswa tidak perlu terlalu banyak jika mengacu pada negara-negara maju. Bahkan banyak negara maju di luar sana bahwa pembelajaran di sekolah tidak berbasis pada mata pelajaran. Sementara itu di Indonesia, pembelajaran yang dilakukan masih fokus pada pembelajaran ilmu-ilmu tertentu.
Menilik ke negara Jepang, misalnya, di negara tersebut pembelajaran dilakukan tidak berbasis pada mata pelajaran. Justru yang digunakan adalah materi yang berbasis pertanyaan. Jadi di negara Sakura tersebut, sejak dini anak-anak sudah diajarkan untuk belajar melalui sebuah pertanyaan sehingga pembelajaran yang diberikan oleh guru akan lebih berkesan.
Mengambil contoh pendidikan dasar di negara Jepang, enam aspek pertanyaan yang dipelajari meliputi, siapa kita? di mana kita dalam ruang dan waktu? bagaimana mengekspresikan diri, bagaimana dunia bekerja, bagaimana mengorganisasi diri? dan berbagi kehidupan di dalam planet. Nah, enam aspek pertanyaan tersebut yang digunakan sebagai basis pembelajaran di Jepang.
Pertanyaan “Siapa Kita” nantinya akan mengajarkan pada anak menjaga keseimbangan hidup dan mencapai sebuah kesejahteraan.
Kemudian pertanyaan terkait ruang dan waktu, para siswa akan didorong belajar tentang eksistensi diri dan sejarah.
Adapun pertanyaan tentang bagaimana cara mengekspresikan diri akan mendorong anak untuk menciptakan sebuah karya seni atau memberikan apresiasi pada sebuah karya seni tersebut.
Halaman Selanjutnya
Pertanyaan bagaimana dunia bekerja…
Halaman : 1 2 Selanjutnya