Oleh: Dra. Umi Iswiyanti
Guru Matematika di MTsN 9 Kediri
Sebagian besar sekolah mengharapkan segera dilaksanakan KBM tatap muka, namun bagi kami MTsN 9 Kediri sebenarnya menjadi dilema. Satu sisi senang sekali karena bisa segera tatap muka yang artinya bisa mengajar secara langsung kepada siswa, tapi di sisi yang lain terpikir mau diletakkan di mana para siswa jika tatap muka dilakukan 100%.
MTsN 9 Kediri memiliki sekitar 800 siswa dengan 5 lokasi berbeda yang semuanya bukan milik MTsN 9 Kediri tercinta. Tanah resmi milik MTsN 9 Kediri terdapat pada satu lokasi seluas 1 hektar tanah wakaf yang belum ada sama sekali bangunan di atas tanah tersebut.
Jumlah guru juga masih kurang dan untuk guru ASN-nya pun belum mencapai syarat minimal untuk madrasah negeri (hanya terdapat 14 guru ASN).
Perjalanan menuju lokasi satu ke lokasi yang lain memerlukan waktu. Ketika jam kerja dan jalanan padat, tentu membutuhkan waktu lebih lama. Melihat kondisi seperti ini, semoga pemerintah terketuk hatinya untuk segera memberi fasilitas belajar untuk MTsN 9 Kediri.
Alamat MTsN 9 Kediri tertulis di Jl. Kilisuci, Doko, Kec. Ngasem, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Sebenarnya, alamat tersebut adalah alamat MIN 2 Kediri—memang salah satu tempat yang kami tempati adalah gedung milik MIN 2 Kediri yang selanjutnya disebut kampus 1 MTsN 9 Kediri.
Selain tempat tersebut terdapat 4 lokasi yang lain, yaitu kampus 2 di bangunan SD Tugurejo, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri yang terdiri dari 4 ruang belajar. Kemudian kampus 3 di SD Inpres Doko, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri yang terdiri dari 6 ruang belajar. Selanjutnya kampus 4 berada di bangunan TPA masjid Wonorejo, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri di mana ada 4 ruang belajar.
Menjelang KBM Luring, Bapak Kamad beserta jajaran terkait sempat berusaha mencari tempat lagi agar para siswa bisa punya tempat untuk belajar yang nyaman. Sehingga ada kampus 5 di Pagu, Kecamatan Wates, Kabupaten Kediri yang sebenarnya milik TPA dan rumah dari seseorang. Dari 5 titik tersebut semua bukan milik MTsN 9 Kediri.
Jarak tempuh lokasi MTsN 9 Kediri dari satu lokasi ke lokasi yang lain tidak sama. Misalnya, jarak kampus 1 dengan kampus 2 sekitar 0,5 km dan jarak dari kampus 1 ke kampus 3 sekitar 2 km. Sedangkan jarak kampus 1 ke kampus 4 sekitar 15 km, serta jarak kampus 1 ke kampus 5 sekitar 12 km. Dengan jarak sekian bisa dibayangkan bagaimana kami harus ke sana ke mari untuk memenuhi hak siswa.
MTsN 9 Kediri dengan 800-an siswa namun belum punya ruang belajar yang permanen memang terasa aneh. Kelas 7 memiliki sebanyak 10 rombel; kelas 8 ada 10 rombel; dan kelas 9 ada 6 rombel. Namun demikian, kami berusaha tetap mengajar dengan semaksimal mungkin dan tetap menerima kenyataan bahwa kami masih belum punya gedung sendiri. Kami selalu berharap tanah wakaf yang dimiliki oleh MTsN 9 Kediri itu segera dibanguni gedung.
Sebenarnya sudah bisa ditebak seperti apa sarana siswa di MTsN 9 Kediri dengan melihat situasi dan kondisi saat ini. Untuk ruang belajar, terdapat di 5 lokasi dengan berbagai keterbatasannya. Meja dan kursi ada, namun ada juga sebagian yang belajar secara lesehan. Ruang perpustakaan ada meskipun sangat kecil dan jadi satu dengan ruang koperasi siswa. Ruang UKS terletak pada satu ruang kecil dan hanya muat 1 dipan saja—belum memenuhi standar.
Bagaimanapun, satu hal yang membuat kami para semangat adalah bahwa wali murid sudah memberi kepercayaan. Jadi sudah selayaknya kami harus berusaha maksimal mungkin sesuai kemampuan agar tidak mengecewakan. Beruntungnya, dalam kegiatan pramuka terdapat beberapa event yang kami menangkan dengan kondisi yang terbatas seperti yang telah dijelaskan di atas. Bagi siswa yang berbakat di bidang olahraga, seni, atau bidang yang lainnya, juga sering mengikuti kegiatan lomba-lomba. Itu salah satu bagian yang membentuk siswa mandiri dan merasa diperhitungkan.
