Kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler adalah satu kesatuan yang tak terpisahkan. Kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler pada dasarnya memiliki tujuan yang sama, yakni mendukung pembelajaran di kelas yang kita kenal dengan sebutan intrakurikuler.
Meski sama-sama dilakukan di luar jam kelas, namun perbedaan mendasar antara kokurikuler dengan ekstrakurikuler adalah terletak proses pelaksanaannya. Jika kokurikuler mendukung langsung kegiatan intrakurikuler dan dapat dilakukan secara individu maupun kelompok, maka ekstrakurikuler dalam pelaksanaannya cenderung mengembangkan bakat dan minat siswa, seperti pada bidang keagamaan dan olahraga serta lebih banyak mengarah ke bentuk kelompok.
Guru yang inspiratif akan selalu mengolah materi ajar menjadi menyenangkan. Memadukan kegiatan literasi numerasi dalam kokurikuler tentunya mampu membuat pembelajaran di kelas menjadi lebih bermakna. Siswa tidak hanya pandai secara teori, namun juga cakap dan mandiri dalam menyelesaikan permasalahan sehari-hari yang erat kaitannya dengan materi ajar.
Kegiatan kokurikuler memiliki serangkaian manfaat seperti mengasah keterampilan sosial, menumbuhkan karakter positif, hingga meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif dalam menyikapi isu atau permasalahan yang sedang berkembang. Contoh kegiatan kokurikuler populer yaitu karya wisata hingga bakti sosial.
Kegiatan kokurikuler juga dilaksanakan sesuai dengan taraf usia dan proses berpikir siswa. Taraf berpikir konkret di usia sekolah dasar menjadi dasar penyusunan kegiatan kokurikuler dengan karakteristik yang tentunya berbeda dengan siswa menengah atas. Kegiatan yang bersifat pengamatan dan eksperimen lebih sesuai mengingat tidak semua siswa mampu memahami konsep abstrak dan lebih cenderung menyukai aktivitas fisik.
Secara garis besar, aktivitas literasi numerasi menekankan pada kemampuan menemukan konsep di balik bacaan dan mengaplikasikan konsep bilangan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain kegiatan literasi numerasi tidak terlepas dari keterampilan berbahasa seseorang dalam mengintepretasi informasi kuantitatif, jadi tidak hanya berupa aktivitas ‘membaca’ saja. Mengingat penguasaan literasi numerasi menjadi salah satu syarat kecakapan hidup, maka menciptakan ekosistem literasi numerasi menjadi tugas utama yang harus diperhatikan oleh guru.
Selain kunjungan perpustakaan, guru juga dapat merancang kegiatan kokurikuler lainnya untuk menunjang aktivitas literasi numerasi. Siswa dapat berkunjung ke penerbit buku terdekat, mengikuti kemah literasi, outbond, membuat poster, story telling, membuat kliping, membuat mading kelas, karya wisata ke taman pintar, membuat alat peraga numerasi, membuat naskah drama, membuat video pidato, berbelanja, mempraktikkan resep makanan dan minuman, menyusun jadwal sehari-hari, membuat denah rumah dengan skala proposional, hingga mengadakan kegiatan kewirausahaan.
Tentunya banyak juga hal lainnya yang dapat dijadikan paduan dalam menyusun kegiatan kokurikuler, seperti literasi digital, literasi sains, hingga literasi budaya dan kewarganegaraan. Hal yang perlu diingat dalam menyusun kegiatan kokurikuler adalah harus selalu berkaitan dengan materi ajar di kelas namun tidak tumpang tindih, tidak terlalu banyak mengeluarkan biaya, fleksibel, dan yang terpenting tidak membuat beban belajar siswa semakin bertambah.
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link INI atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!