Guru merupakan profesi yang dipilih oleh berbagai insan karena panggilan jiwa guna mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Menurut data Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendibudristek), jumlah guru di Indonesia pada 2022 ada 3,31 juta. Sebanyak 1,45 juta mengajar di jenjang Sekolah Dasar (SD).
Di samping itu, terdapat sebanyak 141.724 orang berstatus guru tidak tetap (GTT) kabupaten/kota. Dan adapun sebanyak 13.328 berstatus GTT provinsi.
Menjadikan pendidikan sebagai salah satu pondasi kemajuan bangsa, maka seharusnya seluruh pihak bahu-membahu meningkatkan kualitas pendidikan yang ada di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Pemerintah harus mampu meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia dengan menyejahterakan tenaga pendidik atau guru.
Sayangnya, upaya itu belum direalisasikan secara maksimal. Buktinya masih ada guru berstatus GTT alias guru wiyata bakti selama bertahun-tahun tanpa diangkat menjadi Aparatur Sipil Negara (ASN). Padahal pengabdian mereka untuk mendidik anak bangsa sudah dilakukan selama bertahun-tahun walau gajinya sedikit.
Guru asal Kabupaten Kudus bernama Ratna Sari Hariyanti (31) menjadi salah seorang dari ratusan ribu GTT yang menghadapi nasib tersebut. “Saya sudah mengajar di SD sejak 2013. Status saya masih wiyata bakti atau istilahnya GTT,” ungkapnya saat diwawancarai naikpangkat.com, Kamis (19/1/2023).
Mengajar Hampir 10 Tahun
Ia mengaku menjalani profesi guru sudah lebih dari 8 (delapan) tahun. Namun, selama waktu hampir satu dasawarsa itu Ratna belum masuk Dapodik. Padahal mayoritas guru sudah dapat tercantum di Dapodik setelah dua tahun mengajar tetapi sampai hari ini Ratna tidak masuk Dapodik. Berbagai cara sudah ia lalui tetapi tidak mendapat hasil apapun.
“Upaya yang saya lakukan berikhtiar. Saya sudah berusaha ke sana kemari supaya bisa masuk data Dapodik tapi ternyata hasilnya zonk, apa boleh buat? Harus pasrah menerima karena kebijakan kalau sudah ditutup kita memaksa apapun tetap tidak bisa. Ibaratnya trimo ing pandum,” ungkap wanita yang kini mengajar di SD 1 Getas Pejaten.
Halaman : 1 2 3 4 Selanjutnya