Darmawati: Menempuh Perjalanan Jauh Demi Mewujudkan Cita-Cita Jadi Guru PNS

- Editor

Kamis, 5 Januari 2023

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh Darmawati, S.Pd. 

Guru di SMAN Terpadu Unggulan 1 Tana Tidung

Lembutnya kasih sayang guru bagaikan tetesan embun yang jatuh pada dedaunan di pagi hari, terasa begitu menyejukkan. Itulah yang saya rasakan ketika duduk di bangku sekolah dasar, sejak itu juga saya mulai bercita-cita ingin menjadi seorang guru. Guru adalah pekerjaan mulia yang berbuah pahala.

Semangat untuk meraih mimpi menjadi seorang guru saya buktikan dengan melanjutkan kuliah di sebuah universitas keguruan yang ada di Makassar.  

Setelah lulus dari SMA, sebenarnya diminta berhenti terlebih dahulu selama setahun oleh keluarga setidaknya sampai kakak menyelesaikan kuliah. Para tetangga pun menyarankan demikian.  Perkataan mereka memang ada benarnya karena kondisi ekonomi keluarga kami pada saat itu memang pas-pasan.  

Ibuku adalah sosok single parent yang hanya mengandalkan mata pencaharian sebagai penjual kue. Sementara itu kakak sedang menempuh pendidikan kuliah di semester enam dan adik-adik juga bersekolah. 

Beruntungnya, kakak dengan bijak tetap mendorong saya mendaftar kuliah.  Dia yakin bahwa jika saya lulus tes SNMPTN, pasti Allah SWT telah menyiapkan rezeki buat saya untuk menyelesaikan kuliah hingga tuntas. Dan benar, alhamdulillah, selama empat tahun mengikuti perkuliahan rezeki senantiasa mengalir baik dari beasiswa yang saya dapatkan di kampus, dari pekerjaan sambil kuliah yaitu sebagai penjaga counter pulsa, dan juga bantuan dari keluarga. Dari peristiwa itu saya belajar bahwa kita memang tidak boleh pesimis atau bahkan berputus asa dari rahmat Allah SWT.

Tahun 2011 awal, saya mulai menapakkan langkah ini di jalan meniti profesi guru. Mula-mula, saya mencoba melamar pekerjaan menjadi guru honorer di sekolah-sekolah yang lokasinya dekat dengan tempat tinggal. Namun kemudian banyak sekolah yang menolak karena sedang tidak membutuhkan guru honorer lagi. 

Akhirnya saya memutuskan mencoba melamar pekerjaan di sebuah Madrasah Aliyah berdasarkan ajakan teman yang lokasinya cukup jauh dari tempat tinggal. Untuk menuju ke sekolah tersebut, saya harus naik bentor (becak-motor); dari rumah menuju ke Kota Pangkep kemudian dilanjutkan dengan naik angkutan umum. 

Pilihan yang kulakukan tersebut ternyata tidak didukung oleh orang-orang di sekitarku. Mereka mengatakan gaji yang kudapatkan terbilang sangat kecil. Sehingga saya dinilai akan rugi waktu, tenaga, dan juga biaya. Perkataan mereka memang benar, untuk berangkat mengajar saja setiap hari memang membutuhkan biaya yang tak sedikit. 

Tapi, perkataan mereka bukanlah sebuah keputusan. Saya tetap melanjutkan pilihanku. Ini adalah murni dari apa yang ingin kugapai, paling tidak dengan begini aku akan mendapatkan pengalaman mengajar yang suatu saat nanti pasti akan berarti. 

Agar saya bisa tetap mengajar di sana dan tidak memberatkan keluarga dengan biaya transportasi,  saya pun berinisiatif mencari pekerjaan sampingan dengan menjadi tentor di sebuah bimbingan belajar. Ini juga sekaligus menambah pengalaman mengajar. Di pekerjaan baru ini, saya dibayar setiap kali memberikan membimbing kepada siswa. Dan uang itulah yang saya gunakan untuk biaya transportasi ke sekolah.

Sedikit saya akan bercerita tentang Madrasah Aliyah tempatku mengajar untuk pertama kalinya. Sekolah ini, oleh warga sekitar dikenal sebagai sekolah yang biasa. Bukan karena prestasi yang telah dicapai, melainkan karena rata-rata siswa yang bersekolah di sana adalah siswa dipindahkan dari sekolah lain karena tersandung masalah. Misalnya  sering bolos, suka berkelahi, dan kenakalan-kenakalan yang lainnya. 

Menghadapi siswa seperti itu memang berat. Tapi bagi saya ini adalah sebuah tantangan. Dan saya tidak akan membiarkan perkataan mereka menjadi ‘baru kerikil’ yang menghentikan langkahku. 

Sebenarnya menghadapi model siswa seperti apapun, jika telah dilalui prosesnya, sebenarnya mereka yang dikatakan nakal adalah peserta didik yang baik. Mereka hanya kurang perhatian dari orang-orang di sekitarnya, bisa jadi karena kurang motivasi dan bimbingan dari orang tua. 

