Kuliah Sambil Kerja Serabutan
Masih dengan persoalan yang sama, Damin memutar otak atur siasat agar dapat merampungkan pendidikan pada kondisi keterbatasan. Kemudian, ia memutuskan tinggal bersama orang yang punya usaha tukang potong ternak. Di sana ia kembali melakoni statusnya sebagai pelajar sambil membantu pemilik rumah bekerja. Setiap pukul 03.00 WIB ia bangun kemudian membantu menyembelih ternak di pasar.
“Waktu di SMA, tiga bulan pertama saya laju dari Pulorejo ke sekolah dengan menaiki sepede onthel. Lalu saya direkomendasikan teman saya tinggal di tempat tukang jagal. Di sana saya tinggal sambil bantu-bantu nyembelih sapi di pasar. Saat itu saya juga sering dimintai bersih-bersih mushola sebelum sambil jadi pelantun adzan,” ucap ayah empat anak.
Pukul 07.00 sampai 13.00 WIB ia menimba ilmu di SMA terbaik Bumi Mina Tani. Di sana ia mengikuti pelajaran dengan baik, walau kadang kerap ketinggalan pelajaran karena sibuk membantu bekerja di sela-sela waktu belajar. Untuk mengatasi masalah itu, Damin membeli buku yang berisi materi pelajaran sekolah. Ia me-review pelajaran yang diajarkan guru setiap hari agar dapat menggali ilmu lebih dalam. Hal ini menjadikannya siswa yang menonjol, alhasil mendapatkan beasiswa dari pemerintah.
“Jadi anak muda harus inovatif dan kreatif demi meraih hari esok yang lebih baik. Saya ketika kondisi ngantuk di kelas, saya siasati dengan membeli buku. Lalu tiap pulang sekolah saya pelajari buku itu agar materi yang disampaikan di kelas bisa saya pahami dengan maksimal. Apalagi SMA N 1 Pati lingkungannya sangat kompetitif,” ujarnya.
Sesuai dengan motonya bahwa anak muda harus inovatif dan kreatif, Damin tak ingin terus-terusan ikut orang. Ia mulai membangun kecil pada kelas II SMA. Berlokasi di Gowangsan, Damin menjual-belikan pakaian dan sandal di tengah keramaian para pembeli yang hiruk-pikuk di pusat perbelanjaan. Tak mudah memang merintis usaha tanpa privilege, bahkan sehari hanya satu sampai dua barang saja terjual. Kondisi demikian membuatnya sedih hingga kesulitan membayar kos. Sampai-sampai pakaian pribadinya dijual demi mendatangkan pemasukan.
“Saat itu saya berjualan tidak laku, saya menjual pakaian saya sendiri. Saya waktu itu kos di Juwanalan sekamar terpisah dari rumah utama, mulai kelas XI. Ketika. Selain itu, saya juga jualan sepatu dan sandal,” imbuh guru yang juga menggemari mata pelajaran Tata Negara itu.
Namun, roda telah berputar. Dengan dibantu rekannya dan tetangga kios, Damin mampu bangkit dari keterpurukan usaha. Lambat laun, usahanya dapat menjadi penyokong kebutuhan hidup dan sekolah hingga SMA tamat.
Singkat cerita, kisah berlanjut ke masa-masa pendidikan tinggi. Awalnya ia tak bercita-cita menjadi guru. Ia mengaku ingin bekerja di kedutaan karena ia suka Bahasa Inggris. Namun, takdir mengarahkannya kuliah di jurusan Pendidikan Bahasa Inggris. Ia pun menjalaninya dengan sungguh-sungguh.
“Awalnya daftar di UGM (Universitas Gadjah Mada) ambil jurusan Hubungan Internasional tapi tidak berhasil. Akhirnya saya ambil Pendidikan Bahasa Inggris di IKIP Semarang, yang waktu itu kampusnya di Kelud (salah satu nama daerah di Kota Semarang),” tuturnya.
Bermodal keberanian dan keterampilannya berwirausaha, Damin dengan gigih menyelam sambil minum air. Di Kota Semarang, dirinya kuliah sembari menekuni berbagai pekerjaan, di antaranya berjualan sirup, berjualan alat kuliah, menjadi tukang pangkas rambut, bahkan tukang becak. Di antara keempat itu, ia cukup sukses menekuni usaha jual sirup dan jual peralatan kuliah. Demi menopang kebutuhan hidup di kota besar, dirinya bekerja sore sampai malam.
“Akhirnya saya mendapat uang untuk makan dan minum. Akhirnya berkembang pesat, saya kerja dari sore-malam. Lalu saya jual alat tulis mahasiswa, dan kebutuhan pokok kecil-kecilan seperti makanan dan peralatan mandi,” tuturnya.
Diketahui, ia menamatkan kuliah selama 10 semester. Setelah lulus, dirinya melanjutkan usaha di Kota Atlas sembari melanjutkan bisnis jualan pakaian dan sandal di kota asalnya, Pati. Nahas, ia terpaksa menutup usahanya karena resesi ekonomi masa Orde Baru.
“Pada masa sulit itu, saya memutuskan berhenti jualan. Lalu saya ngajar GTT di Pati. Kemudian saya menikah. Lalu saya ikut seleksi CPNS tiga kali sejak 1996 hingga 1998. Pada 1998 saya lolos dan diangkat jadi PNS di SMP Negeri 1 Kayen,” pungkas Damin. (sgn)
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!
Untuk update informasi terbaru mengenai guru dan pendidikan simak selengkapnya di Naikpangkat.com. Mari bergabung di Grup Telegram “NaikPangkat.Com – Portal Media Online”, cara klik link https://t.me/naikpangkatdotcom kemudian join.