Oleh Elmi, S.Pd.
Guru SDN 5 MB Hulu Sampit
Kita menyadari bahwa pendidikan menjadi kunci maju atau mundurnya sebuah peradaban negara dan bangsa. Dengan terganggunya roda pelaksanaan pendidikan karena pandemi selama ini menyebabkan ancaman hilangnya kesempatan belajar generasi muda secara serius.
Wabah Covid-19 muncul di Indonesia sejak Maret 2020. Wabah virus ini sangat berbahaya karena daya penularannya sangat cepat dan menyerang organ pernapasan manusia yaitu paru-paru dan sistem kekebalan tubuh. Sehingga WHO menetapkan virus tersebut sebagai pandemi global pada tanggal 11 Maret 2020.
Pada masa pandemi yang berlangsung sampai tahun 2021, berbagai kegiatan dan aktivitas dialihkan dari rumah. Termasuk juga kegiatan belajar mengajar harus dilakukan secara daring dari rumah, untuk menekan risiko penularan virus berbahaya ini.
Untuk menunjang pelaksanaan belajar daring tersebut, pemerintah sempat menyediakan kuota internet gratis bagi guru, dosen, dan siswa dengan harapan agar meringankan beban belanja paket data internet. Dan juga harapannya proses belajar mengajar tidak terhambat karena kendala habis atau tidak ada paket data internet.
Kendatipun demikian, bukan berarti proses belajar mengajar secara online berjalan tanpa hambatan. Pasalnya, masih banyak orang tua siswa yang tidak memiliki handphone yang memadai atau laptop. Ada yang punya handphone namun tipe lama yang hanya bisa digunakan untuk menelepon dan SMS; ada juga yang punya ponsel yang memadai tapi cuma satu unit sehingga menjadi rebutan dalam memakainya.
Proses belajar mengajar daring menjadi petaka bagi siswa, karena mereka tidak bisa mendapat materi secara langsung atau mendengar penjelasan secara langsung dari gurunya. Bagi siswa yang tidak memiliki ponsel pintar harus pergi ke rumah teman sekelas yang mungkin jarak tempuhnya sangat jauh; ada juga siswa yang harus minta tolong kepada teman yang punya handphone untuk mengirimkan hasil tugas yang telah dikerjakan.
Pembelajaran daring tidak bisa lepas dari jaringan internet. Sehingga bagi siswa yang tinggal jauh dari perkotaan yang minim jaringan maka akan mengalami kendala. Maka untuk mengantisipasi hal semacam ini siswa boleh belajar menggunakan buku paket yang dipinjamkan dari sekolah dan belajar mandiri di rumah. Tapi hasil pekerjaan tugasnya tetap harus dikirim via WhatsApp kepada guru.
Secara umum guru, siswa, dan orang tua belum siap menjalani pembelajaran secara daring ini. Sehingga hasil akhirnya juga menjadi kurang optimal, walaupun sudah dilakukan dengan berbagai metode dan cara.
Harus diakui bahwa pembelajaran daring memang tidak seefektif pembelajaran tatap muka karena pembelajaran dilakukan relatif lebih singkat singkat, tidak memiliki kuota data internet, dan jaringan internet yang terkadang kurang stabil. Tapi, apa mau dikata keadaan sangat memaksa untuk melakukan hal tersebut, daripada peserta didik tidak belajar sama sekali.
Sebenarnya proses mengajar di masa pandemi terdapat dua sistem yang bisa digunakan yaitu sistem daring dan luring. Daring artinya pembelajaran dalam jaringan dan luring artinya di luar jaringan. Pembelajaran daring adalah sistem belajar tanpa tatap muka secara langsung dengan memanfaatkan alat komunikasi dan teknologi serta jaringan internet. Dan pembelajaran luring artinya adalah bentuk belajar yang dilaksanakan dengan pertemuan fisik secara langsung tanpa bantuan teknologi internet untuk komunikasi.
Di tengah pandemi saat ini, pembelajaran daring memang mampu menghindari perihal kontak fisik secara langsung sehingga tetap menjaga kesehatan dan keselamatan di tengah pandemi. Namun jika dilihat dari keefektifannya, pembelajaran luring (tatap muka) lebih baik daripada daring.
Ayo, temukan seminar atau diklat secara gratis yang dapat meningkatkan kompetensi guru dengan cara menjadi anggota e-Guru.id. Klik pada link INI atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!