Menjadi seorang perempuan harus bisa menjadi seorang ibu yang baik untuk anak-anak. Itu ketika berada di rumah. Ketika menghadapi pekerjaan, seorang perempuan juga dituntut untuk bertindak sebagai profesional.
Seperti itulah yang dilakukan oleh Indah Wulandari, seorang ibu dengan dua anak dan juga guru yang mengajar di SMPN 1 Leuwisadeng. Perempuan kelahiran tahun 1967 tersebut, harus mengasuh dua anaknya seorang diri.
“Alhamdulillah, sudah dua tahun anak-anak menyelesaikan kuliah dan sekarang menikah dan bekerja,” ucapnya.
Hidup yang diwarnai dengan perjuangan adalah hal yang biasa bagi perempuan yang biasa dipanggil dengan sebutan Bu Indah tersebut. Pada masa kecilnya, ia pun dibesarkan oleh seorang ibu seorang diri. Ayahnya meninggal saat ia masih bersekolah.
Indah Wulandari memiliki enam saudara. Beruntungnya, semua bisa bersekolah, bahkan ia sendiri bisa menempuh pendidikan hingga perguruan tinggi.
“Kami berempat yang sudah kuliah harus bisa membiayai kuliah dan biaya hidup sendiri-sendiri agar suatu saat bisa mandiri dan mengubah nasib jadi lebih baik.
Kegiatan masa kecil saya berjualan es mambo. Sebagian es itu dititipkan ke warung-warung dan sebagiannya saya menjajakannya secara berkeliling kampung sehabis pulang sekolah.”
“Saat musim panas, ada kegembiraan karena jualan es pasti laku dan habis. Dan akhirnya kami bisa jajan dari keuntungan berjualan es mambo. Tapi sebaliknya, kalau musim hujan terasa sedih karena jualan es tidak mudah dan tidak laku. Dan bisa jajan pun cuma mimpi,” kenangnya.
Ketika sudah berumah tangga, kehidupan Indah Wulandari pun tak lepas dari masalah. Ia harus berjuang membesarkan anak-anak. Itu bukan hal mudah terutama ketika menghadapi masalah finansial untuk biaya pendidikan sampai ke perguruan tinggi.
“Setiap hari, aktivitas saya selain mengajar adalah melayani pesanan frozen food dari beberapa toko bahkan di cafe-cafe. Pekerjaan sambilan ini sangat melelahkan, apalagi saat menjalankan ibadah puasa karena menuntut tenaga dan fisik harus sehat. Alhamdulillah, saya lalui dengan senang hati karena dari uang honor itu saya dapat menambah biaya untuk pendidikan anak-anak.”
Meskipun demikian, lulusan S2 Magister Pendidikan STEI IPWIJA Jakarta tersebut tak pernah menyerah. Sebagai ibu rumah tangga, ia berusaha memberikan yang terbaik. Dan ketika berprofesi sebagai guru mata pelajaran Bahasa Indonesia pun tak berbeda.
Mungkin sejauh ini, guru yang tinggal di Bogor tersebut tidak pernah mengangkat trofi apapun dalam perlombaan. Sebab prestasi memang tak harus dalam suatu perlombaan.
Dalam beberapa tahun terakhir, Bu Indah mengasah satu potensi di dalam dirinya yaitu kemampuan menulis. Caranya dengan mengikuti pelatihan-pelatihan yang digelar secara online oleh e-Guru.id. Dari pelatihan tersebut, guru yang memiliki hobi masak tersebut bisa mendapatkan banyak manfaat.
“Sebelum saya mengikuti berbagai pelatihan di e-Guru.id, belum ada antusias kegiatan menulis. Tapi setelah ikut pelatihan, maka kegiatan menulis saya semakin bergairah termasuk kemampuan IT.”
Setidaknya terdapat empat buku di mana Bu Indah Wulandari terlibat di dalam penulisan buku tersebut. Judul buku tersebut adalah: Sabda Guru, Mengajar di tengah Pandemi, Meniti Jalan Menjadi Guru, dan Praktik Baik.
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!
Editor: Moh. Haris Suhud