Tantangan Guru di Sekolah Kecil: Antara Kuantitas dan Kualitas

- Editor

Minggu, 5 Juni 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh Ana Subekti, S.Pd.I.

Guru SDN Banjarharjo, Kalibawang, Kulon Progo, DIY

 

Seorang guru dikatakan berhasil manakala dapat mengantarkan para peserta didiknya menjadi siswa yang berprestasi, hingga kelak dapat menjadi orang yang sukses dan meraih apa yang dicita-citakan, serta menjadi pribadi yang berakhlak mulia. Untuk itu, menjadi seorang guru harus siap berjuang di segala medan. 

Namun pada kenyataannya, beberapa guru mengutarakan keluhannya terkait dengan profesinya tersebut. Salah satunya adalah keluhan guru yang ditempatkan di sekolah kecil. 

Lantas sekolah kecil yang dimaksud seperti apa? Apakah bentuk sekolahnya yang kecil? Atau luas lahan yang tidak memadai? 

Ternyata bukan kedua hal tersebut yang dimaknai kecil, melainkan definisi sekolah kecil adalah sekolah yang kecil dari segi kuantitas peserta didik dan kualitasnya. Misalnya dari segi kuantitas sekolah kecil hanya mendapat input siswa kurang dari 10, yang berkorelasi dengan kualitas input masukan, dikarenakan sekolah tersebut bukanlah sekolah yang dianggap favorit oleh lingkungan sekitar. 

Jadi, keluhan yang sering disampaikan oleh sesama guru yang lain antara lain sedikitnya jumlah siswa dengan dibarengi kualitas input peserta didik yang seadanya. Jadi, dalam hal ini masalah yang sering dikeluhkan oleh para guru di sekolah kecil adalah kuantitas dan kualitas masukan peserta didik yang disekolahkan di sekolah tersebut.

Memang tidak dapat menafikkan bahwa permasalahan tersebut menjadi realitas. Lantas, berkaca dari permasalahan kuantitas dan kualitas peserta didik yang mayoritas dikeluhkan oleh guru di sekolah kecil, apakah seorang guru hanya cukup menerima apa yang ada? Apakah seorang guru cukup sekedar menjalankan tugas mengajarkan materi pelajaran untuk sekedar menunaikan kewajiban?

Dalam dialog singkat saya pada satu kesempatan dengan Kepala SD Muhammadiyah Condongcatur (sekolah yang berlabel sekolah juara) beliau mengatakan, “Seharusnya ketika seorang guru mengajar siswa yang sedikit akan lebih fokus, dan siswa dapat lebih mudah menangkap materi serta berprestasi tinggi. Janganlah input siswa dijadikan alasan rendahnya kualitas peserta didik, karena itulah yang sesungguhnya menjadi tugas guru, bagaimana agar bisa menjadi sosok guru yang kreatif dan inovatif dalam mengajar dan mendidik siswa.”

Nasehat beliau jelas menjadi suatu cambukan bagi guru, bahwa guru tidak seharusnya mencari-cari suatu alasan untuk membela diri ketika siswanya tidak berprestasi, apalagi melarikan diri yang justru menunjukkan sikap tidak bertanggungjawabnya seorang guru. 

Seorang guru haruslah bijak mencari akar permasalahan dari segala lini yang berkaitan dengan tempatnya mengabdi, salah satunya yang berkaitan dengan kuantitas dan kualitas peserta didik. Kuantitas dan kualitas yang berasal dari input peserta didik tidak seharusnya dijadikan alibi bagi seorang guru untuk sekedar diam, tanpa menciptakan sebuah gebrakan dan inovasi yang dapat meningkatkan kualitas output peserta didik. 

Apa saja yang dapat diupayakan oleh seorang guru dalam mengembangkan kreativitas dan inovasi supaya dapat menghasilkan output siswa yang berkualitas walaupun dengan input yang minim?

Sebagai seorang guru hendaknya selalu melakukan pengembangan keprofesian berkelanjutan. Pengembangan keprofesian berkelanjutan seorang guru ada berbagai macam metode, antara lain in house training yaitu pelatihan yang dilaksanakan secara internal di kelompok kerja guru; kemitraan sekolah yaitu program kemitraan antara sekolah yang baik dengan sekolah yang kurang baik; belajar jarak jauh, misalnya belajar menggunakan internet, pelatihan berjenjang dan pelatihan khusus; diskusi-diskusi dengan guru dari sekolah lain terkait pendidikan; seminar; workshop; penelitian yang dapat mengembangkan inovasi-inovasi baru dalam pendidikan; pembuatan media pembelajaran kreatif; hingga pendidikan lanjut guna mengembangkan pengetahuan seorang guru. 

Dengan terus melakukan pengembangan keprofesian berkelanjutan, seorang guru akan lebih terbuka dan menemukan ide-ide kreatif serta inovatif guna mengatasi permasalahan-permasalahan yang ada di tempatnya mengabdi. 

Jika dikomparasikan, masalah dan tantangan seorang guru pasti ada, baik di sekolah yang besar maupun sekolah kecil, hanya jenis masalah dan tantangannya yang berbeda. 

Seorang guru sudah diarahkan agar menjadi agent of change saat menjadi mahasiswa, maka seorang guru harus mampu menjadi agen perubahan bagi tempat dia mengabdi, dari yang semula belum baik menjadi baik, dari yang semula baik menjadi lebih baik dan terbaik. (*)

Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!

Editor: Moh. Haris Suhud, S.S.

*Artikel ini juga terbit dalam sebuah buku antologi “Pemikiran dan Pendidikan” yang ditulis oleh para guru dari berbagai penjuru negeri. 

 

Berita Terkait

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka
Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 
Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan
Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan
Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan
Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 
Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua
Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan
Berita ini 46 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 20 Februari 2024 - 10:35 WIB

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka

Senin, 19 Februari 2024 - 15:20 WIB

Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 

Jumat, 16 Februari 2024 - 09:32 WIB

Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan

Selasa, 13 Februari 2024 - 10:50 WIB

Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan

Selasa, 6 Februari 2024 - 10:35 WIB

Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan

Senin, 5 Februari 2024 - 10:27 WIB

Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:55 WIB

Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:20 WIB

Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan

Berita Terbaru

PPG Angkatan 1 Kemenag Resmi Dibuka pada 15 Mei 2023, Kuota untuk 6.300 Guru Madrasah

News

Study Tour Disebut Jadi Ladang Bisnis Sekolah

Jumat, 17 Mei 2024 - 22:30 WIB