Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua

- Editor

Sabtu, 3 Februari 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh Kustiyani, S.Pd.

Guru di SMAN 1 Jekulo Kudus

 

Kehadiran ChatGPT dalam dunia pendidikan ibarat pedang bermata dua, sangat menguntungkan tetapi juga membawa ancaman atau bahaya bagi pelajar. 

ChatGPT memberikan manfaat yang banyak bagi siswa jika digunakan dengan sangat bijak dalam mengerjakan tugas dan pekerjaan sekolah, serta bisa menjadi salah satu sumber belajar mereka. Sebaliknya ChatGPT juga bisa menjadi petaka bagi pelajar jika tidak dapat menggunakan teknologi tersebut dengan sangat  bijak.  Ya, kehadiran  ChatGPT  dapat menjadi ancaman bagi siswa karena akan merugikan mereka sendiri, di antaranya malas berpikir dan menurunkan level kreativitas mereka.  

Dalam sistem pendidikan kita saat ini, Kurikulum Merdeka memang memberikan keleluasaan siswa untuk menggunakan berbagai sumber belajar. Banyaknya  sumber belajar dan media belajar menjadikan buku bukanlah satu-satunya sumber belajar yang harus dipergunakan siswa. Ilmu pengetahuan dan teknologi di era digital sekarang ini  sangat membantu guru dan siswa  dalam pembelajaran di sekolah. Perkembangan informasi dan pengetahuan melalui digital saat ini  sangat mudah diperoleh dalam waktu singkat dan relatif  murah biayanya. 

Salah satu teknologi yang menggemparkan dunia pendidikan adalah kehadiran ChatGPT, sebuah sistem model bahasa yang dikembangkan oleh OpenAI dan merupakan variasi dari arsitektur GPT (Generative Pre-trained Transformer). ChatGPT  ini dikembangkan untuk memfasilitasi percakapan atau interaksi  manusia dengan menggunakan teks. 

ChatGPT merupakan kecerdasan  buatan berbasis teks yang dilatih menggunakan teknologi GPT -3.5. Model teknologi chat ini dapat digunakan untuk menghasilkan teks yang mirip dengan tulisan manusia serta merespon dan memahami bahasa manusia dalam percakapan seperti asisten virtual atau chatbot. 

ChatGPT kemudian dapat dipergunakan dalam berbagai kebutuhan seperti penerjemahan bahasa, penjelasan konsep dan definisi,  memberikan contoh-contoh, membantu memberikan ide, gagasan serta solusi atas sebuah masalah. 

Dalam perkembangannya, ChatGPT memiliki banyak manfaat termasuk untuk pelajar. ChatGPT dapat menjadi salah satu sumber belajar siswa, membantu mengerjakan tugas-tugas, dan pekerjaan sekolah. Hal ini karena  banyak informasi yang didapat dari ChatGPT tersebut yang memiliki fitur-fitur yang memudahkan siswa menggunakan untuk berbagai macam kepentingan.

Pelajar dapat menggunakan ChatGPT untuk memperoleh berbagai informasi dan pengetahuan yang dapat mereka pelajari sendiri. ChatGPT dapat membantu  siswa mengerjakan tugas dan pekerjaan sekolah. Berbagai tema atau topik yang mereka peroleh  dari guru, dapat ditanyakan melalui ChatGPT.  

Lebih lanjut, melalui ChatGPT, pelajar dapat bertanya mengenai konsep-konsep dalam materi pelajaran yang sulit dipahami oleh mereka. Pelajar juga dapat memperoleh definisi dari pengertian dan  penjelasan, bahkan contoh-contoh yang dapat membantu memperdalam pemahaman mereka. 

Pada saat pelajar merasa kesulitan untuk memahami materi pelajaran, maka yang bersangkutan dapat menggunakan ChatGPT untuk meminta penjelasannya. Dalam waktu sekejap, maka siswa sudah mendapat penjelasan tersebut. Bahkan contoh-contoh yang diharapkan untuk membantu memahami materi pelajaran yang masih kurang jelas. 

Kelebihan lain ChatGPT adalah dapat memberikan ide, saran, atau panduan untuk menyelesaikan tugas siswa. Artinya pada saat siswa tidak bisa, bingung atau kesulitan mengerjakan tugas, maka dapat meminta ide atau saran kepada ChatGPT.  Dalam waktu yang singkat, ChatGPT akan membantu memberikan ide atau saran  sesuai yang diminta siswa. 

