Oleh Nurlaila, S.Pd.
Guru di SDN Setiadarma 01
Saya adalah seorang guru yang mengajar di sebuah SD Negeri yang cukup favorit di sebuah daerah di Kabupaten Bekasi. Hal yang tak pernah saya rencanakan bahkan saya impikan sebelumnya, bahkan untuk menjadi seorang guru. Namun inilah takdir yang harus saya jalani.
Saya adalah anak dari seorang tentara yang berdinas di Cimahi, Bandung. Dan kami sekeluarga tinggal di asrama tentara.
Ketika kami lulus SD, saya dan kakak sama-sama bercita-cita menjadi orang yang bekerja di bank. Yang saya pikirkan waktu itu bekerja di bank pasti akan sangat menyenangkan karena banyak uang. Saya pun ingin bersekolah di SMEA (Sekolah Menengah Ekonomi Atas), atau sekolah apapun yang berhubungan dengan ekonomi.
Kakak saya juga memilih SMEA tapi anehnya tidak mau satu sekolah dengan saya karena malu jika satu sekolah dengan adiknya. Sebagai adik, saya mengalah. Masuklah saya ke sekolah yang muridnya mayoritas perempuan,dulu namanya SKKP (Sekolah Keterampilan Kepandaian Putri) di daerah Cimahi, Bandung.
Setelah lulus SKKP, saya harus mengikuti ujian persamaan jika ingin melanjutkan ke sekolah umum. Alhamdulillah,saya bisa mendapatkan ijazah persamaan.
Kemudian saya didaftarkan di sekolah umum, yaitu di salah satu sekolah SMA di Purwakarta, karena orang tua dipindahtugaskan di daerah tersebut. Namun karena letak sekolah yang cukup jauh, saya dipindahkan ke SPG (Sekolah Pendidikan Guru). Tanpa tawar-menawar, saya pun oke saja yang penting sekolah. Tidak tahu ke depannya mau jadi apa.
Setelah lulus SPG, saya mendaftar ke perguruan tinggi IKIP Bandung. Namun saya gagal untuk masuk ke perguruan tinggi negeri yang cukup populer tersebut. Tak ada niat untuk mendaftar di perguruan tinggi swasta karena saya sadar hanya anak dari seorang tentara prajurit yang tidak punya cukup biaya untuk kuliah di kampus swasta. Maka saya pun melamar pekerjaan di sebuah pabrik garmen untuk menabung agar tahun depan bisa mendaftar lagi.
Di tahun berikutnya, ketika saya dinyatakan lulus masuk perguruan tinggi negeri sangat bahagia karena memang saya masih ingin bersekolah. Di jenjang kuliah tersebut saya mengambil PGSD (Pendidikan Guru Sekolah Dasar). Setelah kuliah selama 5 semester, akhirnya lulus di tahun 1995.
Tahun 1997, saya mendapatkan SK Pengangkatan CPNS dan ditempatkan di daerah yang belum saya tahu sebelumnya, yaitu di Bekasi. Sebelumnya saya menjadi guru honorer di sebuah Taman Kanak-Kanak di daerah Purwakarta selama satu setengah tahun.
Mulai dari sinilah kecintaan saya terhadap dunia pendidikan mulai terbangun dan sangat menikmati menjadi guru.Bahkan saya bersyukur bahwa saya dulu didaftarkan oleh orang tua di sekolah keguruan dan akhirnya kini menjadi guru. Inilah jalan hidup yang harus disyukuri karena berkat menjadi guru lah saya bisa membantu adik saya untuk kuliah, bahkan saya bisa memberangkatkan Bapak untuk naik haji.
Meskipun menjadi guru bukan pilihan tapi menjadi guru adalah suatu jalan hidup yang baik, karena dengan menjadi guru kita bisa memberikan ilmu yang bermanfaat untuk anak didik yang insya Allah akan menjadi bekal di akhirat kelak. (*)
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!
Editor: Moh. Haris Suhud, S.S.