Oleh Henik Al Husnawati, S.Pd.I
Guru di MTs. Putri Ma’arif Ponorogo
Mengajar di masa pandemi membutuhkan berbagai keahlian dan seni dalam mengajar. Seorang guru dituntut untuk kreatif dan memberikan pembelajaran yang menarik, menyenangkan, serta mampu mengoperasikan aplikasi-aplikasi dan media online yang dibutuhkan untuk menunjang pembelajaran daring.
Sebagai contoh mengajar mata pelajaran Al Qur’an dan Hadits, guru dapat mengajar melalui media WhatsApp, Google Classroom, Telegram, atau yang lainnya. Banyak juga guru yang termotivasi untuk mempelajari aplikasi editing video, seperti Kinemaster, Filmora, OBS, Powtoon, Prezi, Plotagon. Semua itu dilakukan tidak lain agar bisa membuat video pembelajaran sendiri untuk memudahkan para siswanya dalam memahami pelajaran yang diberikan.
Bahkan ada juga yang membuat blog pribadi seperti di Blogger, ataupun platform pembuat website sederhana semacam Google Sites atau yang lainnya. Website tersebut nantinya dapat digunakan untuk menyimpan materi-materi pembelajaran—yang didesain semenarik dan seinspiratif mungkin. Ada pula yang membuat e-modul dengan aplikasi Canva, Power Point dan lain-lain.
Pada mata pelajaran al-Qur’an dan Hadits di mana penugasan banyak berkaitan dengan mendemonstrasikan hafalan juga terpaksa dilakukan melalui rekaman video, Zoom Meeting atau Google Meet. Sebelum pandemi, seluruh kegiatan tersebut biasa dilakukan di dalam kelas. Namun di saat pandemi, dengan segala keterbatasannya, harus dilakukan secara online.
Belajar Teknologi
Guru juga dituntut untuk siap dan mau belajar membekali diri dengan berbagai keahlian, khususnya keahlian mengoperasikan komputer dan pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran agar dapat mengikuti setiap perkembangan dan perubahan yang terjadi. Sehingga banyak para guru yang rajin mengikuti pelatihan-pelatihan online, workshop, seminar online dan sejenisnya. Semua itu dilakukan agar guru dapat menyesuaikan diri dengan situasi pandemi dan menyesuaikan diri dengan kebutuhan mengajar di era 4.0 ini.
Di masa pandemi, pelaksanaan ujian pun dilaksanakan dengan cara daring, sehingga guru juga harus tahu cara membuat soal dan pertanyaan yang dapat diakses oleh siswa online. Itu bisa dilakukan dengan Google Form, Zoho Form, Jot Form. Selain itu membuat kuis-kuis online juga dapat dilakukan di aplikasi Quizizz, Kahoot, Educandy, Ispring Suite.
Semua yang telah disebutkan di atas adalah media-media yang menjadi sarana yang dibutuhkan guru untuk bisa melakukan pembelajaran yang menarik dan menyenangkan untuk para siswa di masa pandemi. Dan seorang guru yang memiliki semangat yang kuat dan ulet akan mampu meningkatkan kompetensinya serta memotivasi para siswanya untuk tetap aktif, giat, serta semangat dalam mengikuti pembelajaran daring.
Guru yang kreatif akan memiliki banyak cara dan tidak kehabisan akal untuk membuat, menyusun, serta menyajikan materi-materi pembelajaran yang menginspirasi para siswa. Sebab anak didik yang sekarang adalah generasi harapan di masa yang akan datang.
Kecanggihan teknologi akan terus berkembang ke arah yang semakin modern. Maka seorang guru yang baik tidak akan terpaku mengajar dengan metode lama. Namun guru di era 4.0 ini benar-benar dituntut bukan hanya mahir secara keilmuan, namun juga tidak boleh tertinggal oleh perkembangan zaman.
Suka Duka Mengajar di Masa Pandemi
Dalam pelaksanaannya, mengajar di masa pandemi tidaklah mudah. Banyak suka duka yang dirasakan oleh seorang guru karena banyak kendala yang dialami oleh guru, siswa, maupun orang tua.
Kendala-kendala yang dihadapi misalnya kurangnya fasilitas belajar, banyak anak-anak yang belum memiliki ponsel canggih, banyaknya peserta didik yang tinggal di asrama atau yayasan sehingga tidak diperkenankan menggunakan alat komunikasi, hingga kendala jaringan.
Peran orang tua juga sangat diperlukan untuk kelancaran dan keberhasilan pembelajaran daring di masa pandemi ini. Apalagi orang tua anak-anak yang masih di usia TK atau pendidikan dasar. Mereka masih sangat butuh bimbingan dan motivasi dari orang tuanya. Namun fakta yang terjadi di lapangan, banyak orang tua yang disibukkan dengan pekerjaannya dan tidak bisa terus mendampingi anak belajar dari rumah. Inilah yang akan berakibat kurangnya keaktifan anak dalam mengikuti pembelajaran daring, sering tidak mengirim tugas, sulit dihubungi, dan lain sebagainya.
Oleh sebab itulah tugas guru menjadi berlipat-lipat, karena bertanggung jawab tidak hanya memberikan materi dan tugas di pagi hari kepada murid-muridnya, namun juga harus mengecek pengumpulan tugas mereka yang bisa sampai satu hari penuh atau bahkan berhari-hari.
Pagi, siang, dan malam sekalipun, guru masih memantau perkembangan pembelajaran dan penugasan yang diberikan pada siswa. Sehingga jam kerja guru menjadi lebih panjang dan bisa dikatakan hampir 24 jam untuk memberikan pelayanan pada siswa di masa pandemi ini. Mulai dari mengabsen, melihat keaktifan siswa, mengecek dan mengoreksi tugas siswa, maupun menjawab konsultasi dan pertanyaan-pertanyaan dari siswanya. Guru terkadang hingga lupa waktu. Siang, sore, malam, kapanpun muridnya bertanya melalui chat di WhatsApp, guru selalu melayani dengan senang hati dan memberi motivasi pada siswanya.
Maka sangat ironis sekali jika masih ada yang berpendapat bahwa guru tidak bekerja di masa pandemi ini. Dan faktanya perjuangan guru untuk mencerdaskan anak bangsa tak pernah terhalang oleh ruang dan waktu.
Dapatkan info terbaru dan ikuti seminar atau diklat untuk guru secara gratis yang dapat menunjang profesionalitas serta kompetensi dengan cara menjadi anggota e-Guru.id. Klik pada link INI atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!