Oleh Ari Nurwantini,S.Pd.Sd
Guru di SDN Glagah, DIY
Perasaan campur aduk dalam hatiku saat terjadi pandemi Covid -19. Sebagai guru, kami dituntut cepat beradaptasi dan fleksibel dalam menata pembelajaran secara daring.
Sementara itu, saya tidak begitu menguasai teknologi, namun mau tidak mau dipaksa harus bisa menerapkannya dalam semua rencana pembelajaran secara online.
Literasi teknologi merupakan salah satu tuntutan dalam proses pembelajaran bagi semua guru di saat pandemi Covid-19. Agar menguasainya, maka guru pun harus mau belajar lagi.
Setelah cukup menguasai metode pembelajaran daring, materi pembelajaran kami kirim tiap hari dengan waktu yang tidak dibatasi. Kami memberikan pembelajaran pada siswa secara daring sesuai keadaan mereka.
Kendala selalu ada. Kesulitan sinyal, keterbatasan fasilitas, kondisi ekonomi keluarga siswa, dan penguasaan teknologi menjadi kendala utama kami.
Bahkan terkadang ada wali siswa tidak mengizinkan anaknya untuk mengikuti pembelajaran secara online. Entah apa alasannya. Maka guru pun harus bisa melayani sesuai situasi dan kondisi siswa.
Guru harus sabar saat melayani siswa dan orangtuanya. Sikap guru dalam proses belajar di saat pandemi Covid-19 ini memang harus lebih sabar, selalu memberikan dukungan bagi siswa.
Peristiwa pandemi Covid-19 juga berdampak pada kesehatan dan psikologis kami. Karena terdapat sejumlah murid, wali murid, keluarga, tetangga, juga teman sejawat yang terpapar virus tersebut. Untuk itu, kami harus saling menguatkan, saling menjaga, dan saling mengingatkan protokol kesehatan. Serta membantu yang terkena Covid-19 dengan pemberian obat, bahan pangan, dan tidak lupa mengirimkan doa untuk mereka.
Dalam kondisi seperti itu, kesehatan seluruh murid, wali murid serta guru adalah hal yang utama .Informasi terkait protokol kesehatan kami kampanyekan lewat WhatsApp, video tentang Covid-19 kami bagikan ke siswa.
Setiap hari kami mengecek keadaan siswa dan keluarganya lewat WhatsApp ataupun melalui video call. Keadaan siswa kami utamakan. Jika ada siswa atau keluarganya yang terkena Covid-19, maka guru memberi semangat.
Waktu pembelajaran boleh dilakukan di kemudian hari bagi siswa yang sakit. Sebab kesehatan adalah yang utama.
Saya sendiri setiap hari Sabtu melakukan tes antigen untuk mengecek diri sendiri sebagai langkah antisipasi. Selain itu juga agar prima dalam mengajar secara fisik dan psikis. Psikolog dan dokter menjadi pendamping bagi saya untuk menstabilkan diri dan tempat bertanya tentang Covid -19.
Pandemi Covid-19 ini telah menyadarkan bahwa kita sebagai manusia harus lebih ‘tepo sliro’. Jika sebelum pandemi kita sering mengabaikan banyak hal, ini adalah waktu yang tepat untuk melakukan introspeksi diri.
Tetap terapkan protokol kesehatan karena di tengah pandemi seperti ini, kehidupan orang lain juga bergantung bagaimana pola hidup kita. Maka ketika kita mencintai diri sendiri dengan menjaga kesehatan berarti mencintai orang lain tanpa batasan apapun.
Sebagai pendidik, kita perlu berpegang “Ing ngarso sung tuladha, ing madyo mangun karso“ dalam menghadapi keadaan ini.
Tinggalkan sifat egois dan menjadi saling menghargai nyawa sesama, menyayangi semua. Jangan lupa selalu bersyukur pada Tuhan Yang Maha Esa.
Jika semua berusaha demi masa depan yang lebih indah, pasti pandemi ini akan lenyap.
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link INI atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!