Cooperative Learning, menjadi salah satu model pembelajaran yang dapat guru gunakan untuk dapat meningkatkan karakter siswa. Pada kesempatan ini, kita akan membahas mengenal Cooperative Learning secara tuntas, Yuk simak selengkapnya !
Salah satu yang menjadi penyebab kurang kuatnya pembentukan karakter siswa adalah model pembelajaran yang kurang sesuai dengan materi yang sedang dibahas. Oleh sebab itu, sebagai seorang guru perlu mencari model pembelajaran yang tepat dan media pembelajaran yang sesuai.
Pengertian Cooperative Learning
Cooperative Learning merupakan salah satu model pembelajaran yang mendukung konsep pembelajaran kontekstual. Sistem pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai sistem belajar kelompok yang secara terstruktur. Maksud dari struktur ini yaitu meliputi saling ketergantungan positif, tanggung jawab individu, interaksi antar personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok.
Lebih mudahnya, Cooperatif leraning adalah suatu strategi mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku siswa dalam bekerjasama atau kegiatan membantu dalam satu kelompok secara teratur.
Tujuan Cooperative Learning
Tujuan cooperative learning tidak untuk menerapkan sistem kompetisi seperti sistem pembelajaran kelompok konvensional, melainkan tujuannya adalah menciptakan situasi dimana keberhasilan salah satu siswa di tentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan dalam kelompoknya.
Untuk lebih jelasnya, berikut tujuan cooperative learning :
- Hasil belajar akademik
Model struktur cooperative learning telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan sosial yang dapat berpengaruh terhadap hasil belajar dan karakter siswa. Selain itu siswa dalam kelompok dapat bekerjasama untuk menyelesaikan tugas akademik.
2. Penerimaan terhadap perbedaan individu
Dengan cooperative learning penerimaan secara luas antar anggota kelompok yang berbeda- beda baik kelas sosial, budaya, kemampuan dan lain sebagainya. Dalam model ini siswa diberikan kesempatan untuk saling bekerjasama dan menghargai satu sama lain antar anggota kelompok.
3. Pengembangan keterampilan sosial
Cooperative learning mengajarkan kepada siswa akan keterampilan bekerja sama dan berkolaborasi serta meningkatkan segala keterampilan sosial, sebab saat ini banyak anak muda yang kurang memiliki keterampilan sosial yang baik.
Lantas, bagaimana cooperative learning dilaksanakan?
Langkah- langkah Pembelajaran
Fase 1 Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada mata pelajaran tersebut dan memberikan motivasi siswa, apa yang akan diperoleh siswa setelah mempelajari materi tersebut.
Fase 2 Menyajikan informasi
Guru memberikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan yang terdapat dalam buku pelajaran.
Fase 3 Mengorganisasikan siswa ke kelompok- kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok untuk dapat melakukan kerja sama dan melakukan transisi secara efisien.
Fase 4 Membimbing kelompok belajar
Guru melakukan bimbingan kelompok- kelompok belajar saat proses mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
Fase 5 Evaluasi
Guru melakukan evaluasi terhadap hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari dari masing masing kelompok dengan cara memberi kesempatan untuk mempresentasikannya kedepan kelas.
Fase 6 Memberikan penghargaan
Guru mencari cara- cara unguk menghargai hasil belajar siswa serta kelompok.
Kemudian mungkin Bapak/Ibu muncul pertanyaan, Apakah setiap pembelajaran kelompok sama dengan pembelajaran cooperative learning? Tentu berbeda, Cooperative learning memiliki prinsip- prinsip tersendiri.
Prinsip Dasar
- Setiap anggota kelompok memiliki tanggung jawab atas semua yang dilakukan dalam kelompoknya
- Dalam kelompok belajar harus memiliki tujuan yang sama
- Dalam kelompok belajar harus dapat berbagi tugas dan tanggung jawab antar anggota kelompoknya
- Setiap anggota kelompok akan di evaluasi
- Dalam kelompok akan berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama dan bekerja sama saat proses pembelajaran
- Tanggung jawab secara individual atas materi yang ditangani dalam kelompok belajar tersebut.
