Hasil Pembelajaran Daring Selama Pandemi Ternyata Semu?

- Editor

Jumat, 12 November 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

oleh Elmi, S.Pd.

Guru SDN 5 MB Hulu Sampit

Pada musim pembelajaran daring selama pandemi, apapun yang dilakukan siswa, kita percaya bahwa itu adalah kejujuran dan bukti tanggung jawab. Terkadang kita pun sangat percaya akan apa yang terlihat pada layar ponsel atau laptop terkait hasil belajar anak-anak.. 

Hasil tugas siswa biasa dikirim dalam bentuk video atau foto. Dalam video tersebut kita bisa  melihat anak-anak belajar dengan rajin, tampak senang dan antusias. Kita pun senang melihat mereka paham dan mengerti akan pelajaran yang kita berikan. 

Dan saya percaya itu adalah murni hasil kerja anak-anak sendiri walaupun kita tahu bahwa mereka belajar dalam bimbingan orang tuanya atau orang-orang yang ada di  sekitarnya.

Ketika era pandemi sudah mulai mereda, tanggal 2 September 2021 lalu, di daerah kami resmi melakukan pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT).  

Hari pertama masuk sekolah, anak-anak kelihatan semangat dan riang gembira. Apalagi anak-anak yang  sudah kelas tinggi, mereka tampak sangat rindu untuk bertemu dengan teman-temannya di sekolah,  untuk bersenda gurau, bermain, dan untuk  bersenang-senang.  

Ketika lonceng berbunyi tanda masuk kelas, anak-anak segera masuk kelas dan menghentikan aktivitas melepas rindu dengan  teman-temannya setelah sekian lama tak jumpa. Bapak/Ibu guru menyambut mereka di muka pintu kelas  masing-masing. 

Saya sendiri guru kelas 5. Sebelum memulai pelajaran di hari PTMT tersebut, saya suruh mereka sebutkan nama  dan menceritakan pengalaman belajarnya di rumah selama pandemi. 

“Enak mana belajar di rumah atau di sekolah?” pertanyaan saya pada mereka.  

”Tidak enak, Bu,  belajar di rumah sering dimarahi Mamah,”jawab salah satu siswa. 

 “Iya, Bu, aku dicubit Mamah  terus kalau gak bisa,” yang lain menimpali. 

Ruang kelas jadi riuh dan ramai sekali, anak-anak jadi saling curhat  menceritakan pengalaman pahit manisnya selama belajar daring di rumah. 

“Terus kalau  kamu dimarahi Mamah, kamu tetap kerja nggak?” tanya saya lagi. 

“Nggak.” 

“Tetap kerja biar sambal menangis.” 

Sedih hati saya mendengar keluhan-keluhan siswa tersebut. 

“Sekarang kita belajar di sekolah, tidak ada lagi yang akan mencubit atau memarahi kamu seperti  Mamah. Kamu sekolah untuk belajar.  Jangan takut, karena Ibu guru tidak seperti Mamahmu yang mengajari kamu. Sekarang kamu lebih semangat lagi!” ucap saya untuk memberikan semangat. 

“Terus kalau kamu nggak kerja lalu siapa yang  ngerjakan tugasmu?” Lanjut saya. 

“Kaka.” 

“Mama.”

“Guru les  privat.” 

“Oh begitu, pantas nilainya bagus-bagus,” ,”kata saya menanggapi. 

“Kata  Mama, daripada beliau marah-marah dan pusing kepala maka biar beliau yang ngerjakan,” salah satu siswa menimpali. Kelas menjadi riuh kembali.  

Setelah semua sudah mendapat giliran perkenalan, saya memberi penguatan, semangat dan nasihat  kepada anak-anak; serta mengajak anak- anak agar senantiasa berdoa memohon kepada Tuhan yang  Maha Kuasa agar pandemi ini cepat berlalu sehingga kita bisa kembali sekolah secara normal seperti  sedia kala. 

Di hari berikutnya, kami belajar mata pelajaran Matematika. Saya pun bertanya kepada anak-anak. 

“Masih ingat  perkalian yang kalian hafal tempo hari, yang kamu kirim videonya itu?”

Anak-anak diam tidak ada yang menjawab. 

“Kok diam?” mendesak agar ada jawaban. 

Kemudian ada salah seorang anak yang menjawab,” Saat itu perkalianya dibaca, Bu, bukan dihafal.” 

“Haah, benarkah?” 

“Iya, Bu,” katanya.

Saya kagum  mendengar jawaban polos dan jujur dari anak tersebut.

 “Iya, Bu, coba  saja tanya teman yang lain, semua membaca tidak ada yang menghafal. Kalau menghafal butuh waktu  lama, Bu!” 

“Berarti selama ini kalian menipu Ibu guru, ya? Benar-benar kalian sudah membohongi, Ibu,” gumamku. 

Kemudian anak-anak yang lain juga mengaku, bahwa  mereka membaca poster daftar perkalian saat melakukan perekaman tugas video. 

”Ibu berterima kasih, kalian sudah berkata jujur. Untuk waktu berikutnya, Ibu mohon kalian  menghafalnya dan tetaplah selalu jujur jangan berbuat curang. Karena jujur itu perbuatan yang sangat  mulia dan bernilai tinggi.”

Waktu sebelum PTM awal tahun ajaran 2021/2022, saya memang sempat meminta kepada anak-anak untuk membuat video hafalan  perkalian, mulai dari perkalian 2, 3,4,5,6,7,8, dan 9. Perekaman video harus dilakukan dengan posisi berdiri dan menggunakan seragam sekolah. 

Waktu itu saya sempat merasa sangat senang sekali. Setiap hari mereka satu per satu mengirim video tugas yang diberikan.  Saya merasa kagum, kok cepat sekali mereka bisa hafal karena biasanya selama dalam pembelajaran di masa normal menghafal perkalian adalah sesuatu yang sulit. Tapi kali ini justru lebih cepat. 

Namun saat itu saya tetap berpikir positif, sehingga dapat mengambil kesimpulan berarti belajar daring ini lebih berhasil daripada tatap muka. Mungkin itu karena mereka lebih banyak di  rumah dan dipantau terus oleh orang tuanya. Itu pikir saya waktu itu. 

Eh, ternyata ada sikap yang kurang terpuji di balik itu.  Terus terang saya baru percaya dengan tindakan curang tersebut melalui video-video yang beredar. 

Ayo, temukan seminar atau diklat secara gratis yang dapat meningkatkan kompetensi guru dengan cara menjadi anggota e-Guru.id. Klik pada link INI atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!

Berita Terkait

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka
Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 
Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan
Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan
Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan
Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 
Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua
Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan
Berita ini 0 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 20 Februari 2024 - 10:35 WIB

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka

Senin, 19 Februari 2024 - 15:20 WIB

Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 

Jumat, 16 Februari 2024 - 09:32 WIB

Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan

Selasa, 13 Februari 2024 - 10:50 WIB

Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan

Selasa, 6 Februari 2024 - 10:35 WIB

Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan

Senin, 5 Februari 2024 - 10:27 WIB

Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:55 WIB

Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:20 WIB

Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan

Berita Terbaru