Tepatkah Pelaksanaan Lomba untuk Anak PAUD?

- Editor

Selasa, 15 Juni 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Menurut pakar pendidikan Maria Montessori bahwa anak belajar sesuai taraf kematangannya, dan anak akan mengembangkan kepercayaan pada dirinya bila berhasil melaksanakan tugas-tugas sederhana. Saat anak kalah, hal itu bisa berdampak kepada hilangnya rasa percaya diri pada anak, terlebih untuk anak usia dini.

Anak tidak bisa dibanding-bandingkan karena setiap anak itu unik. Perkembangan kematangan anak satu dengan yang lainnya tentu saja berbeda, sehingga dalam melaksanakan tugas-tugas sederhana anak akan menyelesaikan tugas yang diberikan kepadanya sesuai kemampuan atau kematangannya. Maka dalam melaksanakan tugas yang diberikan seharusnya anak mendapatkan pujian atau motivasi yang positif walaupun dia mengerjakan tugas dengan hasil apapun.

Hal ini akan dapat mengembangkan rasa percaya diri pada anak, karena bagi anak hasil karyanya adalah yang terbaik untuknya. Tetapi apabila anak dibanding-bandingkan bahkan ada unsur menang kalah—situasi ini yang belum bisa diterima anak—maka ia akan merasa paling mampu. Apalagi saat anak dinyatakan kalah, hal itu bisa saja berdampak kepada hilangnya rasa percaya diri, merasa tidak mampu, dan kemungkinan ia memiliki konsep diri yang negatif.

Karakter Anak Usia Dini

Anak usia dini (0-6 tahun ) merupakan masa di mana dia berada pada fase emas atau golden age. Anak akan berkembang dengan pesat di usia ini. Pada fase ini, anak akan menampilkan beberapa karakter yang mencerminkan dirinya, baik yang natural maupun dari apa yang dilihat atau dipelajari di lingkungan sekitarnya.

Anak usia dini memiliki karakteristik yang khas, yaitu memiliki rasa ingin tahu yang besar, memiliki pribadi yang unik, suka berfantasi dan berimajinasi, masa paling potensial untuk belajar, menunjukkan sikap egosentris, memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek dan mulai memiliki kesadaran sebagai makhluk sosial.

Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa anak usia dini adalah anak yang memiliki kemampuan untuk belajar yang luar biasa dan memiliki karakteristik tersendiri sesuai dengan tahapan usianya. Jadi biarkan anak belajar secara natural sesuai karakteristik anak masing–masing tanpa adanya tekanan-tekanan yang justru membuat anak merasa tidak bisa bebas dan kurang leluasa untuk melakukan berbagai eksplorasi, karena harus memenuhi juknis, kriteria dan tuntutan- tuntutan yang terdapat dalam suatu perlombaan.

Berikan anak kebebasan dalam bereksplorasi, karena dunia anak adalah dunia yang penuh canda dan gembira yang tidak akan bisa terulang lagi dalam hidupnya. Sehingga kita sebagai orang dewasa berusaha saja untuk memberikan fasilitas anak yang dibutuhkan anak dalam melakukan berbagai eksplorasi.

Ajang Prestasi Anak Usia Dini

Saat ini lomba untuk anak usia dini masih marak dilaksanakan. Berbagai bentuk lomba diadakan dengan peserta anak usia dini. Misalnya, lomba mewarnai, lomba menyanyi, lomba gerak dan lagu, dan masih banyak lagi. Kegiatan ini selalu banyak pesertanya dan akan dihadiri bukan saja oleh peserta lomba tapi juga ayah, ibu, bahkan kakek, nenek atau keluarga terdekat anak, sehingga acara selalu meriah.

Tentu saja orang tua mengharapkan anaknya menjadi juara dalam lomba. Sehingga anak bisa menjadi korban ambisi orang tua, karena anak belum memahami bagaimana menerima makna menang dan kalah.

Kemampuan berpikir abstrak anak usia dini belum lengkap terbangun. Usia anak-anak masih pada tahapan berpikir konkret. Kemenangan adalah sesuatu yang tidak dapat dijangkau anak. Sementara itu, stimulasi yang harus dirasakan anak adalah emosi yang positif seperti senang, bahagia, percaya diri, bangga, dan emosi positif lainnya.

Jikapun harus menggelar kegiatan yang berkaitan dengan penampilan bakat anak, lebih baik memakai istilah “Gebyar” atau “Festival” sebagai ajang prestasi anak usia dini. Anak harus mengikuti sesuai dengan bakat dan minatnya.

Dalam festival anak usia dini sebaiknya tidak dibatasi dengan berbagai petunjuk teknis dan kriteria yang bisa membatasi anak dalam bereksplorasi. Berikan kebebasan maksimal pada anak untuk bereksplorasi sehingga akan lebih menumbuhkan kreatifitas anak.

Setelah itu hasil kreativitas anak dipajang pada suatu tempat yang bisa dilihat oleh anak dan publik. Dan mereka dapat menyaksikan pemajangan hasil karyanya. Hal itu bertujuan untuk menumbuhkan rasa bangga dan percaya diri pada anak. Dan semua anak yang mengikuti festival adalah pemenang, sehingga semua mendapatkan reward atau hadiah.

Jadi tujuan ajang prestasi anak usia dini yang tepat seharusnya bukan ajang untuk menang kalah tetapi untuk menumbuhkan rasa percaya diri pada anak.

Ditulis oleh Wahyu Ernawati, S.Pd. AUD*

* Wahyu Ernawati, S.Pd. AUD lahir di Salatiga, 16 Juni 1971. Sekarang aktif mengajar di TK Islam Tarbiyatul Banin 22 Salatiga. Menjadi Juara 1 Guru Berprestasi TK Tingkat Kota Salatiga tahun 2014 dan 2015. Juara 1 lomba penulisan PTK TK Tingkat Kota Salatiga tahun 2017. Juara 1 lomba penulisan artikel TK Tingkat Kota Salatiga. Juara 2 GON (Guru Olimpiade Nasional) Tingkat Kota Salatiga tahun 2018. Juara 3 Lomba Karya Inovasi dan Pembelajaran (INOBEL) Tingkat Kota Salatiga tahun 2019.

Berita Terkait

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka
Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 
Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan
Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan
Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan
Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 
Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua
Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan
Berita ini 78 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 20 Februari 2024 - 10:35 WIB

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka

Senin, 19 Februari 2024 - 15:20 WIB

Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 

Jumat, 16 Februari 2024 - 09:32 WIB

Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan

Selasa, 13 Februari 2024 - 10:50 WIB

Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan

Selasa, 6 Februari 2024 - 10:35 WIB

Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan

Senin, 5 Februari 2024 - 10:27 WIB

Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:55 WIB

Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:20 WIB

Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan

Berita Terbaru

Foto: Memik Nor Fadilah, S.S., S.Pd. bersama siswa/NaikPangkat.com

Kurikulum Pendidikan

Tren Literasi dan Numerasi dalam Rapor Pendidikan dari Tahun ke Tahun

Senin, 18 Mar 2024 - 12:38 WIB