Bantuan ide  atau saran dari ChatGPT tersebut dapat membuka  pemikiran siswa untuk  mengerjakan tugasnya. Misalnya, siswa yang bingung dalam membuat proposal, dapat meminta bantuan ChatGPT untuk dibuatkan. Jika siswa kesulitan cara menulis suatu tugas, maka dapat bertanya kepada ChatGPT mengenai struktur tulisan dan lain sebagainya. Siswa juga bisa bertanya tentang sumber referensi yang relevan atau contoh kasus-kasus.

ChatGPT dapat membantu siswa berlatih keterampilan menulis. Siswa juga dapat menggunakan ChatGPT untuk berlatih menulis dengan cara meminta bantuan umpan balik tulisannya atau merevisi tulisan mereka. Bahkan siswa dapat menulis esai, cerita, opini  atau karangan lainnya dengan mudah menggunakan aplikasi tersebut. 

Untuk meningkatkan kualitas tulisannya, siswa dapat meminta saran perbaikan dari ChatGPT. Dengan  cara tersebut, maka siswa tidak akan merasa berat berlatih menulis. Karena jika ada kendala dalam menulis, ChatGPT  dengan sigap akan  memberikan bantuan. 

Demikian pula dalam berlatih bahasa asing,  siswa dapat menggunakan ChatGPT untuk meningkatkan keterampilan menulis maupun mempraktikkan keterampilan berbicara. Siswa dapat berinteraksi dengan ChatGPT dalam bahasa asing yang mereka pelajari. Siswa juga bisa meminta terjemahan atau berlatih mengungkapkan diri dengan benar.

ChatGPT pun dapat membantu siswa untuk mengeksplorasi ide dan kreativitas mereka. Sebab ia dapat menjadi sumber inspirasi untuk mengembangkan ide-ide atau memperluas pemahaman mengenai topik tertentu. Di samping itu, siswa dapat menggunakan ChatGPT untuk berdiskusi, mengajukan pertanyaan, atau menguji hipotesis mereka.

Bantuan yang diberikan Chat GPT  sangat banyak dan terselesaikan dalam waktu yang cepat. Tidak mengherankan jika siswa dapat dengan cepat menyelesaikan penugasan maupun pekerjaan rumah yang diberikan guru. Sebab, ChatGPT akan membantu siswa mengerjakan tugas –tugas terkait pelajaran di sekolah. 

Di balik itu semua, ChatGPT juga bisa memberikan dampak buruk dalam pembelajaran siswa ketika sistem tersebut hanya digunakan sebagai “jalan pintas” dalam mengerjakan tugas dari guru.  Jika siswa menyenangi jalan pintas menggunakan ChatGPT dalam mengerjakan tugas dan pekerjaan sekolah dilakukan terus menerus, maka akan membuat mereka malas berfikir.  Siswa akan beranggapan buat apa memeras otak, berpikir dengan keras untuk menyelesaikan  semua tugas dan pekerjaaan sekolah, jika ada ChatGPT yang siap menggantikan pikiran mereka. 

Keadaaan ini akan semakin parah jika hasil pekerjaan dari ChatGPT ini tidak diperiksa lagi oleh siswa sendiri. Siswa langsung percaya dengan hasil pekerjaan ChatGPT. Dengan kata lain, kehadiran ChatGPT dapat  membuat siswa menjadi tergantung pada aplikasi robot digital tersebut.

Jika keadaan demikian dibiarkan, maka akan semakin memperburuk daya pikir siswa. Mereka menjadi orang yang pasif dan hanya menunggu instruksi. Hal ini membuat pikiran mereka  tidak proaktif atau tidak terangsang untuk  menemukan atau berfikir akan ide-ide dan informasi baru. Keadaan tersebut membuat pikiran siswa  kehilangan vitalitas dan energinya. 

Siswa menjadi  pasif  juga dapat diakibatkan  pemikirannya  yang salah mengenai rasionalisasi kegagalan. Seperti pada saat mengerjakan tugas sendiri dan ternyata hasil pekerjaannya  salah, maka hal itu dianggap sebagai kegagalan. Namun  sangat disayangkan, kegagalan tersebut tidak ditindaklanjuti dengan keinginan untuk merubah kegagalan tersebut menjadi keberhasilan. 

