Maksimus Yovan: Menjadi Guru untuk Memenuhi Panggilan yang Mulia

- Editor

Selasa, 17 Januari 2023

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh Maksimus Yovan, S.Pd,Gr.

Guru di SMPN 8 Borong

 

Menjadi seorang guru adalah sebuah panggilan hidup yang mulia bagi saya. Mengapa demikian, karena faktanya tidak banyak orang yang ingin menjadi guru. Hanya orang terpilih yang mau menjadi guru, dan itu semua karena Tuhan yang menentukan.

Saya terlahir dari sebuah keluarga yang sangat sederhana bahkan boleh dikatakan saya berasal dari keluarga yang sangat miskin. Saya adalah anak bungsu dari empat bersaudara, seluruh saudara saya semuanya mengakhiri pendidikannya di tingkat SD. Mereka tidak bisa melanjutkan pendidikan karena orang tua tidak sanggup untuk menyekolahkan mereka. Profesi ayah hanyalah seorang petani dan ibu seorang ibu rumah tangga. 

Saya dibesarkan di Kampung Rentung, Desa Goreng Meni, Kecamatan Lamba Leda, Kabupaten Manggarai Timur, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Saya mulai belajar di pendidikan formal saat usia saya 7 tahun. Pada tahun 1993, saya didaftarkan oleh ayah untuk bersekolah di SDK Meni. Saat itu di kampung saya belum ada PAUD maupun TK, sehingga saya mengenal belajar di sekolah langsung mulai dari SD. 

Tentu masa sekolah di masa kecil merupakan kenangan yang sangat luar biasa indah, saya bisa bercanda ria bersama dengan teman-teman. Selain itu, saya juga bertemu dengan guru-guru yang sangat baik, yang selalu setia mendidik serta membimbing sampai saya bisa menyelesaikan belajar hingga tamat.  Di saat itulah  saya mulai bertekad dan merasa terpanggil untuk menjadi seorang guru karena saat itu saya menemukan sosok guru yang benar-benar bisa menjadi panutan.

Tamat dari SD, saya melanjutkan di lembaga pendidikan yang jaraknya sangat jauh dari rumah. Bahkan saya harus rela berpisah dengan orang tua demi bisa belajar karena letak SMP tempat saya belajar berbeda kecamatan. Membutuhkan waktu dua sampai tiga jam dari rumah untuk sampai sekolah karena saya harus berjalan kaki—belum ada jalan raya waktu itu. Meskipun demikian, itu tidak mengurangi semangat saya untuk terus belajar demi meraih cita-cita serta harapan saya.

Selama belajar di SMP, saya semangat dan tekun belajar. Alhasil, saya selalu mendapatkan peringkat satu di kelas. Saya tidak pernah minder dengan status saya yang berasal dari keluarga miskin. Meskipun orang tua tidak mampu akan tetapi justru itu yang mendorong saya agar terus giat belajar dan meraih apa yang menjadi impian saya sejak SD.

Selesai menempuh pendidikan di SMP pada tahun 2002, saya meminta kepada orang tua agar saya bisa melanjutkan pendidikan di SMA atau SMK. Puji Tuhan, saya diizinkan untuk melanjutkan pendidikan di SMK. Saat itu saya memilih SMK Pariwisata Jurusan Akomodasi Perhotelan. 

Sekolah SMK ini lebih jauh lagi dari kampung saya, membutuhkan perjalanan sekitar tiga setengah jam untuk sampai di sekolah. Kebetulan SMK ini letaknya di ibukota kabupaten.

Saya memilih SMK tentu ada alasannya. Ya,  karena saya memikirkan keadaan ekonomi keluarga yang tidak memungkinkan saya untuk terus berlanjut ke  jenjang yang lebih tinggi lagi. 

Nah, ketika saya belajar di SMK ini, saya menyingkirkan cita-cita saya untuk menjadi seorang guru demi membantu ekonomi keluarga. Saya berharap setelah menyelesaikan pendidikan di SMK, saya bisa mencari pekerjaan. Saya belajar berbagai mata pelajaran produktif yang berkaitan langsung dengan dunia kerja. Saya benar-benar tekun belajar dengan harapan setelah selesai SMK bisa langsung bekerja. 

Setelah menyelesaikan pendidikan di SMK tahun 2005, saya mencoba untuk mencari pekerjaan di hotel, café, dan lain sebagainya.  Akan  tetapi tidak ada satupun lamaran kerja saya yang diterima. Pada akhirnya saya mencoba jalan lain, yaitu melamar menjadi guru di salah satu  SD. Akhirnya saya diterima sebagai salah satu tenaga pendidik. 

