Permasalahan pendidikan inklusi – Dicanangkannya pendidikan inklusi di Indonesia dengan tujuan untuk memfasilitasi kebutuhan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) sudah banyak dijalankan diseluruh Indonesia khususnya kota-kota besar seperti Jakarta, Yogyakarta, Surabaya, Malang,tetapi dalam pelaksanannya menemukan banyak kendala-kendala atau permasalahan disekolah khususnya bagi guru.
Berdasarkan data BPStahun 2007 ada 8,3 juta ABK di Indonesia,sehingga dapat disimpulkan dari tahun ketahun jumlah ABK semakin meningkat.Sebagian besar ABK belum mengeyampendidikan.
Di Indonesia, pendidikan inklusifsecara resmi didefinisikan sebagai berikut: Pendidikan inklusi dimaksudkan sebagai sistem layanan pendidikanyang mengikutsertakan anak berkebutuhan khusus belajarbersama dengan anak sebayanya di sekolah reguler yang terdekat dengan tempat tinggalnya. Penyelenggaraan pendidikan inklusif menuntut pihak sekolah melakukan penyesuaian baik dari segi kurikulum, sarana dan prasarana pendidikan, maupun sistem pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan individu pesertadidik (Direktorat PSLB, 2004).
Permasalahan-permasalahan pendidikan inklusi berdasarkan persepsi dari guru, dalam hal :
a. Guru
Permasalahan-permasalahan yang muncul terkait guru berdasarkan kategori yang muncul, terdapat sepuluh kategori permasalahan yang diungkapkan guru. Permasalahan utama yang banyak dikeluhkan guru adalah kurangnya Guru Pendamping Kelas (GPK) sebesar 27,39%,kurangnya kompetensi guru dalam menangani ABK sebanyak 19,64%, guru kesulitan dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) sebanyak (17,86%), kurangnya pemahaman guru tentang ABK dan Sekolah Inklusi sebanyak (16,67%), latar belakang pendidikan guru yang tidak sesuai (5,95%), beban administrasi yang semakin berat untuk guru (5,36%), kurangnya kesabaran guru dalam menghadapi ABK (2,39%) dan terakhir guru mengalami kesulitan dengan orangtua (1,78%).
b. Orangtua
Permasalahan-permasalahan yang muncul terkait Orangtua yang paling banyak dikeluhkan oleh guru adalah: kepedulian orangtua terhadap penanganan ABK kurang(47,27%), selanjutnya permasalahan yang muncul adalah pemahaman orangtua tentang ABK kurang (41,21%), orangtua merasa malu sehingga menginginkan anaknya di sekolah umum (3,64%), toleransi dari orangtua siswa reguler terhadap ABK kurang (3,64%), orangtua buta huruf (2,42%), orangtua kurang sabar menangani ABK (1,21%), pengasuhan orangtua tunggal (0,61%).
c. Siswa
Permasalahan-permasalahan yang muncul terkait siswa yang dikemukakan guru adalah: ABK dengan permasalahan berbeda dan memerlukan penanganan yang berbeda (35,29%), ABK mengalami Kesulitan mengikuti materi pelajaran (21,18%), sikap ABK yang belum bisa mengikuti aturan sehingga mengganggu proses KBM (20%), permasalahan siswa regular terhadap ABK (14,71%), dan permasalahan terakhir yang muncul terkait siswa adalah jumlah ABKyang melebihi Kuota dalam tiap kelasnya (8,82%).
D. Manajemen Sekolah
Permasalahan-permasalahan yang muncul terkait Manajemen Sekolah yang dikemukakan oleh guru adalah: belum siapnya sekolah dengan program sekolah inklusi baik dari segi administrasi dan SDM (75%), proses KBM yang belum berjalan maksimal (17,86%), dan terakhir permasalahan yang muncul terkait orangtua adalah belum adanya program pertemuan rutin dengan orangtua yang diadakansekolah (7,14%).