Dampak buruk selanjutnya adalah siswa tidak mau berusaha  untuk meningkatkan kualitas belajarnya. Apa jadinya jika keadaan tersebut terjadi pada banyak siswa sekarang. Mereka menjadi generasi bodoh,  pasif, tidak kreatif dan proaktif. Dapat dibayangkan seperti apa kualitas bangsa Indonesia ke depan kalau sebagian  besar siswa sebagai generasi penerus bangsa menjadi generasi  bodoh. 

Padahal generasi sekarang digadang-gadang sebagai generasi yang mampu membawa perubahan yang cukup krusial untuk memajukan bangsa. Apa jadinya jika generasi sekarang termasuk dalam kategori generasi bodoh. Jangankan untuk memajukan bangsa, mengurus dirinya sendiri menjadi orang yang baik saja belum bisa. 

Permasalahan ini menjadi pekerjaan rumah kita sebagai pendidik. Guru  bukan hanya semata-mata mentransfer pengetahuan kepada siswanya, tetapi lebih dari itu. Guru juga dituntut untuk bisa mengubah siswa yang termasuk generasi bodoh menjadi generasi cerdas. 

Di sisi lain, guru tidak bisa menolak kehadiran ChatGPT karena bagaimanapun juga teknologi tersebut sangat membantu guru dalam  menjalankan tugas-tugasnya sebagai pendidik. Guru juga menyadari, tidak bisa  meminta siswa untuk tidak menggunakan ChatGPT dalam mengerjakan tugas dan pekerjaan sekolah. Apalagi sekarang adalah era keterbukaan, era globalisasi dimana ChatGPT dapat dengan mudah diakses oleh siswa.

Namun guru masih bisa menasehati agar siswa tidak mengandalkan sepenuhnya menggunakan ChatGPT untuk mengerjakan berbagai tugas mereka.  Penggunaan ChatGPT sebaiknya hanya sebagai alat bantu, bukan alat utama untuk mengerjakan tugas  siswa. Alat utama  siswa  dalam mengerjakan tugas-tugasnya tetap pada daya pikirnya sendiri.  

Selain itu, ChatGPT bukan sumber utama mereka  dalam menimba ilmu. Chat GPT hanya sumber tambahan dalam proses pembelajaran.  

Apabila siswa dapat menggunakan ChatGPT dengan sangat bijak, maka teknologi GPT-3.5 akan menjadi pedang yang senantiasa menguntungkan dan memberikan manfaat bagi mereka. Sebaliknya, jika salah dalam menggunakannya maka bisa menjadi senjata yang melumpuhkan pikirannya sendiri. 

Sehebat dan secanggih apapun teknologi digital termasuk ChatGPT, tetaplah merupakan robot, kecerdasan  buatan manusia. Manusia lah yang memiliki power untuk mengendalikan robot tersebut,  tidak terkecuali  siswa. 

Meskipun saat ini banyak siswa menjadi pengguna ChatGPT, jadilah pengguna yang bijak. 

Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!

Penulis : Kustiyani, S.Pd.

Editor : Moh. Haris Suhud, S.S.

Berita Terkait

Pemanfaatan Teknologi untuk Pembelajaran Kreatif dan Interaktif
Chat GPT: Menguntungkan atau Merugikan Guru?
Mission Service Learning sebagai Pilihan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Jenjang Sekolah Dasar
Pentingnya Komunitas Belajar bagi Guru di Satuan Pendidikan
Penguatan Kemampuan Literasi untuk Menyiapkan Generasi Gemilang 2045
Undang-Undang Perlindungan Anak dan Dilema dalam Pembentukan Karakter Disiplin Peserta Didik
Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak untuk Mensuksekan Kurikulum Merdeka
Penerapan Student Lead Conference untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Peserta Didik
Berita ini 303 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 18 November 2024 - 20:12 WIB

Pemanfaatan Teknologi untuk Pembelajaran Kreatif dan Interaktif

Rabu, 4 September 2024 - 10:05 WIB

Chat GPT: Menguntungkan atau Merugikan Guru?

Kamis, 15 Agustus 2024 - 23:11 WIB

Mission Service Learning sebagai Pilihan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Jenjang Sekolah Dasar

Kamis, 15 Agustus 2024 - 22:44 WIB

Pentingnya Komunitas Belajar bagi Guru di Satuan Pendidikan

Rabu, 14 Agustus 2024 - 14:52 WIB

Penguatan Kemampuan Literasi untuk Menyiapkan Generasi Gemilang 2045

Berita Terbaru

Unduh Sertifikat Pendidikan 32 JP Gratis