Dilematik Sekolah Daring

- Editor

Minggu, 25 April 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Sejak pemerintah menyatakan COVID-19 merupakan ancaman serius, tidak hanya sektor kesehatan dan ekonomi yang terkena dampaknya namun juga dalam bidang pendidikan. Pemerintah mengingatkan bahwa anak sekolah pada  usia dini hingga remaja merupakan generasi yang rentan terhadap terjangkitnya virus yang dapat mematikan tersebut. 

Untuk itu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan secara resmi menginstruksikan kepada seluruh pemerintah daerah agar pelaksanaan seluruh kegiatan proses belajar mengajar dilakukan melalui sistem belajar daring. Namun kemudian dengan sistem pembelajaran daring ini tidak sedikit para tenaga pendidik, orang tua, bahkan siswa sendiri yang mengeluhkannya. 

Beberapa permasalahan yang muncul sejak diberlakukan pembelajaran daring di antaranya sebagaimana berikut ini: 

Kesiapan pemerintah memberikan fasilitas pembelajaran daring

Sejak pemberlakuan belajar daring, orang tua siswa dituntut untuk memfasilitasi anak agar bisa belajar dari rumah dengan gadget ataupun perangkat lainnya. Melihat hal ini, sudah tentu biaya yang harus dikeluarkan tidak sedikit. 

Sementara itu, pemerintah hanya mampu memberikan bantuan berupa kuota akses internet belajar hasil kerjasama dengan provider telekomunikasi kepada seluruh siswa, terutama siswa yang duduk di bangku sekolah dasar.

Kesiapan orangtua sebagai pendamping anak belajar

Banyak keluhan orang tua di saat pembelajaran daring diberlakukan. Orang tua banyak yang mengeluhkan tidak bisa mendampingi anak belajar secara penuh meski hanya 8 jam sehari. 

Sementara itu, guru memiliki kecenderungan memberikan tugas dan meminta siswa belajar secara mandiri. Dengan model pembelajaran seperti itu, siswa banyak menemui kesulitan dalam memahaminya. 

Kesiapan anak dalam pembelajaran daring

Mungkin sebagian besar setuju dari hasil korespondensi dengan beberapa siswa terutama siswa yang masih di bangku sekolah dasar, mereka menyatakan bahwa belajar daring lebih menyenangkan, santai, dibandingkan belajar di sekolah. 

Mirisnya, kesalahan pendampingan yang dilakukan orang tua bahkan guru les sekalipun sering terjadi. Ulangan dan praktik yang harusnya dilakukan sendiri oleh siswa dengan cara rekaman video, justru dibantu oleh orang tua bahkan guru les. Tidaklah mengherankan jika ada peningkatan nilai siswa yang cukup signifikan. Dan jika ini terjadi, hal tersebut bukanlah suatu pencapaian keberhasilan dalam pembelajaran yang membanggakan.

Kesiapan guru menghadapi siswa selama pembelajaran daring

Pembelajaran daring sebenarnya jauh lebih efisien dan efektif jika dipandang dari segi ekonomis, dibandingkan jika siswa harus berangkat ke sekolah. Namun dikarenakan mental siswa yang tidak siap mengikuti pembelajaran daring dengan sungguh-sungguh, sudah pasti input maupun output tidak sesuai harapan.

Output pembelajaran daring tidak valid dan reliabel

Mudahnya akses internet maka sudah tentu dimanfaatkan siswa untuk mencontek terutama jika diminta untuk mengerjakan ulangan ataupun ujian. Apakah output nilai ini murni atau tidak? Maka kemampuan siswa tidak dapat terukur sesuai kaidah penilaian sebagaimana mestinya.

Plagiarisme meningkat

Kemudahan informasi yang diperoleh dari internet, seharusnya siswa diberikan arahan bagaimana cara pengambilan informasi tersebut dengan cara mencantumkan kutipan atau sumber informasi yang didapat. Namun faktanya banyak sekali hasil karya siswa dari hasil plagiarisme murni di internet.

Kecepatan internet yang tidak memadai

Selain hal-hal yang disebutkan di atas, kecepatan akses internet yang digunakan seharusnya mendukung saat pembelajaran daring yang dilakukan dengan serempak. Karena akses internet yang tidak memadai dapat berakibat fatal terutama pada saat siswa melaksanakan ujian sekolah.

Maka marilah kita semua melihat semua permasalahan di atas dengan arif dan bijak selama pembelajaran daring. Timbulnya banyak permasalahan di atas dapat memberikan pemikiran baru untuk memecahkan permasalahan dan mencari solusi yang baik demi peningkatan kualitas output siswa. 

Kita berharap semoga pandemi ini bukanlah sebagai penghalang agar siswa kita dapat berprestasi. 

Ditulis oleh: Weni Kuswardhani, M.Pd, Guru di SMAN 2 KOTA TANGERANG SELATAN

Berita Terkait

Pemanfaatan Teknologi untuk Pembelajaran Kreatif dan Interaktif
Chat GPT: Menguntungkan atau Merugikan Guru?
Mission Service Learning sebagai Pilihan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Jenjang Sekolah Dasar
Pentingnya Komunitas Belajar bagi Guru di Satuan Pendidikan
Penguatan Kemampuan Literasi untuk Menyiapkan Generasi Gemilang 2045
Undang-Undang Perlindungan Anak dan Dilema dalam Pembentukan Karakter Disiplin Peserta Didik
Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak untuk Mensuksekan Kurikulum Merdeka
Penerapan Student Lead Conference untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Peserta Didik
Berita ini 15 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 18 November 2024 - 20:12 WIB

Pemanfaatan Teknologi untuk Pembelajaran Kreatif dan Interaktif

Rabu, 4 September 2024 - 10:05 WIB

Chat GPT: Menguntungkan atau Merugikan Guru?

Kamis, 15 Agustus 2024 - 23:11 WIB

Mission Service Learning sebagai Pilihan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Jenjang Sekolah Dasar

Kamis, 15 Agustus 2024 - 22:44 WIB

Pentingnya Komunitas Belajar bagi Guru di Satuan Pendidikan

Rabu, 14 Agustus 2024 - 14:52 WIB

Penguatan Kemampuan Literasi untuk Menyiapkan Generasi Gemilang 2045

Berita Terbaru

Unduh Sertifikat Pendidikan 32 JP Gratis