Bagi saya, sekolah yang memiliki siswa yang cerdas dan pintar kemudian dapat mencetak lulusan terbaik adalah hal biasa. Tapi jika sekolah yang memiliki siswa yang biasa-biasa saja atau bahkan siswa bermasalah kemudian dapat menciptakan lulusan yang baik, maka inilah baru luar biasa. 

Setelah beberapa tahun mengajar di sekolah tersebut, pada tahun 2014 dibuka seleksi CPNS. Sayangnya saat itu formasi bidang studi Bahasa Indonesia yang sesuai dengan keahlianku tidak tersedia di daerah tempat saya tinggal. Teman kakak lantas menawarkan untuk mencoba mendaftar di Kalimantan Utara, tepatnya di Kabupaten Tana Tidung. 

Kesempatan ini tidak boleh saya sia-siakan. Orang bijak mengatakan bahwa seseorang jika ingin sukses harus berani keluar dari zona nyaman.

Awalnya sempat dilarang untuk berangkat oleh keluarga karena mereka merasa khawatir. Kekhawatiran mereka berdasar karena di sana tidak ada keluarga dan daerah yang akan saya kunjungi tersebut masih asing di telinga mereka. 

Dengan tekad yang kuat, saya berusaha meyakinkan keluarga supaya saya bisa diberikan izin. Sebab, ini adalah langkah awal bagiku untuk meraih impian saya menjadi seorang guru ASN. Sementara itu, kakak selalu memberikan dukungan untuk saya bisa mengikuti seleksi. Katanya, “Harapan itu akan ada jika kita mau mencoba.” Dan akhirnya, keluarga pun setuju. 

Dengan dana seadanya, saya berangkat menuju Kabupaten Tana Tidung. Perjalanan ke lokasi memang cukup jauh dan harus menempuh tiga jalur: darat, udara, dan laut. Pertama, dari rumah harus naik mobil ke bandara Sultan Hasanuddin. Kemudian naik pesawat menuju Kota Tarakan. Setelah itu naik speed boat sekitar 2 jam untuk sampai di Kabupaten Tana Tidung. Sungguh perjalanan yang luar biasa melelahkan. 

Namun lagi-lagi saya ingat bahwa kewajibanku hanya berusaha semaksimal mungkin dan hasilnya saya serahkan kepada Allah SWT. Kalau pun gagal, akan saya jadikan sebagai pengalaman dan menjadi pelajaran yang berharga. 

Alhamdulillah, usaha dan perjuangan yang saya lakukan tidak mengkhianati hasil. Ya, saya lulus dalam seleksi CPNS. Sehingga terhitung dari tahun 2014 sampai sekarang, saya mengabdi di tanah rantau pada sebuah sekolah menengah atas di Kabupaten Tana Tidung.  Dan di akhir tahun 2022 lalu, saya mulai mengikuti PPG (Pendidikan Profesi Guru) sebagai bekal untuk menjadi guru yang lebih profesional.

Tugas yang sudah diamanahkan sebagai abdi negara ini harus saya laksanakan dengan kesungguhan dan dengan hati ikhlas, agar hasilnya berujung pada keberkahan. (*)

Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!

Editor: Moh. Haris Suhud

Berita Terkait

17 Tahun sebagai Guru Honorer, Tak Berhenti Mengejar Impian Jadi ASN PPPK
Kisah Sukses ASN PPPK: Hampir Menyerah dan Berpaling dari Dunia Pendidikan
Mengenal Alga Pratama Putra Siswa SMAN 11 Garut dan Calon Duta Baca
Di Tengah Peperangan, Begini Cara Guru Palestina Tetap Mengajar Anak-anak Gaza
Berpuluh Tahun Mengajar, Damin Dikenang sebagai Pahlawan yang Tinggalkan Jejak di Hati Masyarakat
Mengesankan, Guru Asal Wonogiri Fasih Bahasa Inggris hingga Viral Karena Konten Uniknya
Kisah Kepala Sekolah Muda Asal Semarang Memik Nor Fadilah: Tumbuhkan Kepemimpinan Melalui Kedekatan dengan Siswa
Perjuangan Ana Rahmawati, Guru Asal Pati yang Mengajar Penuh Dedikasi Sembari Menanti Keputusan Penempatan ASN
Berita ini 29 kali dibaca

Berita Terkait

Minggu, 23 Juni 2024 - 20:45 WIB

17 Tahun sebagai Guru Honorer, Tak Berhenti Mengejar Impian Jadi ASN PPPK

Minggu, 9 Juni 2024 - 20:59 WIB

Kisah Sukses ASN PPPK: Hampir Menyerah dan Berpaling dari Dunia Pendidikan

Kamis, 16 Mei 2024 - 10:10 WIB

Mengenal Alga Pratama Putra Siswa SMAN 11 Garut dan Calon Duta Baca

Rabu, 13 Maret 2024 - 11:34 WIB

Di Tengah Peperangan, Begini Cara Guru Palestina Tetap Mengajar Anak-anak Gaza

Minggu, 20 Agustus 2023 - 21:20 WIB

Berpuluh Tahun Mengajar, Damin Dikenang sebagai Pahlawan yang Tinggalkan Jejak di Hati Masyarakat

Berita Terbaru

Unduh Sertifikat Pendidikan 32 JP Gratis