e. Pemerintah
P e r m a s a l a h a n – p e r m a s a l a h a n yang muncul terkait Pemerintah yang dikemukakan oleh guru adalah: perhatian dan kepedulian pemerintah terhadap pelaksanaan sekolah inklusi kurang (24.64%), kebijakan terkait pelaksanaan sekolah inklusi belum jelas (21.74%), belum adanya modifikasi kurikulum khusus sekolah inklusi (20.29%),kurangnya pelatihan tentang pendidikan inklusi kepada guru (18.84%), Perhatian pemerintah terhadap tenaga professional yang mendukung sekolah inklusi kurang baik dari segi jumlah dan kesejahteraannya (10.87%), program yang dilakukan pemerintah belum berkelanjutan (2.90%),belum ada lembaga khusus yang menangani pelatihan pendampingan ABK (0.72%).
f. Masyarakat
P ermasalahan-permasalahan yang muncul terkait Masyarakat yang dikemukakan oleh guru adalah: minimnya pengetahuan masyarakat terkait pendidikan inklusi dan ABK (41.76%), pandangan negatif masyarakat terhadap ABK dan sekolah inklusi, Kurangnya dukungan masyarakat terkait pelaksanaan inklusi(24.17%).
g. Lainnya
Permasalahan-permasalahan yang muncul terkait yang lainnya adalah: kurangnya sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan inklusi (87.10%),kurangnya keterlibatan dari semua pihak (akademisi, tenaga ahli, guru, sekolah, orangtua, dan pemerintah) terkait pelaksanaan sekolah inklusi (6,45%), latar belakang sosial yang mempengaruhi ABK(3.23%), predikat sekolah inklusi membuat sekolah kehilangan siswa-siswa cerdas(1.61%), belum ada kesepahaman tentang pelaksanaan inklusi antara berbagai pihak(1.61%).
Permasalahan pendidikan inklusi yang muncul antara satu dengan yang lain bila dikaji lebih lanjut akan saling berkaitan antara satu dengan yang lain, baik dari permasalahan guru, siswa,sekolah, masyarakat, maupun pemerintah.
Permasalahan yang muncul antara satu dengan yang lain bila dikaji lebih lanjut akan saling berkaitan antara satu dengan yang lain, baik dari permasalahan guru, siswa,sekolah, masyarakat, maupun pemerintah. Pertama terkait permasalahan guru, guru mengeluhkan bahwa kurang kompetensi dalam menangani ABK. Hal ini disebabkan karena kurangnya pemahaman guru tentangABK dan sekolah inklusi yang kemudianberdampak pada permasalahan yang muncul selanjutnya yaitu guru kesulitan dalam kegiatan belajar mengajar.
Hal ini juga didukung dengan kenyataan bahwa ada beberapa guru yang memiliki latar pendidikan yang tidak sesuai dan kurangnya Guru Pendamping Kelas sehingga semakin menambah beban kerja guru yang berat baik beban administrasi maupun beban mengajar hal ini juga secara tidak langsung memberi dampak pada bagaimana guru menangani siswa di sekolah menjadi tidak maksimal.
Hal ini juga didukung dengan kenyataan bahwa ada beberapa guru yang memiliki latar pendidikan yang tidak sesuai dan kurangnya Guru Pendamping Kelas sehingga semakin menambah beban kerja guru yang berat baik beban administrasi maupun beban mengajar hal ini juga secara tidak langsung memberi dampak pada bagaimana guru menangani siswa di sekolah menjadi tidak maksimal, Selain itu guru juga dihadapkan pada berbagai permasalahan ABK yang berbeda-beda dan memerlukan penanganan yang berbeda serta jumlah ABK yang melebihi kuota dalam tiap kelasnya sehingga berdampak pada kurang lancarnya proses KBM.
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa banyak berbagai masalah yang muncul terkait pelaksanaan sekolah inklusi dalam hal guru, siswa, orangtua, sekolah, masyarakat, pemerintah, sarana dan prasarana yang kurang, dan kurangnya kerjasama dari berbagai pihak sehingga berdampak kurang maksimalnya pelaksanaan sekolah inklusi yang ada.
Dapatkan informasi guru terupdate dengan Join channel telegram: https://t.me/wartagurudotid
Bergabunglah bersama dengan menjadi member e-Guru.id untuk meningkatkan skill dan pengetahuan Anda agar menjadi pendidik yang hebat dan dapatkan berbagai macam pelatihan gratis dan bonus lainnya. Daftarkan diri Anda sekarang juga!
Penulis: WDS