Model Evaluasi
Terdapat tiga model evaluasi dalam Cooperative Learning, ketiga model evaluasi tersebut yaitu sebagai berikut:
Model Evaluasi Kompetisi
Dengan menerapkan sistem ini, maka akan menanamkan jiwa kompetitif dalam diri antar siswa. Karena dalam model evaluasi ini siswa dipacu untuk menjadi lebih baik dari teman-teman di kelasnya. Sehingga dengan model pembelajaran ini siswa yang anggap melebihi rata-rata nilai dikenal maka dianggap sebagai siswa berprestasi. Sedangkan siswa yang dibawah rata-rata dianggap sebagai siswa tidak berprestasi atau gagal.
Model Evaluasi Individual
Model ini berbeda dengan model evaluasi kompetisi, pada model evaluasi individual siswa belajar melalui pendekatan dan kecepatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki masing- masing siswa. Peserta didik tidak bersaing dengan siswa lainnya, melainkan bersaing dengan diri sendiri. Jika model evaluasi belajar guru menetapkan penilaian dengan menggunakan peringkat, berbeda pada model individual ini guru menetapkan standar untuk masing- masing murid.
Model Evaluasi Cooperative Learning
Pada sistem ini menganut pemahaman Homini Soclus. yaitu menekankan untuk saling bergantung pada lainnya. Pada model yang paling diutamakan adalah kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting. Penilaian pada sistem cooperative learning diantaranya adalah tanggung jawab, kerja sama, pribadi dan kelompok. Jadi dalam evaluasi ini siswa mendapatkan nilai pribadi dan nilai kelompok.
Hambatan Cooperative Learning
Dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah maupun pembelajaran secara daring tidaklah selalu berjalan dengan mulus meskipun rencana telah dirancang sedemikian rupa terkadang terdapat beberapa hal yang di luar dugaan terjadi. Hal-hal yang dapat menghambat proses pembelajaran terutama dalam penerapan model pembelajaran kooperatif diantaranya adalah sebagai berikut :
- Kurangnya pemahaman guru mengenai model dan penerapan pembelajaran
- Jumlah siswa yang banyak yang menyebabkan perhatian guru menjadi kurang terhadap proses pembelajaran sehingga mengakibatkan hanya segelintir siswa saja yang menguasai arena kelas, siswa lain hanya sebagai penonton.
- Kurangnya sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik pembelajarannya
- Kurangnya buku sumber sebagai media pembelajaran untuk menjelaskan model ini
- Terbatasnya pengetahuan siswa dan guru dalam sistem teknologi dan informasi yang dapat mendukung proses pembelajaran.
Agar pelaksanaan pembelajaran kooperatif dapat berjalan dengan baik, maka upaya ada beberapa upaya yang perlu dilakukan oleh guru, yaitu sebagai berikut :
- Guru jangan merasa bosan untuk sanantiasa mempelajari teknik-teknik penerapan model inidi kelas dan menyesuaikan dengan materi yang akan diajarkan.
- Faktor pembagian jumlah siswa yang merata juga berpengaruh, dalam artian tiap kelas diusahakan merupakan kelas heterogen.
- Diadakan sosialisasi dari pihak terkait tentang teknik model ini
- Meningkatkan sarana pendukung proses pembelajaran berupa buku – buku sumber belajar.
- Mensosialisasikan kepada siswa akan pentingnya sistem teknologi dan informasi yang dapat mendukung proses pembelajaran.
Pembelajaran di sekolah yang melibatkan siswa serta guru akan dapat melahirkan nilai yang akan terbawa dan tercermin terus dalam kehidupannya di masyarakat. Pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam kelompok secara bergotong royong (kooperatif) akan menimbulkan suasana belajar partisipatif dan menjadi lebih hidup. Teknik cooperative learning dapat mendorong timbulnya gagasan yang lebih bermutu dan dapat meningkatkan kreativitas siswa.
Lalu, Bagaimana penerapan Cooperative Learning saat pembelajaran daring? DAFTAR SEKARANG Pelatihan Penerapan Model Cooperative Learning Menggunakan Google Meet yang di selenggarakan oleh e-Guru.id
Narahubung Pelatihan : 087719662338