Kurikulum 2022 mengharuskan guru dalam melakukan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) dengan menitikberatkan pada proses. Artinya penilaian pembelajaran hendaknya berbasis asesmen formatif yang mengarah pada proses ketika pembelajaran berlangsung.
Umumnya di kurikulum 2013 (K-13), mayoritas guru melakukan penilaian pada akhir pembelajaran. Seperti halnya terpaku pada Penilaian Akhir Semester (PAS) atau Penilaian Tengah Semester (PTS).
Pada kurikulum 2022 ini berbeda, guru tidak lagi harus menganalisis dan mengurai, kemudian menurunkannya dalam bentuk indikator dan berulah membuat tujuan pembelajaran. Karena pada kurikulum 2022 akan disederhanakan dalam kategori Elemen dan Capaian Pembelajaran, bukan lagi KI dan KD.
Untuk mengetahui lebih dalam tentang bagaimana cara atau langkah implementasi asesmen formatif tersebut, hendaknya guru memahami beberapa hal berikut.
Tujuan Asesmen
Asesmen pembelajaran memiliki dua tujuan, yaitu tujuan isi dan tujuan proses. Asesmen yang berkaitan dengan tujuan isi digunakan untuk menentukan seberapa jauh peserta didik telah mempelajari pengetahuan dan keterampilan spesifik. Dalam hal ini asesmen harus terfokus pada hasil belajar peserta didik.
Sedangkan asesmen yang berkaitan dengan proses digunakan untuk mendiagnosis kekuatan dan kelemahan peserta didik. Serta juga merencanakan pembelajaran yang sesuai dengan kondisi peserta didik.
Karena biasanya guru berupaya untuk memahami kelemahan peserta didik, maka guru tersebut harus dapat mengases proses dan produk atau isi melalui kegiatan-kegiatan belajar. Seperti halnya interview, dokumentasi, observasi, evaluasi diri, checklist perilaku peserta didik, dan ujian dengan instrumen tes pilihan ganda.
Asesmen yang Berpusat pada Proses
Penilaian atau asesmen yang terfokus pada proses pembelajaran berupa asesmen formatif. Asesmen ini umumnya dilaksanakan selama proses pembelajaran berlangsung.
Kegiatan asesmen formatif dapat berbentuk pemberian umpan balik atas pekerjaan yang dilakukan oleh peserta didik. Namun biasanya pada asesmen ini, tidak akan dijadikan sebagai dasar untuk kenaikan kelas. Berbeda dengan asesmen sumatif yang berpusat pada akhir pembelajaran.
Bentuk Asesmen Formatif
Salah satu bentuk asesmen formatif adalah asesmen diagnostik. Asesmen diagnostik mengukur pengetahuan dan keterampilan peserta didik untuk mengidentifikasi program belajar yang sesuai dengan kemampuan peserta didik.
Bentuk dari asesmen diagnostik adalah asesmen mandiri yang merupakan bentuk dari asesmen diagnostik yang melibatkan peserta didik dalam mengases dirinya sendiri.
Asesmen Diagnostik
Asesmen diagnostik sebagai proses sistematis untuk mengumpulkan data siswa yang berfungsi untuk melihat kemampuan dan kesulitan yang dialami dalam proses belajar. Dengan demikian, berdasarkan informasi yang diperoleh dilapangan, guru akan dapat menysuun program yang bersifat reaistis sesuai dengan kondisi dan kenyataan yang ada (objektif).
Telah dijelaskan dalam peraturan KEPMENDIKBUD tentang Pedoman Pelaksanaan Kurikulum pada Satuan Pendidikan dalam Kondisi Khusus pada tahun 2020. Asesmen diagnostik merupakan asesmen yang dilakukan secara spesifik untuk mengidentifikasi kompetensi, kekuatan, kelemahan peserta didik. Sehingga dengan begitu pembelajaran dapat dirancang sesuai dengan kompetensi dan kondisi peserta didik.
Manfaat dan Tujuan Asesmen Diagnostik
Terdapat beberapa manfaat dalam asesmen formatif yang berbentuk diagnostik, antara lain adalah sebagai berikut.
- Merencanakan pembelajaran yang efisien;
- Memperoleh informasi yang lengkap tentang siswa, termasuk kelebihan dan kesulitan dalam belajar; dan
- Merancang baseline untuk asesmen belajar lebih lanjut.
Selain manfaat yang dihasilkan ketika menggunakan asesmen diagnostik, terdapat juga tujuan pada asesmen ini. Namun perlu kita pahami terlebih dahulu bahwa asesmen diagnostik terbagi menjadi asesmen diagnostik non-kognitif dan asesmen diagnostik kognitif.
Berikut tujuan dari masing-masing asesmen diagnostik adalah sebagai berikut.
Peran guru dalam melaksanakan kegiatan Asesmen Diagnostik
Dalam slide dari paparan Kemdikbud tentang Program Sekolah Penggerak dijelaskan beberapa cara dalam menerapkan kegiatan asesmen diagnostik. Hal-hal yang perlu dilakukan oleh guru dalam kegiatan asesmen diagnostik non-kognitif adalah sebagai berikut.
Sedangkan langkah-langkah yang dilakukan oleh guru pada kegiatan asesmen diagnostik kognitif adalah sebagai berikut.
