Dalam banyak kasus, anak yang menjadi korban broken home selalu mengalami masalah psikologi sehingga sulit untuk mengembangkan dirinya. Pada akhirnya minim prestasi dan mengarah pada hal-hal negatif lainnya. Namun hal itu tidak berlaku bagi Lina Wijayanti yang juga merupakan salah satu korban broken home di Indonesia.
Namun demikian, perjuangan yang telah dilalui oleh perempuan berkacamata kelahiran 1990 itu pun tidak mudah. Setelah melewati lika-liku kehidupan yang panjang, akhirnya saat ini ia menjadi CEO dari sebuah lembaga bimbingan belajar yang bernama Tumbuh Learning Center. Di sisi lain, ia juga pemilik sebuah perusahaan di bidang fashion bernama na.na.look.
Lina Wijayanti atau yang akrab disapa Bu Lina dibesarkan di tengah keluarga yang sangat sederhana di mana ayah dan ibunya berpisah sejak kelas 4 SD. Ketika lulus SMA, ia tidak memiliki rencana kuliah karena tersandung masalah biaya. Di sisi lain, ia sudah ikut pelatihan dari kecamatan untuk menjadi guru PAUD karena ibunya ingin dirinya jadi seorang guru.
Tapi tak disangka, ia kemudian mendapat kesempatan untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi melalui salah seorang gurunya di SMA yang sangat baik, Ibu Eko Astutik yang mengajarinya Matematika. Ibu Eko Astutik tersebut yang kemudian menjadi orang tua asuh selama menempuh pendidikan S-1 PGSD di Universitas Negeri Surabaya.
Tentunya ia tidak boleh berpangku tangan selama belajar di perguruan tinggi. Sejak semester pertama, ia sudah bekerja sebagai guru les dari satu rumah ke rumah yang lain di Surabaya. Ketika datang libur semester selama hampir 3 bulan, ia gunakan kesempatan itu untuk bekerja sebagai pramuniaga di salah satu Toserba di Mojokerto.
Atas dukungan orang-orang yang mencintainya, ia dapat menyelesaikan kuliah hanya dalam waktu 3,5 tahun dengan IPK tertinggi dan waktu tempuh tercepat. Dari sana lah, para dosen mendukungnya untuk melanjutkan kuliah S-2.
Setelah berjuang mencari beasiswa, akhirnya ada orang baik lagi yang membantu biaya kuliah untuk menyelesaikan Magister Pendidikan Dasar di Universitas Negeri Yogyakarta. Di samping itu, ia juga mendapatkan bantuan biaya dari CIMSA (Curtin Indonesian Moeslim Students Association). Saat hidup di Jogja, ia tak berhenti berjuang dengan keras. Selain menjadi guru les, ia juga mendirikan sebuah brand fashion muslim yaitu Rezqina yang saat ini bertransformasi menjadi na.na.look.
Setelah lulus S-2, ia langsung terjun di sebuah lembaga pendidikan tinggi di Surabaya untuk menjadi salah satu dosen dan KaProdi PGSD. Namun setelah empat tahun mengabdi, ia harus mengundurkan diri karena harus kembali ke kampung halaman sebab suatu hal yang tidak dapat disebutkan di sini.
Di kota kelahirannya, perjuangan hidup dimulai dari titik nol kembali. Ia harus rela menjadi agen marketing perumahan di Mojokerto karena saat itu belum menemukan lowongan kerja berkaitan dengan pendidikan. Setelah itu, ada lowongan kerja di Surabaya untuk menjadi seorang guru. Atas izin ibunya, ia kembali merantau.
Sayangnya, belum genap sebulan di Surabaya, ia divonis mengidap Efusi Pleura sehingga harus bolak-balik Mojokerto-Surabaya untuk pengobatan. Sampai pada pertengahan 2021, ia dinyatakan sembuh dan bisa beraktivitas normal kembali. Di sela-sela mengajar, guru yang memiliki hobi membaca ini sangat gemar menulis. Dan ia telah menerbitkan sebuah novel pada akhir tahun 2021 lalu dengan judul “Kupeluk Lukaku”.
Karena mempunyai hobi membuat konten juga, selain menjadi Wakil Kepala Sekolah dan guru, ia sering berbagi ilmu melalui media sosial Instagram (@linawijayanti) yang saat ini telah memiliki 30 ribuan follower.
Sebagai guru Matematika yang pernah dinobatkan sebagai Guru Teladan pada tahun 2011, Lina Wijayanti ingin membuktikan bahwa Matematika adalah pelajaran yang menyenangkan. Sebab seperti yang diketahui bahwa Matematika masih menjadi momok bagi sebagian besar peserta didik. Namun ia punya cara unik untuk mengatasi masalah tersebut.
“Setiap kali memulai siklus pembelajaran, saya habiskan waktu saya untuk memahami konsep yang ingin saya ajarkan. Saya buka buku-buku kuliah dan modul sekolah, saya cari di Youtube tentang aktivitas pembelajaran materi tersebut. Saya menonton beberapa video pembelajaran apa saja yang menarik. Lalu saya gabungkan semua informasi untuk bisa menjadi satu pembelajaran yang menyenangkan,” itulah salah satu tips dari guru yang saat ini mengajar di SD Alkhairiyah I Surabaya tersebut.
“Setelah itu, saya tentukan alat dan bahan yang saya perlukan termasuk merancang lembar kerja dan lain-lain. Saya juga siap merogoh kocek saya pribadi dan merelakan waktu libur saya agar sepekan ke depan anak-anak happy belajar dengan saya.”
“Karena kunci utama ilmu bisa masuk dalam diri seseorang adalah bahagia. Sehingga ketika saya mendengar mereka mulai menyukai Matematika, itu adalah salah satu pencapaian yang ingin saya dengar. Meskipun selanjutnya saya juga ingin membawa mereka mahir Matematika,” paparnya.
Ingin menjadi pendidik yang sukses seperti Lina Wijayanti? Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!
Editor: Moh. Haris Suhud