Tuntutan profesi guru pada saat ini lebih banyak dan kompleks. Guru tidak boleh berpuas diri berhenti hanya sampai di sini saja, karena di era yang sudah semakin maju ini, guru diminta untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru masa kini tidak hanya disibukkan oleh tugas mengajar saja, namun harus mengembangkan diri untuk keperluan meningkatkan profesionalitasnya. Salah satu kemampuan guru yang semestinya dikembangkan adalah kemampuan dalam menulis. Artinya, guru pada zaman ini dituntut untuk memiliki kemampuan menulis, minimal untuk keperluan naik pangkat.
Dengan kemampuan menulis, guru memiliki kesempatan untuk membuat riset sederhana untuk mengembangkan kualitas dirinya. Misalnya dengan membuat PTK, membuat karya tulis ilmiah, modul ataupun artikel populer, yang hasilnya dapat dipergunakan untuk kredit poin dalam pengusulan naik pangkat.
Menurut Kompaspedia, jumlah guru di Indonesia berdasarkan statistik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk tahun ajaran 2019/2020 mencapai 2.698.103 orang. Andai kata separuh saja dari jumlah itu, guru mau menjadi penulis, tentu saja dunia pendidikan menjadi sangat kaya ilmu, yang bisa diwariskan kepada generasi berikutnya.
Namun nampaknya kenyataannya tidaklah demikian. Dalam dunia pendidikan yang sesungguhnya, banyak sekali guru yang merasa tidak mampu membuat karya tulis. Hal ini nampak jelas pada saat guru ingin naik pangkat, dan kemudian terhambat karena ketidakmampuan mereka menghasilkan sebuah tulisan, atau ketidakmampuan mereka menyelesaikan karya tulisnya.
Bagaimana solusinya?
Hal pertama yang harus ditemukan adalah mencari kendala, mengapa guru kesulitan dalam menulis. Guru harus tahu terlebih dahulu penyebab utama hambatan mereka dalam menulis.
Menurut wawancara saya dengan banyak rekan guru, ada beberapa hal yang membuat mereka merasa tidak mampu untuk menulis. Yang pertama adalah karena kesibukan mereka dalam administrasi pengajaran yang rumit dan banyak, sehingga merasa tidak punya waktu untuk berkarya dalam tulisan.
Yang kedua adalah mereka seringkali merasa kebingungan untuk mencari bahan apa yang harus dituliskan. Yang ketiga yaitu merasa tidak mampu menuangkan ide dalam tulisan. Dan yang terakhir adalah tidak adanya motivasi yang kuat di antara para guru untuk menulis.
Jadi, mindset utama yang harus diubah adalah poin terakhir dari penyebab di atas, yaitu pandangan guru atas ketidakmampuannya dalam menulis. Guru harus meyakinkan dirinya sendiri, bahwa seorang guru pasti mampu membuat karya tulis. Guru harus memotivasi diri sendiri secara kuat, karena motivasi dari dalam diri sendiri adalah yang terbaik.
Sedangkan penyebab yang lainnya, akan bergerak naik atau turun mengikuti, seiring sejalan dengan seberapa besar motivasi yang terbentuk dalam diri seorang guru.
Motivasi yang kuat akan membuat seseorang, dalam hal ini guru untuk berusaha secara keras mewujudkan keinginannya untuk bisa menghasilkan sebuah karya tulis. Maka, demi profesionalitas mereka, guru tetap harus mengusahakan diri untuk menulis dan menulis.
Beberapa cara yang bisa dilakukan setelah membentuk motivasi yang kuat adalah dengan cara mengatur waktu sebaik mungkin antara mengajar, melakukan pekerjaan administrasi, dan meluangkan waktu untuk belajar menulis.
Yang kedua, guru harus browsing sebanyak-banyaknya mencari ilmu yang bisa membantu guru mengembangkan diri dalam menulis. Selain itu juga, guru bisa mengikuti diklat-diklat pelatihan menulis yang baik dan terpercaya. Dan yang terakhir adalah, guru menyediakan diri untuk belajar menulis dengan mempraktikkannya secara tekun, fokus, dan terus-menerus. Jangan sampai ada rasa bosan dan lelah.
Jadi intinya, guru tidak boleh malas berusaha dan berlatih selalu. Karya tulis hanya bisa dihasilkan dengan cara berlatih dan terus berlatih.
Manfaat Menulis bagi Guru
Mengutip dari artikel Manfaat Menulis bagi seorang Guru karya dari Mohammad Haris Suhud yang terbit di naikpangkat.com, ada beberapa manfaat yang bisa diperoleh, yaitu:
Pertama, guru bisa membagi ilmu yang diperolehnya kepada orang lain, sehingga ilmu itu juga bermanfaat bagi orang lain yang membacanya.
Kedua, menulis bisa mengikat ilmu pengetahuan agar selalu tertancap dalam benak kita.
Ketiga, dengan menulis dapat memotivasi siswa untuk juga membuat sebuah karya tulis. Kemampuan guru dalam menulis dan karya-karyanya dapat menjadi motivasi siswa untuk menulis.
Keempat, menulis juga bisa menjadi penghasilan tambahan bagi seorang guru. Meskipun tidak bertujuan untuk mencari uang, namun kemampuan menulis seorang guru bisa menambah penghasilan.
Kelima, menulis dapat dimanfaatkan untuk keperluan naik pangkat sebagai guru ASN.
Jadi demikianlah, beberapa hal yang bisa dilakukan oleh seorang guru untuk memulai belajar menulis. Guru harus tetap bersemangat dalam menjaga profesionalitas dan kewibawaannya dengan mulai menulis agar kelak menulis menjadi suatu kebiasaan dan gaya hidup seorang guru.
Oleh : Lusia Indrayanti, S.Pd, Guru Di SMPN 3 Surakarta