Kegiatan Persiapan Asesmen Diagnostik
Dalam melaksanakan kegiatan asesmen, tentu guru harus memahami terlebih dahulu apa saja persiapan yang harus disiapkan dan bagaimana cara melaksanakan kesiapan tersebut. Berikut persiapan dalam kegiatan asesmen diagnosis non-kognitif maupun kognitif.
1, Kegiatan persiapan asesmen diagnostik non-kognitif
Langkah pertama guru harus mempersiapkan gambar-gambar yang mewakili emosi. Kemudian siapkan beberapa pertanyaan, misalnya:
- Apa yang sedang kamu rasakan saat ini?
- Bagaimana perasaanmu ketika memulai kembali pembelajaran tatap muka?
Langkah yang kedua, buatlah daftar pertanyaan kunci mengenai aktivitas peserta didik. Kemudian siapkan pertanyaan kunci, misalnya:
- Apa saja kegiatanmu selama belajar di rumah?
- Hal apa yang paling menyenangkan dan tidak menyenangkan selama belajar di rumah secara daring?
- Apa harapanmu?
Setelah itu, guru dapat meminta peserta didik untuk mengeksprsikan perasaannya selama belajar di rumah serta menjelaskan aktivitasnya. Misalnya jawaban mereka adalah menulis, bercerita, melaksanakan tugas rumah, berdiskusi dan lain-lain.
Langak tindak lanjut dalam asesmen diagnostik non-kognitif adalah
- Identifikasi peserta didik dengan ekspresi emosi negatif dan ajaklah diskusi empat mata;
- Kemudian tentukan tindak lanjut dan mengomunikasikan dengan peserta didik serta orang tua bila diperlukan
- Ulangi pelaksanaan asesmen ini pada awal pembelajaran
2. Kegiatan persiapan asesmen diagnostik kognitif
Langkah dalam kegiatan asesmen ini adalah :
- Membuat jadwal
- Melakukan identifikasi materi asesmen berdasarkan penyederhanaan kurikulum
- Susunlah 10 soal sederhana dengan pembegiannya adalah, 2 soal sesuai dengan kelasnya (topik pembelajaran semester 1). Kemudan 6 soal, satu kelas dibawahnya (pembelajaran semester 1 dan 2). Terakhir 2 soal, dua kelas dibawahnya (pembelajaran semester 2).
Asesmen Diagnostik Berkala
Setelah memahami terkait dengan jenis asesmen diagnostik, maka kiranya guru juga perlu memahami asesmen diagnostik berkala.
Tujuan dari asesmen diagnostik berkala adalah untuk memetakan kemampuan seluruh peserta didik di kelas secara cepat. Mengetahui siapa saja yang sudah mengerti dan memahami materi, dan siapa saja yang agak memahami serta siapa saja yang belum memahami materi.
1. Prinsip asesmen diagnostik berkala
Pada prinsipnya asesmen ini (1) dilakukan secara rutin pada awal, akhir atau waktu lain disaat proses pembelajaran, (2) mendiagnosis kemampuan dasar peserta didik dalam topik pembelajaran, dan (3) menentukan tindak lanjut melalui menyesuaian materi pembelajaran dengan kemampuan siswa.
2. Langkah merancang asesmen diagnostik berkala
a. Persiapan
Persiapan dalam hal ini meliputi pengumpulan informasi mengenai tujuan pembelajaran dan indikator pengusaan materi. Setelah otu guru menentukan teknik asesmen apa yang hendak digunakan.
Teknik tersebut bisa menggunakan observasi, kuis, tanya jawab, penilaian diri ataupun catatan anekdot. Penting untuk diingat bahwa penentuan teknik asesmen hendaknya sesuai dengan ranah kompetensi yang ingin dicapai, bervariasi, dan menyenangkan bagi siswa.
b. Pelaksanaan
Kegiatan pelaksanaan pada asesmen diagnostik berkala meliputi :
- pengolahan data atau informasi yang terkumpul
- menetapkan skor berdasarkan pedoman penskoran, mencakup aspek apa saja yang perlu dicapai oleh siswa
- interpretasi data dengan memahami capaian kompetensi yang diharapkan dari penilaian
- membuat kesimpulan yang mencakup hasil pemetaan siswa pada penguasaan materi
c. Tindak lanjut
Kegiatan tindak lanjut dapat dilakukan sebagai berikut.
- pemberian umpan balik (feedback) atas hasil interpretasi
- umpan balik terutama ketika PTM yang memungkinkan pembelajaran berada pada masa transisi
- pemberian tindak lanjut
- memberikan solusi dan tindak lanjut pada capaian penguasaan materi oleh peserta didik.
- Melakukan refleksi bersama atas tindak lanjut yang dilakukan.
Demikian beberapa hal yang memungkinkan guru untuk menerapkannya pada kurikulum 2022. Pada asesmen formatif tentunya berfokus pada proses sehingga kegiatan pembelajaran akan lebih bermakna dan hasil akan lebih terlihat.
Asesmen formatif terbagi kedalam bentuk asesmen diagnostik. Kemudian asesmen diagnostik tersebut terbagi lagi kedalam asesmen diagnostik non-kognitif, kognitf, dan berkala. Guru dalam hal ini tidak harus melaksanakan semuanya, hanya disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan yang ada.
Tingkatkan kualitas mengajar Anda dengan bergabung bersama e Guru Id dan nikmati pelatihan gratis bersertifikat 32 JP setiap bulan serta fasilitas-fasilitas lainnya.
Klik disini untuk mendaftar!