Sarana untuk guru juga bisa ditebak. Jika untuk siswa saja ruang belum punya, apalagi ruang khusus untuk guru. Yang di kampus 1, para dewan guru ditempatkan di ruangan teras kantor, itupun kecil sekali—tidak muat untuk semua guru meskipun berdiri semua. Meja dan kursi untuk guru, digunakan secara bergantian. Jika kebetulan tidak ada tempat guru harus berdiri atau lesehan.
Di kampus 2, ada ruang guru namun kecil. Seringkali para guru memilih berada di luar ruangan karena memang tidak muat. Sedangkan di kampus 3 bahkan tidak ada ruangan untuk guru sama sekali sehingga guru harus duduk di teras dengan 1 meja dan 4 kursi.
Buku dan keperluan guru untuk mengajar dibawa oleh guru masing-masing—dibawa dari lokasi satu ke lokasi yang lain yang kemudian dibawa pulang setiap hari karena memang belum punya tempat untuk menyimpannya di madrasah.
Yang ada di pikiran kami sehari-hari bagaimana membuat nyaman para siswa dengan memunculkan sederet motivasi agar siswa tidak banyak mengeluh, agar siswa tetap termotivasi untuk belajar dengan tekun, agar siswa termotivasi bisa berprestasi meskipun dengan keterbatasan sarana. Untuk itu harus sering-sering berdiskusi sesama teman guru untuk bisa menemukan ide mengatasi siswa yang mulai melemah motivasi belajarnya, minder, dan lain sebagainya.
Seringkali wali murid yang mempertanyakan kapan gedung MTsN 9 terealisasi. Sudah sekian lama mereka mempertanyakan bagaimana kabar dari Kemenag apakah akan ada bantuan bangunan agar segera terwujud gedung yang layak untuk madrasah negeri ini, dan berbagai pertanyaan yang senada—yang pada hakikatnya mempertanyakan kenapa madrasah tsanawiyah negeri sudah sekian tahun memiliki tanah wakaf namun gedungnya tidak kunjung terealisasi.
Para siswa yang pasti memiliki pertanyaan yang hampir sama dengan wali murid, bahkan mereka lebih sering mempertanyakannya. Karena mereka pasti punya keinginan untuk belajar dengan nyaman dengan segala fasilitas yang memadai layaknya madrasah negeri yang lain.
Sebagai guru di MTsN 9 Kediri, tentu harus saling mengingatkan untuk menguatkan niat ikhlas di titik manapun kami mengajar; saling memotivasi agar jangan sampai ada yang berkurang semangatnya untuk mengantar siswa menjadi manusia yang berguna bagi diri sendiri, keluarga, agama, nusa, dan bangsanya. Seringkali Kepala Madrasah memberi pembinaan dan mengingatkan untuk rukun, semangat, kompak, dan ikhlas dalam bekerja dan niat ibadah mendidik siswa.
Melihat situasi yang ada, kami diharapkan agar tidak minder dengan madrasah negeri yang lain. Untuk itu ditekankan pada diri kami untuk menghasilkan sederet prestasi. Dan alhamdulillah, di ajang Porseni yang baru saja berlangsung di tahun 2021 kemarin, siswa kami ada yang meraih juara harapan 3 di bidang singer putra tingkat Provinsi Jawa Timur. Kemudian di bidang tenis meja menjadi juara 2 se-Kabupaten Kediri. Dan salah satu dewan guru ada yang menjadi penulis Akmi tingkat nasional.
Faktanya, MTsN 9 Kediri termasuk diminati oleh para siswa. Terbukti meskipun berdekatan dengan MTsN 8 Kediri, ternyata jumlah siswanya bisa mencapai 800-an. Meskipun belum punya gedung sendiri, masih terdapat sekian banyak yang daftar. Meskipun sudah dijelaskan dengan 5 lokasi yang berbeda, mereka tetap memilih masuk ke MTsN 9 Kediri.
Asa mempunyai gedung sendiri selalu mengikuti langkah kami setiap hari. Kami akan terus berusaha tak lekang oleh waktu dan juga berdoa agar segera punya gedung sendiri. Berakit-rakit dahulu, berenang-renang ketepian; bersusah-susah dahulu, bersenang-senang kemudian, itu yang menjadi pemicu kami untuk tidak pupus harapan dan selalu berjuang. Kami yakin suatu saat, pada waktunya, kami MTsN 9 Kediri akan punya gedung sendiri yang layak untuk madrasah negeri.
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link INI atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!