Oleh Suharni, S.Pd.,Gr
Guru UPT SDN 2 Bangkala, Kabupaten Jeneponto
Menurut Ali (1989), alat peraga adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyatakan pesan, merangsang pikiran, perasaan dan perhatian serta kemauan peserta didik, sehingga dapat mendorong proses belajar.
Sedangkan pengertian alat peraga dalam Matematika, menurut Pramudjono, sebuah alat yang sengaja dibuat untuk membantu menanamkan atau mengembangkan konsep Matematika. Kemudian menurut Rusmawati (2017), alat peraga Matematika adalah seperangkat benda konkret yang dirancang, dibuat, dihimpun atau disusun secara sengaja, yang digunakan untuk membantu menanamkan atau mengembangkan konsep-konsep dalam proses belajar mengajar.
Nah, dalam sebuah pembelajaran Matematika terdapat aneka jenis alat peraga yang bisa digunakan sesuai dengan materi yang diajarkan. Di sini, penulis akan menunjukkan salah satu alat peraga yang diberi nama “BAPER” untuk meningkat pemahaman siswa dalam pembelajaran Matematika pada materi perhitungan perkalian bilangan cacah.
BAPER merupakan singkatan dari Batang Perkalian. Alat peraga Matematika ini telah terbukti dapat digunakan untuk membantu menanamkan konsep Matematika serta meningkatkan hasil belajar peserta didik pada perhitungan perkalian.
Mengapa demikian? Karena dengan adanya alat peraga perkalian ini, peserta didik akan lebih terpacu dalam melakukan perhitungan dibandingkan dengan tanpa menggunakan alat peraga.
Penggunaan alat peraga BAPER yang digunakan oleh penulis ini terinspirasi dari alat alat peraga Tulang Napier yang diciptakan oleh Jhon Napier pada tahun 1617. Dikatakan Tulang Napier karena pada saat itu Jhon Napier menuliskan angka-angkanya pada potongan tulang-tulang hewan.
Sedangkan Batang Perkalian yang dibuat penulis terbuat dari kertas HVS yang angka-angkanya dicetak dengan alat printer sehingga terlihat lebih indah dan rapi dalam penulisannya. Kemudian penulis laminating alat tersebut, tujuannya agar lebih awet saat digunakan.
Batang Perkalian ini sangat membantu peserta didik dalam memahami tentang perkalian. Tujuan penulis menggunakan alat peraga ini adalah untuk menumbuhkembangkan minat peserta didik dalam mempelajari Matematika terutama dalam menyelesaikan masalah perkalian, sehingga harapannya hasil belajar peserta didik dapat meningkat.
Cara kerja alat Batang Perkalian ini sangatlah sederhana yaitu menerjemahkan persoalan perkalian menjadi persoalan penjumlahan. Cara menggunakannya cukup mudah, yakni hanya dengan fokus melihat bilangan yang akan dikalikan kemudian menjumlahkan diagonalnya.
Batang Perkalian terdiri atas sepuluh kotak. Kotak paling atas menunjukkan sebuah bilangan dasar tertentu, dan kotak selanjutnya berturut-turut merupakan hasil perkalian bilangan dasar tersebut dengan bilangan satu hingga sembilan di mana satuannya diletakkan di bagian bawah diagonal. Sedangkan bagian puluhan diletakkan di bagian atas diagonal.
Dengan cara kerja yang sangat sederhana ini peserta didik dengan mudah dan cepat menghitung hasil dari perkalian bilangan-bilangan besar sekalipun.
Memahami muatan pelajaran Matematika seperti ini sangat penting karena Matematika memberikan kontribusi yang banyak dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, pemerintah memasukkan muatan pelajaran Matematika sebagai salah satu pelajaran yang diujikan, untuk mengukur kompetensi peserta didik dalam bermatematika.
Namun, walaupun keberadaannya dianggap penting, respon peserta didik pada muatan pelajaran ini seringkali tidak begitu menyenangkan. Sebagian besar peserta didik menganggap Matematika adalah momok yang menakutkan, menyeramkan, susah untuk dimengerti, dan lain sebagainya.
Berangkat dari respon peserta didik yang kurang menyenangkan tersebut, penulis mencoba menggunakan alat peraga dalam pembelajaran Matematika pada materi perhitungan perkalian bilangan cacah. Sebelumnya, sebagian besar peserta didik merasa jenuh dengan materi yang melibatkan kerja otak dan menganggap ribet dalam menyelesaikan soal perhitungan perkalian. Untuk itu, penggunaan alat peraga dalam membantu konsep yang abstrak menjadi konkret diperlukan dalam proses pembelajaran.
Anggapan bahwa pelajaran Matematika menyeramkan bukanlah alasan bagi guru untuk tidak mengajarkan Matematika kepada peserta didik. Sebenarnya ada banyak cara yang bisa dilakukan guru untuk meningkatkan minat, motivasi, dan semangat, yang kemudian dapat mendorong hasil belajar peserta didik dalam pelajaran Matematika. Selama ada niat yang tulus dan usaha yang maksimal, hasil belajar peserta didik pun pasti akan mengalami peningkatan. (*)
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!
Editor: Moh. Haris Suhud, S.S.