Oleh Sri Sumardi, S.Pd., MM
Pengawas Sekolah Madya
Dinas Pendidikan Kabupaten Barito Timur
Dalam melaksanakan program supervisi atau kepengawasan sekolah binaan harus selalu berpedoman dengan Buku Kerja Pengawasan Sekolah dan peraturan-peraturan yang menyangkut pendidikan dan pengajaran. Dan yang tak kalah penting, dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan supervisi perlu mengedepankan pendekatan humanistik dan pendekatan komunikatif. Sehingga hubungan antara pengawas dengan guru binaan dan kepala sekolah binaan terjalin secara kemitraan dan baik. Dan, keberadaan pengawas sekolah tidak perlu ditakuti, tetapi justru menjadi kawan dan mitra kerja.
Dalam kegiatan supervisi sendiri pengawasan dilakukan meliputi supervisi akademik dan supervisi manajerial. Supervisi akademik adalah yang berhubungan dengan guru dan pelaksanaan pembelajaran. Kemudian supervisi manajerial yaitu pembinaan tentang tata kelola dan ketatalaksanaan sekolah yang dilakukan oleh kepala sekolah dan tenaga kependidikan lainnya.
Dalam praktiknya, supervisi dengan pendekatan humanistik ini cenderung mengarahkan pendidik dan tenaga kependidikan untuk berfikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan guru dan kepala sekolah secara aktif dalam proses supervisi yang dilaksanakan pengawas sekolah. Supervisi berdasarkan pendekatan humanistik ini cocok untuk diterapkan pada materi-materi pembelajaran yang bersifat pembentukan kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial.
Indikator dari keberhasilan aplikasi ini adalah guru dan kepala sekolah merasa senang bergairah, berinisiatif dalam mengikuti proses supervisi dan terjadi perubahan pola pikir, perilaku dan sikap atas kemauan sendiri. Guru dan kepala sekolah diharapkan menjadi manusia yang bebas, berani, tidak terikat oleh pendapat orang lain dan mengatur pribadinya sendiri secara bertanggung jawab tanpa mengurangi hak-hak orang lain atau melanggar aturan, norma, disiplin atau etika yang berlaku.
Yang perlu dilakukan oleh pengawas adalah memandang bahwa guru dan kepala sekolah mempunyai kepribadian yang unik dan berbeda satu dengan yang lainnya. Dengan memperhatikan kondisi ini, pengawas sekolah memandang tiap guru dan kepala sekolah mempunyai kompetensi yang berbeda-beda, sehingga perlakuan ketika pembinaan, pelatihan, pendampingan tetap memandang bahwa mereka mempunyai potensi dan kemampuan yang berbeda dan harkat martabatnya sebagai manusia yang dihargai.
Dengan cara seperti ini, maka guru dan kepala sekolah binaan tidak dianggap sebelah mata, tetapi guru dan kepala sekolah wajib dihormati dan dihargai. Situasi inilah yang dapat membuat hubungan guru, kepala sekolah dan pengawas sekolah terjalin harmonis. Sehingga program kepengawasan yang disusun oleh pengawas sekolah dapat berjalan dan terlaksana dengan baik. Pendekatan humanistik layak dilakukan dalam kegiatan supervisi di sekolah binaan, baik supervisi akademik dan supervisi manajerial.
Kemudian dengan pendekatan komunikatif dimaksudkan agar para guru dan kepala sekolah pada akhirnya dapat menangkap seluruh makna komunikasi tanpa perlu menganalisis bahasa menjadi satuan-satuan gramatika atau unsur-unsur kebahasaan seperti pola kalimat, kosakata, dan sebagainya. Sehingga di dalam proses supervisi pun para guru dan kepala sekolah lebih banyak diberi pengayaan dalam pengalaman-pengalaman berkomunikasi. Oleh karena yang menjadi pertimbangan pertama dalam pendekatan komunikatif ini adalah melatih kemampuan berbahasa.
Dalam hal pendekatan komunikatif perlu adanya keterbukaan ketika guru dan kepala sekolah berkonsultasi baik menggunakan bahasa resmi atau bahasa daerah. Tujuan penggunaan bahasa daerah tentu saja untuk memudahkan menyampaikan pesan dan penjelasan istilah-istilah dalam kegiatan supervisi.
Jika pengawas memiliki kemampuan beberapa bahasa daerah, itu akan sangat membantu dalam menjalankan tugas kepengawasan sekolah binaan. Seperti yang penulis alami sendiri yang– sebenarnya bukan putra asli Kalimantan namun sejak tahun 2016– menjadi pengawas sekolah wilayah Kecamatan Dusun Timur, Kabupaten Barito Timur. Karena sudah berinteraksi bertahun-tahun dengan warga setempat, akhirnya mampu menguasai beberapa bahasa daerah seperti bahasa Dayak dan Banjar. Sehingga ketika komunikasi merasa seperti keluarga sendiri. Guru dan kepala sekolah tidak merasa ada batas yang jauh dengan pengawas pembinanya. Timbal baliknya, semua program dan semua persoalan yang dihadapi guru dan kepala sekolah dapat diselesaikan.
Di samping itu, komunikasi tidak hanya terjadi ketika pengawas melakukan kunjungan ke sekolah binaan, tetapi komunikasi tetap harus berlangsung sepanjang waktu baik di waktu yang disepakati maupun tidak. Saya sendiri selaku pengawas pembina selalu membuka diri ketika guru dan kepala sekolah binaan ingin konsultasi baik secara tatap muka maupun dengan menggunakan perangkat komunikasi melalui telepon, pesan singkat (SMS), WhatsApp, atau surat elektronik.
Dengan dua pendekatan di atas, telah terbukti bahwa dalam melaksanakan tugas sebagai pengawas sekolah berdampak pada peningkatan kemampuan guru dan kepala sekolah. Guru dan kepala sekolah mampu melakukan inovasi-inovasi pembelajaran dan melakukan tata kelola sekolah yang sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya. Mereka selalu cepat, tepat, dan tanggap terhadap perubahan dan informasi terbaru mengenai pendidikan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa supervisi pengawas melalui pendekatan humanistik dan komunikatif dapat membantu guru dan kepala sekolah binaan untuk meningkatkan kemampuan dalam merencanakan dan mengembangkan inovasi pembelajaran dan tata kelola sekolah yang lebih baik.
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link INI atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!