Ditulis oleh Supar, S.Pd,SD.
Guru Kelas SD Negeri 2 Purwodadi, Grobogan, Jawa Tengah
Saya adalah anak petani. Tempat tinggal saya jauh dari perkotaan, tepatnya 40 Km dari Kota Purwodadi, berada di antara dua perbatasan kabupaten lain: sisi timur masuk wilayah Blora, sedangkan di barat ikut wilayah Pati.
Desa yang terisolasi ini membuat kami minim akan informasi. Transportasi umum juga sangat jarang, hanya satu kali sehari; pagi berangkat ke kota dan sore hari kembali lagi ke desa. Dan hanya ada satu unit mobil yang beroperasi. Umumnya yang menjadi penumpang adalah petani yang membawa hasil panen dan sayur-mayur untuk dijual di pasar Wirosari.
Di dalam keluarga saya terdapat lima bersaudara. Bapak saya berpendidikan Sekolah Rakyat (SR), demikian juga dengan ibu. Saya bukan dari keluarga dengan latar belakang guru. Bapak bekerja sebagai petani serta mempunyai peliharaan sapi dan kambing. Ibu berdagang di pasar. Dan mereka beraharap salah satu di antara anak-anaknya ada yang bisa menjadi guru.
Saya mulai menempuh pendidikan jalur formal di SD Negeri 1 Tegalrejo. Lalu melanjutkan ke SMPN 1 Wirosari kemudian ke SMA Negeri 1 Purwodadi.
Saat usia sudah tidak muda, saya baru mendapat kesempatan belajar di Universitas Terbuka (UT) yang kala itu sedang membuka program pendidikan jarak jauh. Di UT itulah saya mulai tertarik dengan dunia pendidikan.
Setelah lulus dari UT dan pulang ke kampung halaman, saya ditawari untuk menjadi guru wiyata bakti di salah satu SD Negeri 2 Tambakrejo, Wirosari. Pertama masuk, saya mendapat honor Rp. 50.000 per bulan. Tahun berikutnya naik menjadi Rp. 75.000 per bulan dan kemudian mendapat honor kurang lebih Rp.400.000.
Saat ada seleksi CPNS, saya selalu mencoba untuk berpartisipasi. Namun beberapa kali gagal dan rezeki itu belum menjadi milik saya. Harus bersabar.
Tapi bagaimanapun, usaha pasti tak akan sia-sia. Sebab, setelah sejumlah kegagalan, pada lain waktu ada pendataan untuk para guru untuk masuk dalam data Kategori 2.
Tepatnya pada bulan Juli 2014, diadakan seleksi penerimaan CPNS. Alhamdulillah, saya diterima. Pada SK CPNS saya terhitung memiliki masa pengabdian selama 5 tahun 6 bulan. Tepat di akhir tahun 2022 lalu, saya sudah terhitung mengabdikan diri menjadi guru selama 12 tahun 10 bulan. Saat ini sisa pengabdian saya menjadi guru tinggal 10 tahun lagi.
Demikianlah perjuangan saya untuk dapat menjadi guru yang saya harapkan sejak lama, untuk mewujudkan impian orang tua. Banyak suka dan duka yang saya lalui selama mengajar. Semuanya saya lewati dengan sabar, tawakal, dan tidak lupa berdoa.
Mintalah doa orang tua, maka impian kalian akan lebih mudah dicapai karena doa orang tua termasuk panggilan pada Allah yang mustajab. Ayo, semangatlah wahai rekan-rekan guru, baik yang sudah berhasil mencapai impian atau yang saat ini masih berjuang.
Saya amat bersyukur dengan anugerah ini. Dan di sisi lain, sebagai seorang guru saya sangat menyadari memiliki peran penting dalam mengantarkan seseorang kepada sebuah kesuksesan. Banyak orang yang bisa sukses berkat jasa dan perjuangan para guru. Untuk itu, guru harus bisa teladan dalam berbagai aspek kehidupan. (*)