Strategi Penerapan 6 Literasi Dasar – Pengembangan dan penguatan karakter serta kegiatan literasi menjadi salah satu unsur penting dalam kemajuan sebuah negara dalam menjalani kehidupan di era globalisasi.
Forum Ekonomi Dunia pada tahun 2015 telah memberikan gambaran tentang keterampilan abad ke-21 yang sebaiknya dimiliki oleh seluruh bangsa di dunia. Keterampilan tersebut meliputi literasi dasar, kompetensi, dan karakter.
Demi menyukseskan pembangunan Indonesia di abad ke-21, menjadi keharusan bagi masyarakat Indonesia untuk menguasai enam literasi dasar, yaitu:
- Literasi Bahasa.
- Literasi numerasi.
- Literasi sains.
- Literasi digital.
- Literasi finansial.
- Literasi budaya dan kewargaan.
Kemampuan literasi ini juga harus diimbangi dengan menumbuhkembangkan kompetensi yang meliputi kemampuan berpikir kritis/memecahkan masalah, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi.
Untuk meningkatan kualitas hidup, daya saing, pengembangan karakter bangsa, serta melihat perkembangan keterampilan dan kompetensi yang dibutuhkan di abad ke-21, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyelenggarakan berbagai kegiatan literasi untuk meningkatkan indeks literasi nasional melalui Gerakan Literasi Nasional mulai tahun 2017.
Gerakan Literasi Nasional (GLN) lahir dari sinkronisasi semua program literasi yang sudah berjalan pada setiap unit utama yang ada di dalam Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Gerakan Literasi Nasional merupakan upaya untuk menyinergikan semua potensi serta memperluas keterlibatan public dalam pengembangan budaya literasi. GLN harus dilaksanakan secara masif, baik di dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
Gerakan Literasi Sekolah
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) merupakan gerakan literasi yang aktivitasnya banyak dilakukan di sekolah dengan melibatkan siswa, pendidikan dan tenaga kependidikan, serta orang tua.
GLS dilakukan dengan menampilkan praktik baik tentang literasi dan menjadikannya sebagai kebiasaan serta budaya di lingkungan sekolah. Literasi juga dapat diintegrasikan dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah.
Sehingga menjadi bagian tidak terpisahkan dari semua rangkaian kegiatan siswa dan pendidik, baik di dalam maupun di luar kelas. Pendidik dan tenaga kependidikan tentu memiliki kewajiban moral sebagai teladan dalam hal berliterasi.
Agar lebih masif, program GLS melibatkan partisipasi publik, seperti pegiat literasi, orang tua, tokoh masyarakat, dan profesional. Keberhasilan berliterasi di sekolah perlu diupayakan melalui kegiatankegiatan yang menumbuhkan budaya literasi. Kegiatan-kegiatan tersebut mengacu pada lima aspek strategi penerapan 6 literasi dasar.
1. Penguatan Kapasitas Fasilitator
- Pelatihan guru dan tenaga kependidikan dalam menerapkan literasi pada pembelajaran;
- Pelatihan guru dan tenaga kependidikan dalam pembuatan mainan edukatif berbasis literasi; dan
- Forum diskusi bagi warga sekolah untuk mengembangkan kegiatan literasi dan menigkatkan kemampuan berliterasi.
2. Penigkatan Jumlah dan Ragam Sumber Bacaan Bermutu
- Penyediaan bahan bacaan nonpelajaran yang beragam;
- Penyediaan alat peraga dan mainan edukatif yang mendukung kegiatan literasi;
- Penyediaan bahan belajar literasi dalam bentuk digital; dan
- Program menulis buku bagi siswa, guru, dan tenaga kependidikan.
3. Perluasan Akses terhadap Sumber Belajar dan Cakupan Peserta Belajar
- Pengembangan sarana penunjang yang membentuk ekosistem kaya literasi;
- Penyediaan laboratorium yang berkaitan dengan literasi, misalnya, laboratorium bahasa, sains, finansial, dan digital;
- Penyediaan pojok baca, baik di tiap kelas maupun di tempat-tempat strategis di sekolah;
- Pengoptimalan perpustakaan sekolah;
- Penyelenggaraan open house oleh sekolah yang sudah mengembangkan literasi;
- Program pengimbasan sekolah; dan
- Pelaksanaan kampanye literasi.
4. Peningkatan Pelibatan Publik
- Pelaksanaan sesi diskusi dengan tokoh atau pegiat berbagai bidang literasi mengenai pengalaman dan pengetahuan mereka terkait dengan bidang yang mereka kuasai;
- Pelaksanaan festival atau bulan literasi yang melibatkan pakar, pegiat literasi, dan masyarakat umum; dan
- Pelibatan BUMN dan DUDI dalam pengadaan bahan bacaan dan kegiatan literasi di sekolah.
Selain kemampuan dasar literasi, yaitu membaca dan menulis sebagai inti program, pendampingan literasi juga menempatkan kecakapan literasi lain dalam silabus pendampingan literasi secara nasional.
Program membaca dan menulis sebagai inti di setiap ranah juga diikuti dengan ketersediaan panduan, modul, dan bahan bacaan. Terdapat materi utama sebagai dasar pendampingan dan materi pendukung yang disesuaikan dengan target pendampingan, kondisi sosial, kondisi geografis, dan perkembangan teknologi yang ada di tingkat lokal.
Pendamping literasi bertugas untuk mendukung para guru pegiat dalam menerapkan inisiatif dan mengimplementasikan program literasi sepenuhnya.
Serta menjadi mitra kunci dalam meningkatkan keberhasilan guru/pendidik/pegiat dengan siswa atau masyarakat yang diidentifikasi dengan tepat sesuai dengan kebutuhan.
Pendampingan literasi sangat dibutuhkan di seluruh Indonesia, di semua tingkat jenjang pendidikan, dan pada berbagai latar belakang pendidikan. Pendampingan dipandang sebagai metode penting untuk meningkatkan kemampuan literasi.
Pendampingan yang efektif dapat mengakomodasi karakteristik peserta didik, mempromosikan kolaborasi, dan melibatkan sebanyak mungkin pemangku kepentingan.
Strategi penerapan 6 literasi dasar serta pendampingan yang dilakukan dengan baik diharapkan dapat menghasilkan prestasi siswa sebagai masyarakat yang lebih besar. (mfs)
Segera daftarkan diri Anda dalam Pelatihan bersertifikat 32 JP “Pelatihan Aktif dan Kreatif dengan 6 Literasi Dasar” yang akan diselenggarakan pada tanggal 10-23 Mei 2022 dengan 6 kali pertemuan. Tunggu apa lagi? Daftar sekarang juga sebelum kuota peserta habis!