Di sekolah tersebut saya dipercaya oleh kepala sekolah untuk mengampu mata pelajaran MULOK (Muatan Lokal) yang pada saat itu termasuk di dalamnya adalah Mata Pelajaran Bahasa Inggris. Meskipun tidak memiliki latar pendidikan bahasa Inggris namun kebetulan saya adalah alumni SMK Pariwisata yang mengerti sedikit tentang bahasa Inggris. 

Saya mengajar di SD tersebut selama satu tahun. Pengalaman mengajar inilah yang mengingatkan kembali akan cita-cita menjadi seorang guru yang sempat tersingkirkan. 

Pada tahun 2006, saya berangkat ke Makassar. Di sana saya langsung mendaftar di STKIP YPUP Makassar. Ini adalah salah satu perguruan tinggi di Makassar yang memiliki jurusan pendidikan keguruan. Bersamaan dengan itu, saya  dihantui dengan pikiran tentang biaya kuliah. Untuk menjawab semua itu, saya memutuskan untuk mencoba mencari pekerjaan yang bisa berbagi dengan waktu dengan kuliah. 

Tahun 2010 saya lulus dan mendapat gelar Sarjana Pendidikan di STKIP YPUP Makassar. Saya pribadi merasa bangga, senang, karena akhirnya keinginan saya terwujud. Setelah itu, saya langsung memutuskan untuk Kembali ke kampung. 

Tepatnya pada bulan November tahun 2010, setelah sampai rumah, saya langsung mendaftarkan diri untuk mengikuti seleksi CPNSD. Syukur yang berlimpah, pada bulan Januari 2011, saya dinyatakan lulus seleksi CPNSD. Kemudian saya ditempatkan di sekolah tempat saya mengabdi hingga saat ini: yaitu di SMPN 8 Borong, Kabupaten Manggarai Timur. 

Saya menyadari betul bahwa setiap perjuangan pasti ada hasilnya. Dengan sebuah keyakinan dan bantuan Sang Ilahi serta semangat dari diri sendiri, segala niat baik pasti akan terkabulkan asal jangan pernah menyerah dengan keadaan. Saat ini saya sangat menikmati hari-hari saya sebagai guru. Saya berjanji akan terus berjuang untuk menjadi guru terbaik bagi anak didik saya. (*)

 

Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!

Editor: Moh. Haris Suhud

Berita Terkait

17 Tahun sebagai Guru Honorer, Tak Berhenti Mengejar Impian Jadi ASN PPPK
Kisah Sukses ASN PPPK: Hampir Menyerah dan Berpaling dari Dunia Pendidikan
Mengenal Alga Pratama Putra Siswa SMAN 11 Garut dan Calon Duta Baca
Di Tengah Peperangan, Begini Cara Guru Palestina Tetap Mengajar Anak-anak Gaza
Berpuluh Tahun Mengajar, Damin Dikenang sebagai Pahlawan yang Tinggalkan Jejak di Hati Masyarakat
Mengesankan, Guru Asal Wonogiri Fasih Bahasa Inggris hingga Viral Karena Konten Uniknya
Kisah Kepala Sekolah Muda Asal Semarang Memik Nor Fadilah: Tumbuhkan Kepemimpinan Melalui Kedekatan dengan Siswa
Perjuangan Ana Rahmawati, Guru Asal Pati yang Mengajar Penuh Dedikasi Sembari Menanti Keputusan Penempatan ASN
Berita ini 8 kali dibaca

Berita Terkait

Minggu, 23 Juni 2024 - 20:45 WIB

17 Tahun sebagai Guru Honorer, Tak Berhenti Mengejar Impian Jadi ASN PPPK

Minggu, 9 Juni 2024 - 20:59 WIB

Kisah Sukses ASN PPPK: Hampir Menyerah dan Berpaling dari Dunia Pendidikan

Kamis, 16 Mei 2024 - 10:10 WIB

Mengenal Alga Pratama Putra Siswa SMAN 11 Garut dan Calon Duta Baca

Rabu, 13 Maret 2024 - 11:34 WIB

Di Tengah Peperangan, Begini Cara Guru Palestina Tetap Mengajar Anak-anak Gaza

Minggu, 20 Agustus 2023 - 21:20 WIB

Berpuluh Tahun Mengajar, Damin Dikenang sebagai Pahlawan yang Tinggalkan Jejak di Hati Masyarakat

Berita Terbaru

Unduh Sertifikat Pendidikan 32 JP Gratis